Dokter Hewan: Diabetes Bisa Terjadi pada Anjing dan Kucing

Diabetes tidak hanya terjadi pada manusia. Hewan peliharaan seperti anjing dan kucing juga dapat menderita penyakit diabetes. 

Diabetes pada anjing dan kucing memerlukan penanganan yang tepat. Tanpa penanganan yang tepat, diabetes pada anjing dan kucing dapat menyebabkan kematian. 

Melalui laman media sosial Tiktok, Dokter Hewan Maulana Ar Raniri Putra (ArRan) memberikan edukasi seputar diabetes melitus yang dapat menyerang anjing dan kucing.  

Diabetes pada anjing dan kucing mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Hal ini disebabkan karena semakin banyak kucing yang mengalami obesitas. 

Dokter Maulana mengingatkan, walaupun anjing dan kucing dengan penampilan gembul terlihat lucu dan menggemaskan tetapi kondisi ini membahayakan hewan peliharaan. Bahaya obesitas pada hewan peliharaan serupa dengan bahaya obesitas pada manusia.

Selain menyebabkan gangguan pada jantung dan persendian. Obesitas juga merupakan penyebab utama diabetes melitus pada anjing dan kucing.

Gejala Diabetes Anjing dan Kucing

Melansir laman Pet MD, gejala dari diabetes melitus yang paling umum terjadi pada anjing maupun kucing diantaranya yaitu:

  • Peningkatan rasa haus
  • Peningkatan frekuensi dan volume buang air kecil
  • Buang air kecil di luar kotak kotoran
  • Nafsu makan meningkat
  • Penurunan berat badan disaat nafsu makan meningkat
  • Muntah
  • Otot mengecil
  • Lesu dan lemah
  • Kualitas bulu memburuk, seperti bulu berminyak atau berketombe

Upaya Pencegahan

Dokter Maulana menyarankan upaya pencegahan agar anjing dan kucing terhindar dari diabetes. Hal pertama yang dapat dilakukan adalah mengatur pola makan anjing maupun kucing kesayangan Anda.

Perhatikan juga pemberian jenis makanan pada anjing dan kucing. Usahakan tidak memberikan terlalu banyak snack atau makanan manis. 

Selain itu, pemberian nasi pada anjing dan kucing sebaiknya dihindari. Hal ini karena konsumsi nasi pada hewan peliharaan dapat memicu diabetes melitus.

Serta jangan lupa untuk selalu ajak hewan peliharaan Anda untuk rajin bergerak. 

Bila Anda menemukan tanda-tanda diabetes pada hewan peliharaan, layanan Pet-Care panggil dokter hewan ke rumah dapat membantu. Tidak perlu keluar rumah, cukup dengan menghubungi Call Center Pet-Care atau melalui Aplikasi Pet-Care pelayanan dokter hewan dapat dilakukan di rumah atau di lokasi Anda. 

Parainfluenza, Vaksin Penting untuk Anjing saat Musim Hujan!

Pergantian musim dari panas ke hujan membuat tubuh anjing perlu melakukan penyesuaian. Pada masa ini sistem kekebalan tubuh anjing perlu diperhatikan. Jangan sampai kekebalan tubuh anjing melemah, apalagi hingga terserang penyakit.

Melansir laman Today’s Veterinary Practice, virus Canine Parainfluenza adalah virus menular yang berasal dari virus asam ribonukleat dan menyerang sistem pernapasan anjing. 

Terdapat beberapa gejala yang dapat dikenali apabila anjing Anda terjangkit virus Canine Parainfluenza. Gejala tersebut diantaranya yaitu batuk kering, demam dengan suhu tinggi, pilek, bersin, peradangan mata, depresi, lesu, dan kehilangan nafsu makan.

Selain itu, virus Canine Parainfluenza ini juga dapat menyebabkan batuk kennel. Batuk kennel merupakan salah satu penyakit yang kerap menyerang anjing di kala musim penghujan. 

Musim hujan memberikan kondisi yang berbeda dari musim lain. Suhu udara menjadi lebih dingin dan tingkat kelembaban menjadi lebih tinggi. Hal ini dapat berdampak pada sistem kekebalan tubuh anjing. 

Sistem kekebalan tubuh yang melemah akibat batuk kennel dapat menyebabkan tubuh anjing lebih rentan terserang penyakit lainnya. Inilah pentingnya vaksin Parainfluenza sebagai upaya pencegahan serangan penyakit pada anjing kesayangan Anda.

Vaksinasi Parainfluenza dapat dilakukan dengan menggunakan layanan vaksin anjing dari Pet-Care dengan menghubungi Call Center Pet-Care atau melalui aplikasi Pet-Care. Layanan vaksinasi anjing dari Pet-Care menghadirkan dokter hewan terdekat untuk melakukan vaksin ke lokasi Anda.

Vaksin Parainfluenza

Parainfluenza memang bukan tergolong ke dalam vaksin inti anjing. Tapi vaksin ini mampu mengurangi risiko infeksi pernapasan dan meningkatkan sistem kekebalan pada tubuh anjing.

Vaksin Parainfluenza penting diberikan pada anjing sebagai antisipasi melawan virus dan mempertahankan sistem kekebalan tubuh. 

Vaksin ini penting terutama bagi Anda yang memelihara lebih dari satu anjing. Virus Canine Parainfluenza lebih mudah menyebar dari anjing yang satu ke anjing yang lain bila mereka saling berdekatan.

Selain melalui kontak dengan anjing yang terinfeksi, penyebaran virus Canine Parainfluenza juga dapat terjadi karena penggunaan tempat makan dan tempat tidur anjing bersama-sama. 

Vaksin Parainfluenza dapat bertahan melawan virus dalam selama kurang dari 3 tahun. Sebaiknya vaksin ini diberikan sedini mungkin, terutama pada anak anjing ketika berusia 6 sampai 8 minggu. 

Bila menemukan anjing peliharaan terserang virus Canine Parainfluenza, segera kunjungi dokter hewan terdekat atau gunakan layanan Pet-Care panggil dokter hewan ke rumah melalui Call Center Pet-Care atau aplikasi Pet-Care.

Tidak perlu ragu, karena dokter hewan Pet-Care telah memiliki sertifikat resmi dan  berpengalaman.


Kenapa Kucing Suka Makan Rumput?

Sebagai pemilik kucing mungkin Anda seringkali mendapati hewan peliharaan sedang makan rumput di halaman rumah. Kegiatan ini membingungkan karena yang kita tahu kucing merupakan hewan karnivora atau pemakan daging. 

Para peneliti melakukan survei terhadap 1000 pemilik kucing dengan kriteria minimal menghabiskan waktu 3 jam sehari untuk bermain bersama hewan peliharaan. Hasilnya ditemukan bahwa sebagian besar pemilik kucing menganggap perilaku memakan rumput pada kucing sebagai hal umum yang biasa mereka temui sehari-hari. 

71 persen dari pemilik kucing telah melihat hewan peliharaan mereka makan rumput selama 6 kali dan 11 persen pemilik kucing lainnya tidak pernah melihat hewan peliharaan mereka makan rumput. 

Jadi apa alasan kucing makan rumput? Apakah aman bila kucing mengonsumsi rumput?

Bila Anda ingin memesan layanan dokter hewan ke rumah, cukup hubungi Call-Center Pet-Care atau melalui aplikasi Pet-Care.

3 Alasan Kenapa Kucing Suka Makan Rumput

Para peneliti belum mengetahui alasan pasti mengapa kucing suka makan rumput. Namun terdapat beberapa teori yang dipercaya sebagai alasan mengapa kucing suka makan rumput.

1. Membantu Kucing Mengatasi Sakit Perut

Ketika kucing merasakan sakit perut, ia berusaha mengatasinya dengan makan rumput. Kucing akan muntah ketika makan rumput karena kucing kekurangan enzim yang dibutuhkan untuk memecah nabati pada rumput. 

Hal tersebut yang membantu kucing membersihkan saluran pencernaan dan mengeluarkan rambut, bulu, atau tulang hewan-hewan yang telah mereka mangsa. Kegiatan serupa juga dilakukan oleh anjing.

2. Kucing Membutuhkan Asam Folat pada Rumput

Rumput mengandung asam folat yang serupa dengan kandungan susu ibu kucing. Rumput juga mengandung vitamin esensial yang membantu mengatasi masalah pencernaan, mendorong pertumbuhan sel dan membantu produksi hemoglobin pada tubuh kucing. 

Ketika kucing merasa kekurangan vitamin tersebut, maka ia akan mengonsumsi rumput. 

3. Rumput sebagai Obat Pencahar Alami bagi Kucing

Terkadang kucing mengonsumsi makanan yang sulit dicerna. Oleh karena itu, kucing makan rumput untuk membantu memudahkan makanan yang sulit dicerna agar dapat melalui saluran pencernaan dengan mudah. 

Misalnya saja pada kucing yang sering memuntahkan bola bulu atau Hairball. Jika bola bulu sulit untuk dimuntahkan, maka kucing akan mengonsumsi rumput agar bola bulu keluar melalui sistem pencernaan bersama dengan kotoran mereka.

Sehingga rumput dapat dikatakan sebagai obat pencahar alami yang mengatasi gangguan pencernaan dan meredakan sembelit pada kucing. 

Kesimpulannya, kebiasaan kucing makan rumput bukan hal buruk dan aman untuk dilakukan. Namun, seorang dokter hewan Emily Payne menyarankan untuk memberikan kucing tanaman hijau yang aman dikonsumsi seperti rumput kucing atau catnip.

Hal ini dilakukan sebagai antisipasi bahaya kucing mengalami keracunan akibat mengonsumsi rumput di luar rumah yang mungkin saja mengandung bahan kimia, seperti pestisida, herbisida, atau pupuk. 

Bila Anda ingin memeriksa kucing setelah mengonsumsi rumput liar di halaman rumah, Anda dapat memesan layanan dokter hewan ke rumah dengan menghubungi Call-Center Pet-Care atau melalui aplikasi Pet-Care.

Sebelum Vaksin, Pastikan Hewan Peliharaan sudah Konsumsi Obat Cacing

Vaksinasi merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan oleh pemilik hewan agar anjing atau kucing yang mereka pelihara aman dari serangan berbagai macam penyakit menular. Vaksin melindungi hewan peliharaan dengan cara menyuntikkan zat yang berisi patogen penyebab penyakit tertentu ke tubuh hewan. 

Zat yang telah disuntikkan tersebut kemudian merangsang sistem kekebalan di dalam tubuh hewan. Sehingga, di kemudian hari sistem kekebalan tubuh hewan peliharaan kita mampu melawan patogen penyebab penyakit sebagai bentuk pertahanan alami. 

Dengan pertahanan alami yang terbentuk dalam sistem kekebalan tubuh hewan, patogen penyebab penyakit akan ditolak dan tubuh hewan peliharaan kita bebas dari penyakit. Meskipun tetap ada kemungkinan anjing atau kucing sakit setelah vaksin. Setidaknya sistem kekebalan tubuh hewan yang telah divaksin mampu meminimalisir pengaruh serangan penyakit.

Pet-Care hadir dengan layanan panggil dokter hewan ke rumah untuk memudahkan proses vaksinasi hewan peliharaan. Anda hanya perlu menghubungi Call Center Pet-Care atau melalui aplikasi Pet-Care dan proses vaksinasi dapat dilakukan tanpa perlu keluar rumah,

Konsumsi Obat Cacing Sebelum Vaksinasi

Sebelum hewan peliharaan melakukan proses vaksinasi, disarankan untuk mengonsumsi obat cacing terlebih dahulu. Konsumsi obat cacing diperlukan sebagai upaya pencegahan dari reaksi berlebihan pasca vaksin yang merugikan hewan peliharaan. Serta memastikan hewan peliharaan terbebas dari penyakit cacingan sebelum vaksin

Namun perlu diperhatikan untuk tidak memberikan obat cacing dan suntik vaksin pada hewan peliharaan pada hari yang sama. Obat cacing dan suntikan vaksin tidak dapat bekerja di hari yang sama karena keduanya saling merangsang sistem kekebalan tubuh hewan. 

Selain itu, baik obat cacing maupun suntikan vaksin dapat bereaksi dengan sistem kekebalan tubuh hewan dan menimbulkan efek samping tertentu. Jika dilakukan secara bersamaan bukan tidak mungkin hewan peliharaan akan merasakan efek samping berlebih yang membuat kondisi anjing atau kucing memburuk dan tidak sehat. 

Alasan utama dari tidak diperbolehkannya memberikan hewan peliharaan obat cacing bersamaan dengan suntikan vaksin adalah adanya risiko parasitosis atau penyakit yang disebabkan oleh parasit. Kondisi sistem kekebalan tubuh hewan yang terganggu akibat pemberian obat cacing bersamaan dengan suntikan vaksin dapat memicu hiporesponsif kekebalan. Hal ini menyebabkan vaksin yang disuntikkan dalam tubuh hewan tidak bekerja secara efektif. 

Obat cacing juga penting untuk dikonsumsi secara teratur, terutama untuk anak anjing atau anak kucing. Pada anak anjing atau kucing kemungkinan tertular cacing oleh induk jauh lebih besar. Bagi anjing dan kucing dewasa obat cacing harus dikonsumsi rutin selama 2 kali dalam setahun karena seringkali cacingan ditularkan lewat hewan-hewan yang diburunya, seperti tikus atau burung. 

Bagi Anda yang membutuhkan layanan vaksin hewan dapat menggunakan layanan Pet-Care panggil dokter hewan ke rumah dengan menghubungi Call Center Pet-Care atau melalui aplikasi Pet-Care. 

5 Cara Hewan Peliharaan Meningkatkan Kesehatan Mental Pemiliknya

Hewan peliharaan tidak hanya sekedar makhluk lucu yang senang untuk diajak menghabiskan waktu bersama. Berbagai alasan membuat hewan peliharaan sebagai bagian dari keluarga, salah satunya adalah hewan peliharaan mampu membuat pemiliknya merasa lebih baik secara fisik dan mental.

Hal tersebut ternyata telah dibuktikan dengan survei yang dilakukan oleh Human Animal Bond Research Institute (HABRI) menunjukkan bahwa 76 persen dari pemilik hewan peliharaan di Amerika merasakan peningkatan kesehatan tubuh dan 87 persen dari mereka merasakan peningkatan kesehatan mental

Selain itu, hewan peliharaan juga dapat membantu seseorang dengan kondisi kesehatan tertentu seperti ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) dan Autisme. Seseorang dengan ADHD mengalami kesulitan untuk memusatkan perhatian, berperilaku impulsif, dan hiperaktif. Gangguan tersebut dapat diminimalisir dengan kegiatan memberi makan hewan peliharaan tepat waktu yang melatih fokus atau bermain bersama hewan peliharaan dengan berlarian atau berjalan-jalan yang membantu melepas energi berlebih. 

Memelihara hewan peliharaan bagi seseorang dengan Autisme dapat membangun keterampilan sosial dan kepercayaan diri, serta memberikan rasa tenang dan tentram. Seseorang dengan Autisme juga terbantu oleh hewan peliharaan dalam melakukan kegiatan yang berkaitan dengan integrasi sensorik atau kegiatan yang berhubungan dengan panca indera, seperti meraba, mendengar, dan mencium aroma. 

Sebagai pemilik hewan, Anda dapat menggunakan layanan Pet-Care panggil dokter hewan ke rumah melalui Call Center Pet-Care atau aplikasi Pet-Care.

Cara Hewan Peliharaan Meningkatkan Kesehatan Mental Pemiliknya

Hewan peliharaan memiliki dampak besar yang bermanfaat bagi kesehatan mental para pemiliknya. Berikut adalah cara-cara yang dilakukan hewan peliharaan untuk membantu meningkatkan kesehatan fisik dan mental pemiliknya. Sehingga, pemilik hewan peliharaan merasa kesehatan mental dan fisiknya membaik, serta lebih bahagia dan sehat.

1. Hewan peliharaan membantu pemiliknya merasa dicintai

Hewan peliharaan mampu meningkatkan hormon dopamin, serotonin, dan oksitosin dalam tubuh pemiliknya. Ketika hormon-hormon itu meningkat, tubuh akan merasa lebih bahagia. Peneliti menemukan fakta bahwa kegiatan saling pandang dan berinteraksi antara hewan peliharaan dan pemiliknya mampu meningkatkan hormon oksitosin atau yang kerap disebut sebagai hormon cinta.

2. Hewan peliharaan membantu mengurangi rasa kesepian pemiliknya

Hewan peliharaan mengurangi rasa kesepian pemiliknya dengan cara memberikan rasa dicintai dan diterima. Secara naluriah, manusia membutuhkan perasaan dicintai yang mampu diberikan oleh hewan peliharaan. Hal ini yang membantu pemilik hewan peliharaan melawan rasa stres, kesepian, kesedihan, dan emosi negatif lainnya.

3. Hewan peliharaan membantu menurunkan tekanan darah pemiliknya

Studi pada tahun 1988 menemukan fakta bahwa memelihara anjing dapat membantu menurunkan detak jantung dan tekanan darah pemiliknya. Studi lain menunjukkan bahwa pemilik hewan peliharaan atau anak bulu memiliki kadar trigliserida dan kolesterol yang lebih rendah. Asosiasi Jantung Amerika juga mengatakan bahwa memelihara hewan peliharaan, terutama anjing dapat mengurangi risiko penyakit kardiovaskular.

4. Hewan peliharaan membantu menurunkan tingkat stres dan kecemasan pemiliknya

Berinteraksi dengan hewan peliharaan dapat menurunkan kadar hormon kortisol atau hormon stres pemiliknya. Studi pada tahun 2015 menemukan fakta bahwa anak yang tubuh bersama anjing peliharaan memiliki tingkat kecemasan dan trauma yang lebih rendah. Kemudian, studi pada tahun 2018 menemukan bahwa memelihara anjing dapat membantu mahasiswa yang mengalami stres. Memelihara hewan peliharaan juga membantu mengurangi gejala gangguan stres pasca trauma dan membantu penyembuhan penderita PTSD (post-traumatic stress disorder).

5. Hewan peliharaan mendorong pemiliknya untuk berolahraga

Hewan peliharaan tertentu, seperti anjing perlu melakukan olahraga teratur. Hal ini yang memaksa pemilik hewan peliharaan untuk ikut berolahraga bersama dengan anjing mereka. Berolahraga bersama hewan peliharaan dengan berlari atau berjalan-jalan mampu mengurangi kecemasan, depresi, dan suasana hati yang negatif. 

Bahaya! Jangan Mandikan Hewan Peliharaan setelah Vaksin

Layaknya manusia, hewan peliharaan juga memiliki serangkaian vaksinasi wajib. Vaksin bermanfaat untuk menjaga kesehatan hewan peliharaan. Selain melindungi hewan peliharaan dari penyakit, tujuan utama vaksin adalah untuk membangun sistem kekebalan tubuh.

Melalui vaksinasi, sistem kekebalan tubuh hewan peliharaan yang lemah nantinya mampu melawan penyakit dan mengurangi efek sakit. Namun perawatan hewan peliharaan setelah vaksin kadangkala membutuhkan penanganan yang lebih extra daripada biasanya.

Sebagai pemilik hewan peliharaan, kita harus memahami kondisi hewan peliharaan setelah divaksin. Secara fisik, hewan peliharaan akan merasa kelelahan setelah melakukan proses vaksinasi. Kelelahan ini dapat berlangsung selama 24 hingga 48 jam. 

Secara mental, suntikan vaksin dapat membuat hewan peliharaan sedikit down akibat stres dan bingung. Hal ini dikarenakan kegiatan vaksin bukan tergolong dalam kegiatan sehari-hari, sehingga hewan peliharaan tidak terbiasa melakukannya.

Selama perjalanan menuju atau pulang dari dokter hewan untuk melakukan vaksinasi, mungkin saja hewan peliharaan menjadi kotor. Hal ini membuat Anda sangat ingin memandikannya. Tetapi memandikan hewan peliharaan setelah disuntik vaksin sangat tidak disarankan. 

Meskipun efek samping dari vaksin sudah mereda setelah 48 jam atau 2 hari dari waktu suntik, tetapi sistem kekebalan hewan peliharaan masih mengalami penyesuaian selama beberapa hari kedepan. 

Pet-Care hadir dengan layanan panggil dokter hewan ke rumah untuk memudahkan proses vaksinasi hewan peliharaan. Anda hanya perlu menghubungi Call Center Pet-Care atau melalui aplikasi Pet-Care dan proses vaksinasi dapat dilakukan tanpa perlu keluar rumah, serta kebersihan hewan peliharaan pun tetap terjaga. 

Bahaya Memandikan Hewan Peliharaan setelah Vaksin

Setelah vaksin, disarankan untuk tidak memandikan hewan peliharaan selama 2 minggu kedepan. Jika tidak, maka proses memandikan hewan peliharaan ini dapat berbahaya bagi mereka.

Memandikan hewan peliharaan setelah disuntik vaksin ternyata dapat memicu stres. Bila stres ini bercampur dengan keadaan tubuh hewan peliharaan yang basah dan kedinginan setelah mandi dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh mereka. Sistem kekebalan tubuh yang lemah menyebabkan hewan peliharaan lebih mudah terserang penyakit.

Tidak hanya itu, titik suntikan vaksin pada tubuh hewan peliharaan juga terasa sakit. Bekas suntikan vaksin ini akan terasa semakin sakit jika terkena sentuhan yang kasar, seperti menggosok tubuh hewan peliharaan saat memandikannya atau ketika mengeringkannya. Rasa sakit tersebut dapat memicu stres hewan peliharaan.

Efek pasca vaksinasi lain yang perlu diperhatikan oleh pemilik hewan peliharaan diantaranya yaitu lesu, nafsu makan hilang, suhu tubuh meningkat, dan gangguan saluran pencernaan. Hal tersebut masih dikatakan normal dan jangan berikan obat-obatan jika memang tidak amat sangat dibutuhkan. 

Namun jika Anda menemukan efek samping yang berbeda dari yang telah disebutkan maka segera hubungi dokter hewan terdekat atau layanan Pet-Care panggil dokter hewan ke rumah melalui Call Center Pet-Care atau aplikasi Pet-Care.

Kucing Muntah Bulu, Apakah Normal?

Kucing merupakan salah satu hewan yang pandai menjaga kebersihan diri. Secara alami kucing akan akan menjilati tubuhnya untuk membersihkan diri.

Namun selama proses membersihkan diri, bulu kucing yang rontok bersamaan ketika ia menjilati tubuhnya akan ikut tertelan. Sebab lidah kucing memiliki duri kecil yang mampu merobek atau mencabut bulu-bulu di tubuh mereka dan tidak sengaja tertelan.

Bulu-bulu yang tertelan oleh kucing akhirnya bercampur dengan cairan pencernaan. Sebagian besar kucing dapat mencerna bulu-bulu tersebut melalui saluran pencernaannya tanpa membentuk gumpalan.

Tetapi jika saluran pencernaan kucing tidak dapat mencernanya, maka bulu-bulu yang tertelan akan tetap berada di dalam perut kucing hingga membentuk gumpalan. Gumpalan inilah yang nantinya akan dimuntahkan kucing.

Gejala yang akan muncul ketika kucing berusaha memuntahkan gumpalan bulu dari dalam tubuhnya adalah batuk seperti tersedak dan muntah-muntah. Gumpalan bulu akan keluar dalam bentuk tabung bukan bulat, karena melalui kerongkongan kucing yang sempit. 

Bila gejala lain muncul ketika kucing memuntahkan gumpalan bulu segera periksakan kucing kesayangan Petlovers dengan menghubungi layanan Pet-Care panggil dokter hewan ke rumah melalui Call-Center Pet-Care atau aplikasi Pet-Care.

Apakah kucing muntah bulu normal?

Muntah bulu pada kucing adalah hal yang normal bila terjadi hanya sesekali. Umumnya, kucing memuntahkan satu gumpalan bulu perminggu. Namun, kucing dengan jenis bulu lebat dan panjang seperti Persia atau Maine Coon secara alami akan membentuk gumpalan bulu lebih banyak.

Tidak perlu khawatir, kucing harus memuntahkannya untuk menjaga kondisi bulu di tubuh mereka agar selalu dalam kondisi baik dan mencegah gumpalan bulu menyumbat saluran pencernaan.

Pertolongan pertama yang dapat dilakukan ketika mendapati kucing Anda berusaha memuntahkan gumpalan bulunya adalah dengan memberikan banyak ruang, memastikan kucing Anda mengeluarkan seluruh gumpalan bulu, dan memastikan kucing Anda berhenti tersedak atau batuk-batuk.

Anda juga dapat membantunya dengan memberikan kucing diet makanan basah. Makanan basah yang dicerna oleh kucing dapat membantu bulu-bulu lebih mudah melewati saluran pencernaan dan tidak membentuk gumpalan. 

Muntah bulu pada kucing berbahaya jika muncul gejala-gejala berikut ini :
  • Kucing tersedak berkepanjangan, muntah-muntah tetapi tidak mengeluarkan gumpalan bulu
  • Nafsu makan kucing menurun
  • Kucing terlihat lesu
  • Kucing mengalami sembelit atau diare
  • Perut kucing bengkak atau sensitif jika disentuh

Jika muntah bulu pada kucing terjadi lebih sering atau muncul gejala-gejala tersebut maka Anda perlu memeriksakannya ke dokter hewan terdekat atau segera hubungi Call-Center Pet-Care atau aplikasi Pet-Care untuk mendapatkan layanan Pet-Care panggil dokter hewan ke rumah.

5 Penyakit dengan Gejala Mulut Anjing Berbusa

Mulut anjing yang biasanya berada dalam kondisi kering, kini mengeluarkan liur dan busa. Hal ini tentu mengkhawatirkan pemilik hewan peliharaan. Terlebih jika hal ini terjadi secara tiba-tiba pada anjing kesayangan Anda.

Busa atau buih pada mulut anjing terlihat seperti gelembung busa sabun. Busa pada mulut anjing juga sering mengandung air liur, berwarna putih, dan menempel di kedua sisi mulut.

Pada dasarnya kemunculan air liur dan busa pada mulut anjing merupakan hal yang biasa terjadi. Umumnya, disebabkan oleh proses tumbuh gigi pada anak anjing atau efek samping setelah anjing mengonsumsi obat. 

Busa pada mulut anjing juga dapat muncul ketika anjing sedang berada dalam kondisi stres atau terengah-engah akibat aktivitas berlebihan.Tetapi penting untuk memeriksa gejala berbahaya lain seperti kesulitan menelan, lesu, tidak ingin makan atau minum, dan bertingkah aneh yang berbeda dari kesehariannya.

Petlovers dapat berkonsultasi dan memeriksakan kemungkinan kondisi yang lebih serius dari mulut anjing berbusa dan berliur dengan menghubungi layanan Pet-Care panggil dokter hewan ke rumah melalui Call-Center Pet-Care atau aplikasi Pet-Care.

Penyakit Anjing dengan Gejala Mulut Berbusa

Berikut 5 penyakit anjing dengan gejala mulut berbusa yang perlu Petlovers ketahui.

Penyakit Gigi

Anjing berisiko tinggi terkena berbagai penyakit gigi. Terutama jika kebersihan mulut anjing tidak diperhatikan dengan baik. Salah satu gejala dari penyakit gigi pada anjing adalah munculnya busa putih pada mulut. Bila tidak segera ditangani maka kondisi penyakit gigi ini dapat memburuk sewaktu-waktu. 

Keracunan

Keracunan menjadi salah satu penyebab paling umum yang terjadi ketika mulut anjing mengeluarkan busa putih. Banyak hal yang dapat menjadi racun bagi tubuh anjing. Termasuk bumbu dapur seperti bawang merah dan bawang putih. Zat-zat berbahaya dari kendaraan yang tertinggal di garasi rumah juga berbahaya bagi anjing.

Kejang

Meskipun kejang pada anjing dapat mengejutkan pemiliknya serta memerlukan penanganan serius. Kejang kerap terjadi pada banyak anjing. Ketika kejang menyerang biasanya mulut anjing akan mengeluarkan busa.

Mual

Penyebab dari kemunculan busa pada mulut anjing selanjutnya adalah mual. Ketika anjing mengalami mual, biasanya diawali dengan gejala keluarnya banyak air liur dari mulut anjing. Kemudian, disusul dengan kemunculan busa putih.

Rabies

Salah satu gejala utama dari rabies adalah keluarnya busa putih dari mulut anjing. Rabies menjadi kondisi paling serius yang mungkin terjadi ketika mulut anjing Anda mengeluarkan busa. Kondisi ini dapat berakibat fatal pada anjing Anda, juga anjing-anjing lain disekitar lingkungan tempat tinggal Anda karena penyebaran rabies terjadi dengan sangat cepat. 

Kelima tanda diatas merupakan kemungkinan penyakit berbahaya pada Anjing dengan gejala mulut berbusa. Jika Anda mendapati mulut anjing kesayangan Anda berbusa, segera hubungi Call-Center Pet-Care atau aplikasi Pet-Care untuk mendapatkan layanan Pet-Care panggil dokter hewan ke rumah.

Sebelum Vaksin Rabies Anjing, Perhatikan Efek Sampingnya!

Rabies adalah penyakit yang dibawa oleh virus menular dan mematikan. Selain anjing, penyakit rabies juga menyerang kucing dan mamalia lain, termasuk manusia.

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), rabies membunuh lebih dari 59.000 orang di seluruh dunia setiap tahun. Sebagian besar kasus terjadi di Afrika dan Asia.

Selama 5 tahun terakhir, Kemenkes mencatat kasus orang yang digigit Hewan Penular Rabies (HPR) mencapai angka 442.187 kasus. Bali menjadi provinsi penyumbang angka kasus tertinggi.

Namun Anda tidak perlu khawatir. Melalui vaksinasi yang tepat, penyakit rabies pada anjing pasti dapat dicegah.

Apabila Anda ingin melakukan vaksinasi rabies pada anjing, sebaiknya konsultasikan terlebih dahulu dengan layanan Pet-Care panggil dokter hewan ke rumah dengan menghubungi Call-Center Pet-Care atau aplikasi Pet-Care.

Efek Samping Vaksin Rabies pada Anjing

Vaksinasi rabies pada anjing perlu dilakukan pengulangan setiap 1 hingga 3 tahun sekali. Hal ini disebabkan oleh kemungkinan hilangnya tingkat antibodi pada tubuh anjing dalam melawan infeksi rabies.

Sebelum melakukan vaksinasi rabies pada anjing, Anda perlu mengetahui apa saja efek samping yang mungkin muncul setelah anjing kesayangan Anda menerima suntikan vaksin rabies.

Terdapat dua efek samping dari vaksinasi rabies pada anjing yaitu efek samping umum dan efek samping langka.

Berikut ini penjelasan lengkap mengenai apa saja efek samping vaksin rabies pada anjing yang perlu Anda ketahui.

Efek Samping Umum

Umumnya, efek samping setelah melakukan vaksinasi rabies pada anjing adalah rangsangan pada sistem kekebalan tubuh anjing.

Efek samping umum dari vaksinasi rabies pada anjing yaitu demam ringan. Setelah vaksin, kemungkinan nafsu makan anjing akan berkurang dan lemas seperti kehilangan energi. Bengkak dan sakit ringan di titik suntikan juga dapat muncul paca vaksinasi.

Beberapa efek samping tersebut dapat bertahan selama 24 hingga 36 jam setelah vaksinasi.

Efek Samping Langka

Perlu diingat bahwa efek samping ini jarang terjadi pada anjing setelah melakukan vaksinasi rabies. 

Munculnya efek samping langka disebabkan oleh reaksi berlebihan dari sistem kekebalan anjing.

Efek samping langka anjing terhadap vaksin rabies meliputi berjolan keras di seluruh tubuh anjing yang menimbulkan rasa gatal dan tidak gatal, serta muntah dan diare. 

Efek samping langka lainnya yang dapat terjadi pada anjing setelah menerima vaksin rabies adalah bengkak pada bagian wajah, moncong, atau mata, juga bengkak dan sakit berat di titik suntikan.

Batuk dan pingsan juga merupakan efek samping langka yang kerap terjadi pasca vaksinasi rabies pada anjing.

Jika Anda mendapati salah satu dari efek samping tersebut pada anjing kesayangan Anda pasca vaksinasi rabies, segera hubungi Call-Center Pet-Care atau aplikasi Pet-Care untuk mendapatkan layanan Pet-Care panggil dokter hewan ke rumah.