Menjawab Mitos Makan Daging Anjing yang Sering Didengar
Mitos makan daging anjing beredar di masyarakat, mulai dari infeksi rabies, tindak kekerasan, hingga pada kualitas yang buruk. Simak penjabarannya berikut ini.
Anjing dikenal sebagai hewan yang ramah dan loyal kepada manusia.
Karenanya, anjing dapat dikategorikan sebagai hewan peliharaan layaknya kucing dan hamster.
Bagi manusia, hewan ini memiliki manfaat baik secara emosional maupun fungsional.
Secara emosional, kehadiran anjing dapat membuat pemiliknya terasa ditemani.
Secara fungsional, anjing seringkali membantu manusia menjaga rumah agar lebih aman.
Di samping kedua fungsi ini, ada juga kalangan masyarakat yang bahkan tak segan mengonsumsinya.
Daging anjing ternyata tidak baik untuk dikonsumsi, mengingat kejadian luar biasa yang terjadi di Vietnam, yaitu penyebaran rabies.
Agar terhindar dari penyakit, sebaiknya hewan kesayangan Anda rutin dilakukan check-up.
Sudah tersedia layanan vaksinasi di Pet-Care.
Hubungi Call-Center atau gunakan aplikasi Pet-Care, dokter hewan akan datang ke lokasi Anda.
Mitos Makan Daging Anjing
Di sebagian negara mengonsumsi daging anjing dilarang oleh pemerintah karena termasuk bentuk kekerasan terhadap hewan.
Sebaliknya beberapa negara, seperti China, Korea Selatan, dan Filipina makan daging anjing justru dipandang sebagai tradisi.
Di samping mengkonsumsi dagingnya dapat termasuk ke dalam bentuk kekerasan terhadap anjing.
Terdapat hal yang lebih serius untuk diperhatikan jika manusia mengkonsumsi daging anjing, yaitu resiko penularan penyakit dan virus:
- Mengonsumsi daging anjing beresiko terkena rabies
Rabies merupakan penyakit yang dapat dihindari melalui program vaksinasi.
Menurut World Health Organization (WHO), rabies merupakan penyakit yang tingkat fatalitasnya mencapai 100%.
Penyakit yang terdapat di seluruh benua ini dipercaya berasal dari anjing melalui air liur dan gigitan.
WHO berupaya memberikan tindak pencegahan melalui vaksinasi.
Namun transaksi daging anjing secara bebas membuat pencegahaan ini tidak efektif.
Anjing yang diperjualbelikan tersebut tidak terjamin kesehatannya.
Hal inilah yang menjadikan daging anjing terbilang berbahaya.
- Anjing memiliki kekebalan terhadap antibiotik
Tidak semua anjing hidup di tempat yang layak.
Menurut Change For Animals Foundation, anjing terbiasa hidup di tempat yang keras.
Mereka diberi makanan dengan kualitas rendah sehingga nutrisinya tidak terpenuhi.
Maka darinya, tingkat infeksi dari suatu penyakit akan semakin tinggi.
Sebagian peternak menanggapinya dengan memberikan anjing antibiotik dan vaksin yang tidak terukur.
Pemberian antibiotik yang berlebihan dapat memicu resistensi antibiotik, di mana kuman yang ada pada tubuh anjing memiliki kekuatan untuk menghancurkan pengaruh antibiotik.
Kuman yang seperti ini bila terdapat pada daging anjing akan justru berkembang.
Kuman yang berkembang akan semakin kuat dan tidak dapat dipungkiri beresiko menular ke manusia melalui kontak, apalagi bila mengkonsumsi dagingnya.
- Mengonsumsi daging anjing beresiko terkena kolera
Sayangnya, anjing menjadi salah satu hewan yang dapat terdampak penyakit kolera.
Kolera dipercaya bersumber dari drainase dan kualitas air yang terkontaminasi.
Manusia juga dapat terinfeksi bakteri tersebut.
Selain dari kualitas air, bakteri juga dapat bersarang pada daging yang mentah, tak terkecuali pada daging anjing.
Gejala yang dapat terjadi di antaranya diare dan rasa mual.
Bahaya bukan makan daging anjing sembarang?
Mitos makan daging anjing telah dibuktikan oleh berbagai penelitian, salah satunya yang dilakukan oleh Iowa State University.
WHO juga berupaya semaksimal mungkin untuk menghentikan penyebaran rabies, yakni melalui vaksinasi.
Sudah selayaknya hewan kesayangan Anda mendapat perhatian lebih agar terhindar dari infeksi, baik rabies maupun infeksi lainnya.
Segera hubungi Call-Center agar terkoneksi dengan dokter hewan profesional.Anda juga dapat menggunakan aplikasi Pet-Care untuk berbagai layanan seperti vaksinasi, konsultasi, dan layanan on call.