Jelang Natal, Dokter Hewan: Perhatikan Dekorasi Natal yang Dapat Membahayakan Hewan Peliharaan

Kita telah memasuki bulan Desember, artinya sebentar lagi perayaan natal dan tahun baru akan segera diselenggarakan. Mendekor rumah dengan pernak-pernik khas natal rasanya jadi kegiatan tahunan yang wajib dilakukan sebagai bentuk memeriahkan hari natal. Namun kegiatan mendekor rumah dengan berbagai ornamen natal ini perlu diperhatikan bagi Anda yang memiliki hewan peliharaan.

Sebab pemilihan bahan-bahan dekorasi yang salah dan penataan yang kurang sesuai dapat membahayakan hewan peliharaan. Berikut adalah serba-serbi dekorasi natal yang perlu diperhatikan oleh para pemilik hewan yang telah Pet Care rangkum. Meliputi dekorasi natal yang aman digunakan dan dekorasi natal yang sebaiknya tidak digunakan karena berpotensi membahayakan hewan peliharaan.

Memilih Pohon Natal

Terdapat dua jenis pohon natal yang umumnya digunakan sebagai dekorasi, yaitu pohon asli dan buatan. Jika Anda memilih pohon asli sebagai dekorasi natal, maka pilihlah pohon yang lentur dan tidak memiliki duri-duri tajam menusuk seperti pohon cemara douglas atau pinus putih. Selalu bersihkan batang atau daun-daun yang rontok dan berjatuhan ke lantai agar tidak termakan oleh hewan peliharaan.

Seorang pakar dari Independent Veterinary Practitioners Association (IVPA) mengungkap bahwa di dalam paket pohon natal asli biasanya disertakan pula pupuk, pengawet, pestisida, dan bahan kimia lain yang berbahaya untuk hewan peliharaan. Hal ini perlu diperhatikan penempatannya agar tidak terjamah oleh hewan peliharaan. Sesuai dengan saran dari Douglas Kratt, Dokter di American Veterinary Medical Association bahwa cara terbaik adalah menjauhkan dekorasi natal dari jangkauan hewan peliharaan.

Namun, jika Anda memilih pohon buatan sebagai dekorasi natal maka pilihlah pohon yang kokoh, sehingga batang dan dedaunannya tidak mudah rontok. Usahakan untuk memilih pohon yang tidak menarik perhatian hewan peliharaan. Kemudian tempatkan pohon di tempat yang lebih tinggi dan sulit untuk dijangkau oleh hewan peliharaan. Menurut Zay Satchu, Dokter Hewan di Bond Vet, pohon natal buatan lebih aman digunakan daripada pohon asli karena tidak memiliki aroma alami tanaman yang dapat menarik perhatian anjing dan kucing.

Pemilihan ukutan pohon natal juga perlu diperhatikan. Pohon berukuran kecil, lebih baik digunakan sebagai dekorasi bagi Anda yang memelihara hewan di rumah. Selain mudah untuk dipindahkan, pohon dengan ukuran lebih kecil juga lebih mudah untuk bereskan ketika kemungkinan buruk terjadi, seperti hewan peliharaan bermain-main di sekitar pohon dan menghancurkannya.

Dekorasi Pohon Natal

Dekorasi pohon natal seperti bola-bola lampu tidak masalah untuk digunakan. Namun pemilik hewan perlu memperhatikan penempatannya dan menjaga agar hewan peliharaan tidak mampu menjangkaunya. Sebaiknya, pilih bola lampu yang terbuat dari bahan plastik daripada kaca, agar lebih aman dan tidak mudah pecah.

Kemudian, dekorasi pohon natal lain seperti lampu dengan kabel panjang perlu dijauhkan dan tidak dibiarkan menjuntai. Rekatkan kabel-kabel panjang ditempat tinggi agar tidak menarik perhatian hewan peliharaan. Karena ketika mereka memainkan kabel-kabel ini kemungkinan buruk terlilit atau tersengat aliran listrik bisa saja terjadi.

Selain dekorasi natal yang perlu diperhatikan, makanan konsumsi hewan peliharaan selama perayaan hari raya ini juga perlu diawasi. Selama natal mungkin banyak hidangan manis yang disuguhkan, seperti coklat. Jangan berikan hewan peliharaan Anda makanan yang mengandung coklat. Hal ini dikarenakan kandungan theobromine pada coklat dapat mengakibatkan kerusakan sistem saraf yang dapat menimbulkan efek tremor otot, kejang, hingga kematian. Selain itu, coklat juga mengandung banyak lemak yang dapat mengakibatkan sakit perut dan pankreatitis pada hewan peliharaan. Jika kemungkinan buruk tersebut terjadi maka segera hubungi dokter hewan terdekat untuk memperoleh pertolongan lebih lanjut.

Kucing Pandai Sembunyikan Rasa Sakit, Lalu Bagaimana Cara Mengenali Kucing yang Sedang Sakit?

Secara alami, kucing memiliki kemampuan untuk menyembunyikan rasa sakit dengan sangat baik. Kemampuan ini muncul sebagai bentuk perlindungan diri. Kucing dikenal sebagai hewan pemburu dan pemangsa yang hebat, namun kucing juga merupakan mangsa dari hewan besar lainnya. Kebiasaan menyembunyikan rasa sakit dilakukan oleh kucing agar tidak terlihat lemah dihadapan pemangsa yakni hewan-hewan bertubuh besar.

Hal tersebut yang mengakibatkan para pemilik hewan tidak jarang mengalami kesulitan untuk mengidentifikasi penyakit pada kucing peliharaannya. Meskipun kucing tidak menunjukan rasa sakit yang dideritanya, kucing sakit tetap memiliki ciri khusus yang dapat dikenali. Ketika berbagai gejala dibawah ini muncul segera periksakan kucing ke dokter hewan untuk memperoleh tindakan lebih lanjut sesuai dengan penyakit yang dideritanya.

Cara Mengenali Kucing Sakit

Berikut beberapa cara mengenali kucing sakit dilansir melalui laman Pet MD.

1. Perubahan Porsi Makan

Gejala kucing sakit dapat diidentifikasi jika secara tiba-tiba mereka merubah porsi makan, entah itu menjadi lebih banyak, lebih sedikit, atau tidak makan sama sekali. Peningkatan nafsu makan secara drastis dapat disebabkan oleh adanya parasit pada usus, hipertiroidisme, diabetes, dan penyakit saluran cerna lain yang mengakibatkan penyerapan nutrisi tidak berjalan dengan baik. Sedangkan, penurunan nafsu makan terjadi akibat rasa tidak nyaman yang dirasakan oleh kucing, seperti mual, demam, dan nyeri mulut.

2. Minum Lebih Banyak dari Biasanya

Minum secara berlebihan merupakan tanda dari tingkat rasa haus berlebihan yang dirasakan oleh kucing. Kehausan merupakan gejala dari penyakit diabetes, ginjal, hipertiroidisme, peningkatan kalsium, atau penyakit endokrin. Namun kehausan juga dapat terjadi jika kucing sedang menjalani pengobatan tertentu yang berkaitan dengan urin.

3. Mengeong Lebih Sering

Memang benar terdapat kucing yang memiliki kebiasaan mengeong lebih sering atau dikenal dengan kucing cerewet. Namun, sebagai pemilik pastinya Anda mampu menyadari kucing yang mengeong normal seperti hari-hari biasa, dengan kucing yang mengeong lebih sering seakan-akan sedang memberikan sinyal untuk mengomunikasikan rasa sakit di dalam tubuhnya. Frekuensi mengeong juga dapat berubah seiring dengan pertambahan usia kucing. Semakin bertambahnya usia, kucing dapat mengalami disfungsi kognitif atau kepikunan. Hal ini yang menyebabkan kucing semakin cerewet ketika menua.

3. Buang Air di Luar Kotak Pasir

Ketika kucing yang terbiasa buang air di dalam kotak pasir tidak lagi mau untuk buang air di dalam kotak secara tiba-tiba, dapat menjadi pertanda adanya anomali di dalam tubuh mereka. Kucing berhenti menggunakan kotak pasirnya untuk buang air dan menganggap ketika buang air di dalam kotak pasir timbul rasa sakit. Sehingga, kucing mengasosiasikan rasa sakit yang mereka rasakan timbul akibat dari penggunaan kotak pasir. Hal ini berkaitan dengan penyakit infeksi kandung kemih, gastrointestinal, diare, sembeli, atau nyeri sendi.

4. Muntah dan Diare

Muntah dan diare merupakan tanda kucing sedang sakit yang paling mudah dikenali. Umumnya, muntah dan diare terjadi akibat adanya obstruksi gastrointesnial atau keberadaan benda asing, parasit usus, sensitivitas makanan, intoleransi atau alergi, penyakit ginjal dan pankreas, radang usus, infeksi bakter, racun, kanker, dan sembelit. Beragamnya penyakit dengan gejala muntah dan diare memerlukan pemeriksaan khusus oleh tenaga ahli untuk memastikan penyakit apa yang diderita kucing.

Beberapa tanda lain yang dapat dikenali sebagai ciri dari kucing sakit adalah overgrooming atau berlebihan ketika mandi dengan menjilati tubuh, hingga muncul botak pada area tertentu. Munculnya bau mulut, perubahan mood atau suasana hati secara tiba-tiba, perubahan tingkat energi (lesu atau hyperactive), penurunan berat badan, perubahan ukuran pupil mata, pernapasan terganggu, muncul kotoran berlebih pada mata dan telinga, hingga sering bersembunyi juga menjadi ciri dari kucing yang sakit. Segera hubungi dokter hewan terdekat apabila menemukan salah satu ciri tersebut pada kucing kesayangan Anda.

Jauhi Hewan Peliharaan dari Tanaman Beracun Ini, Pemilik Harus Waspada!

Pada dasarnya, hewan memiliki insting penasaran dan keinginan untuk memakan atau sekedar menjilat berbagai tanaman yang ada di sekitar. Namun sayangnya tidak semua tanaman aman untuk hewan. Terdapat pula beberapa jenis tanaman berbahaya karena terdapat racun yang membahayakan hewan. Tanaman beracun dapat menimbulkan sakit perut hingga mengakibatkan kematian hewan. Sehingga sangat penting bagi para pemilik hewan untuk lebih waspada dan mengetahui jenis tanaman apa saja yang membahayakan.

Tanaman Beracun untuk Hewan Peliharaan

Bunga Bakung

Bunga bakung tergolong dalam spesies tanaman lilium. Seluruh bagian dari bunga bakung sangat beracun bagi hewan, terutama kucing. Jika dikonsumsi, bunga bakung dapat menyebabkan kerusakan pada ginjal. Maka sebaiknya jauhi hewan peliharaan dari tanaman ini. Apabila menemukan hewan sedang menjilati bagian dari bunga bakung, serbuk, bunga, maupun daun, segera hubungi dokter hewan untuk mendapat pertolongan.

Jamur

Terdapat berbagai jenis jamur yang kita ketahui, ada yang aman untuk dikonsumsi namun ada pula yang beracun. Bahkan beberapa spesies jamur dapat menimbulkan iritasi usus dengan diare dan muntah sebagai gejalannya. Konsumsi jamur sembarangan juga dapat mengakibatkan masalah serius hingga fatal, seperti aritmia atau kondisi dimana detak jantung tidak normal, serangan jantung, dan gagal fungsi organ. Dikarenakan mengidentifikasi jenis jamur antara yang aman dengan yang beracun saja sulit, sebaiknya hindari hewan peliharaan untuk bermain-main disekitar tanaman ini.

Giant Hogweed

Tanaman ini tidak hanya membahayakan hewan tetapi juga bahaya bagi manusia. Batang dan daun dari tanaman ini mengandung racun yang dapat mengakibatkan kulit terbakar dan melepuh. Racun tanaman berada pada getahnya. Meskipun hewan peliharaan seperti kucing dan anjing memiliki bulu yang melapisi kulitnya, getah tanaman ini tetap dapat menimbulkan efek samping terbakar dan melepuh. Fatal akibatnya jika getah tanaman ini tidak sengaja terjilat oleh hewan ketika menempel pada bulu-bulu mereka.

Terdapat pula beberapa tanaman lain yang beracun untuk hewan, maka awasi dengan cermat ketika mereka berinteraksi dengan tanaman. Waspada jika muncul tanda-tanda abnormal pada hewan setelah bermain-main dengan tanaman liar. Berikut ini beberapa gejala yang dapat diidentifikasi jika hewan keracunan tanaman.

Gejala Hewan Keracunan Tanaman

  • Lemas (tidak bernergi)
  • Muntah
  • Diare
  • Terdapat darah di dalam feses
  • Minum dan buang air kecil lebih banyak daripada biasanya
  • Gusi pucat
  • Tremor hingga kejang
  • Kesulitan bernapas
  • Mengeluarkan liur terus-menerus
  • Tidak nafsu makan

Gejala lain yang dapat dikenali bila hewan peliharaan keracunan tanaman adalah terdapat iritasi pada kulit atau mulu, munculnya ruam (kemerahan pada kulit), bengkak disertai nanah seperti bisul di bagian bibir, lidah, dan gusi. Munculnya gejala jadi pertanda agar hewan segera memperoleh tindakan dari tenaga ahli, seperti layanan dokter hewan terdekat dari Pet Care.

Kiat-Kiat Menyisir Bulu Kucing dengan Benar

Menyisir bulu kucing jadi kegiatan harian yang dilakukan oleh para pemilik anabul. Tidak hanya kucing, anjing juga perlu untuk disisir bulunya secara rutin. Meskipun terlihat santai nyatanya menyisir bulu-bulu kucing memerlukan cara yang baik dan benar.

Kenyamanan kucing bisa jadi faktor penentu keberhasilan menyisir bulu. Jika tidak nyaman, alih-alih kerapihan yang diperoleh justru bulu kucing akan mengalami kerontokan bahkan kusut. Jika sudah seperti ini, maka perlu dikoreksi bagaimana cara menyisir bulu yang dilakukan. Apakah sudah sesuai atau belum.

Memang kerontokan pada bulu kucing adalah hal yang normal terjadi, karena pertumbuhan bulu anabul memiliki siklus untuk bertumbuh, bertahan, dan berguguran untuk kemudian digantikan dengan bulu-bulu baru. Namun yang perlu dikhawatirkan ketika kerontokan sudah berlebihan hingga mengakibatkan gumpalan kusut pada bulu dan sulit untuk dilepaskan. Berikut ini adalah kiat-kiat menyisir bulu kucing dengan benar yang dapat diaplikasikan oleh para pemilik hewan.

Kiat-Kiat Menyisir Bulu Kucing

Menyisir bulu kucing perlu dilakukan secara rutin dan teratur agar kebersihan serta kesehatan kucing selalu terjaga. Menyisir bulu kucing secara teratur juga mampu meminimalisir tertelannya gumpalan bulu atau yang dikenal sebagai hairball. Selain itu, dengan menyisir bulu kucing para pemilik hewan mampu mengidentifikasi adanya kutu, cacing, atau parasit lainnya.

Pilih Sisir Sesuai dengan Jenis Bulu Kucing

Beda jenis bulu, berbeda pula sisir yang dipergunakan. Dokter hewan menyarankan untuk menggunakan sisir yang telah disesuaikan. Kucing dengan ras berbulu pendek lebih cocok menggunakan sisir dengan batang berukuran kecil dan jarak yang dekat. Sedangkan, kucing dengan ras berbulu panjang lebih cocok menggunakan sisir dengan batang berukuran besar dan berjarak lebih longgar.

Utamakan Kenyamanan Kucing

Kucing yang akan disisir bulunya perlu merasanya nyaman. Waktu yang tepat untuk menyisir yaitu ketika kucing sedang bersantai atau ketika kucing sedang mengantuk. Diwaktu-waktu tersebut biasanya kucing akan merasa lebih rileks dan tenang. Kemudian, mulai dengan membelai bulu secara perlahan dan gerakan yang lembut. Awali kegiatan menyisir bulu kucing dengan sapuan panjang, lambat, dan lembut.

Sisir Bulu Mati Kucing

Bulu-bulu mati yang telah gugur secara alami tidak selalu rontok ke lantai, ada pula bulu mati yang tetap bertahan disela-sela bulu sehat. Untuk membersihkan bulu mati, pemilik hewan dapat melakukannya dengan cara menyisir bulu kucing ke arah berlawanan dengan arah tumbuh bulu. Kemudian, dilanjutkan dengan menyisir bulu kucing ke arah yang sesuai dengan pertumbuhan bulu. Lakukan secara berulang untuk memastikan bulu mati terangkat seluruhnya.

Pisahkan Penggunaan Sisir untuk Tiap Kucing

Memisahkan sisir kucing yang satu dengan kucing yang lain penting untuk dilakukan. Hal ini dikarenakan penularan penyakit kulit pada kucing dapat terjadi melalui perantara sisir. Serta selalu jaga kebersihan sisir dan tidak lupa untuk membersihkannya secara rutin.

Mengatasi Bulu Kusut

Jika sudah terlanjur kusut, akibat kesalahan teknik menyisir bulu kucing maka Anda dapat menggunakan bagian ujung sisir untuk memisahkan kusut secara perlahan. Jangan langsung menarik gumpalan kusut secara paksa karena khawatir akan rontok di satu area dan terlihat botak. Apabila kucing meronta ketika dilakukan sesi ini, segera hentikan dan biarkan kucing hingga merasa tenang. Anda dapat melanjutkan kembali ketika kucing sudah benar-benar merasa tenang atau gunakan tips sebelumnya yaitu ketika kucing sedang mengantuk atau ketika terlelap.

Sisir Bulu Secara Rutin

Ingat, menyisir bulu kucing menjadi kegiatan harian yang sangat penting untuk dilakukan dan jangan sampai terlewatkan. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa kegiatan ini juga merupakan upaya menjaga kebersihan tubuh kucing. Dokter hewan menyarankan untuk menjadwalkan kegiatan menyisir sesuai dengan jenis bulu kucing. Bulu kucing pendek perlu disisir satu sampai dua kali sehari. Sedangkan bulu kucing panjang perlu disisir dua sampai tiga kali sehari.

4 Tipe Parasit Kucing dan Anjing

Sebagai pemilik hewan penting bagi kita untuk lebih peduli dan lebih memperhatikan kesehatan hewan peliharaan, terutama seputar parasit. Makhluk hidup satu ini dapat menganggu kesehatan hewan peliharaan secara keseluruhan. Parasit dapat hidup dan mengganggu kesehatan saluran pencernaan, jantuh, serta organ tubuh hewan lainnya.

Pencegahan parasit pada kucing dan anjing dapat dilakukan melalui layanan dokter hewan terdekat dari Pet Care, dengan menghubungi Call Center atau melalui Social Media Pet Care. Penularan parasit pada kucing dan anjing dapat terjadi tanpa kita sadari. Parasit tidak hanya ditularkan dari hewan ke hewan, tapi juga dapat terjadi penularan antara hewan dan manusia seperti pada parasit Zoonosis. Berikut ini adalah 4 tipe parasit zoonosis yang umum ditemukan pada kucing dan anjing, beserta tips untuk mencegahannya.

1. Cacing Pita

Cacing pita dapat menginfeksi manusia yang menyentuh kucing maupun anjing yang memiliki kutu. Hal ini karena siklus hidup cacing pita harus menjadi kutu sebelum berubah menjadi parasit berupa cacing. Jika manusia menyentuh hewan dengan kutu dari cacing pita kemudian makan tanpa mencuci tangan, maka kemungkinan terinfeksi sangat besar. Anak kecil yang sedang berada pada tahap sering memasukkan berbagai benda ke dalam mulutnya, menjadi pihak yang memiliki risiko paling tinggi untuk terinfeksi cacing pita.

2. Cacing Gelang

Cacing gelang hidup pada usus kucing, anjing, dan berbagai spesies satwa liar. Telur dari cacing gelang sangat kuat hingga mampu bertahan dari sinar matahari dan suhu dingin selama bertahun-tahun di dalam tanah. Telur cacing gelang akan terus bertahan dalam jangka waktu yang lama sampai menemukan manusia atau hewan untuk diinfeksi. Ketika seseorang menelan telur cacing gelang akibat dari memegang hewan peliharaan atau tanah yang terkontaminasi tanpa mencuci tangan, telur itu akan menetas di dalam usus manusia. Kemungkinan terburuk dari hidupnya cacing pita di dalam usus adalah kista.

3. Toxoplasma

Toxoplasma merupakan parasit usus yang umumnya ditemukan pada kucing. Penyebaran toxoplasma terjadi melalui media tanah yang terkontaminasi dengan daging atau kotoran hewan-hewan yang hidup di tanah. Kebersihan kotak pasir media buang air hewan peliharaan sangat perlu dijaga, untuk menghindari parasit jenis ini hidup. Manusia juga dapat tertular parasit toxoplasma karena melakukan kontak langsung dengan hewan peliharaan dan kemudian makan tanpa mencuci tangan. Seseorang yang terinfeksi parasit jenis ini akan mengalami gejala nyeri otot dan gejala-gejala lain serupa dengan gejala flu. Kemungkinan buruk dari infeksi parasit toxoplasma pada manusia adalah kerusakan otak. Hal ini terjadi melalui penularan parasit pada bayi melalui ibunya ketika hamil.

4. Cacing Tambang

Cacing tambang hidup pada usus kucing dan anjing. Penularan cacing tambang terjadi ketika mereka menyentuh tanah yang telah terkontaminasi tinja. Ketika bersentuhan, larva akan mendiami kulit dan menyebabkan rasa gatal disertai infeksi. Jika seseorang mengucek-ucek bagian mata dengan tangan kotor yang teinfeksi cacing tambang, larva dapat berpindah ke mata.

Disinilah pentingnya untuk selalu menjaga kebersihan tangan, baik itu sebelum maupun sesudah bermain dengan hewan peliharaan. Tidak hanya itu, kebersihan hewan peliharaan beserta tempat tinggalnya juga perlu dijaga demi kebaikan semua pihak. Pencegahan parasit pada kucing dan anjing dapat dilakukan melalui layanan dokter hewan terdekat dari Pet Care, dengan menghubungi Call Center atau melalui Social Media Pet Care.

Hati-Hati FLUTD Pada Kucing, Sulit Buang Air Kecil Jadi Gejalanya!

FLUTD atau Feline Lower Urinary Tract Disease merupakan gangguan kesehatan kucing yang berkaitan dengan kondisi pada kandung kemih dan uretra. Infeksi pada saluran kemih kucing dapat disebabkan oleh bakteri, jamur, parasit, dan juga virus.

Kucing yang mengalami kondisi ini umumnya akan menunjukkan tanda-tanda seperti sulit buang air kecil dan timbul rasa sakit ketika buang air kecil. Tidak hanya itu, frekuensi buang air kecil juga mengalami peningkatan. Kadangkala kemunculan darah pada urin dapat saja terjadi.

American Veterinary Medical Association menambahkan beberapa kebiasaan yang dilakukan oleh kucing dengan FLUTD. Seperti berlebihan ketika menjilati tubuhnya (overgrooming) dan buang air di luar kotak kotorannya. Kondisi seperti ini dapat terjadi pada kucing di berbagai usia. Sehingga para pemilik hewan perlu lebih waspada dan memperhatikan gaya hidup kucing. Jangan sampai mereka mengalami kelebihan berat badan, stres, atau berada pada lingkungan yang kotor.

Gejala Sulit Buang Air Kecil Pada Kucing
  • Mengejan ketika buang air kecil
  • Volume urin ketika buang air kecil sedikit
  • Terlalu sering buang air kecil
  • Menangis atau terlihat menahan rasa sakit ketika buang air kecil
  • Menjilati area genital secara berlebihan
  • Buang air kecil di luar kotak pasir
  • Terdapat darah dalam urin
Diagnosis FLUTD

Penyakit ini memiliki banyak penyebab, sehingga sulit untuk mendiagnosisnya. Melalui catatan gejala-gejala yang timbul pada kucing, dokter hewan akan melakukan pemeriksaan fisik. Mulai dari pemeriksaan urinalisis untuk menilai kadar pH urin, konsentrasi urin, dan mendeteksi ada atau tidaknya kristal, pendarahan, pendarahan, hingga infeksi dalam urin.

Jika penyebab belum juga ditemukan setelah dilakukannya rangkaian pemeriksaan tersebut, maka dokter hewan akan melakukan tes lain seperti kultur urin, rontgen, pemeriksaan darah, dan tes urin tambahan. Upaya pemeriksaan dan diagnosis ini dapat dilakukan melalui layanan dokter hewan terdekat dari Pet Care, dengan menghubungi Call Center atau melalui Social Media Pet Care.

Pengobatan kucing dengan FLUTD menurut Pet MD disesuaikan dengan diagnosis dokter sebelumnya. Kemudian disandingkan dengan beberapa perawatan umum, seperti meningkatkan konsumsi air, mengubah jenis makanan dari dry food atau makanan kering ke wet food atau makanan basah, dan menjalankan program penurunan berat badan apabila diperlukan. Jika kucing masih melakukan kebiasaan buang air di luar kotak pasirnya, maka berikan beberapa pilihan kotak pasir dan selalu arahkan kucing untuk buang air di tempat yang seharusnya.

Jelang Akhir Tahun, Ini Dia Tips Berlibur Bersama Hewan Peliharaan Dengan Perjalanan Darat

Menjelang liburan akhir tahun, berlibur bersama hewan peliharaan mungkin saja menjadi salah satu rencana yang terbesit oleh Pet Lovers. Banyak pilihan transportasi untuk berlibur, baik itu jalur darat, laut, maupun udara.

Meskipun lebih ekonomis, perjalanan darat dapat berlangsung dalam jangka waktu yang lama. Serta memberikan rasa bosan pada hewan peliharaan karena perjalanan jauh bukan kegiatan yang biasa mereka lakukan sehari-hari. Berikut ini tips-tips berlibur bersama hewan peliharaan dengan perjalanan darat yang telah Pet-Care rangkumkan untuk para pemilik hewan.

Terapkan Kebiasaan Baru

Seminggu jelang keberangkatan, biasakan hewan peliharaan untuk buang air pada wadah yang akan dipergunakan selama perjalanan. Pembiasaan ini sangat perlu dilakukan agar hewan peliharaan tidak kaget dengan kebiasaan baru yaitu buang air di kendaraan. Selain wadah buang air, tempat makan dan minum juga perlu disesuaikan dengan tempat makan dan minum portable agar tidak terjadi kemungkinan buruk kelaparan atau dehidrasi.

Tempatkan Hewan Peliharaan di Kursi Belakang

Kursi belakang jadi tempat paling aman untuk hewan peliharaan. Kursi bagian depan berbahaya bagi hewan peliharaan jika tiba-tiba airbag (kantong udara) mengembang. Untuk perlindungan ekstra, tempatkan hewan peliharaan pada tempat khusus seperti tas atau box khusus.

Jangan Biarkan Hewan Peliharaan Mengeluarkan Kepala Lewat Jendela

Ketika mobil melaju, jangan sekali-kali biarkan hewan peliharaan Anda mengeluarkan kepalanya lewat jendela. Jika dibiarkan kemungkinan buruk bisa saja terjadi pada hewan peliharaan seperti luka karena tertabrak benda asing di luar mobil. Udara dingin yang masuk secara paksa pada paru-paru hewan juga membahayakan.

Jangan Tinggalkan Hewan Peliharaan Sendiri di Dalam Kendaraan

Membiarkan hewan peliharaan sendiri di dalam mobil dapat meningkatkan kemungkinan rusaknya organ tubuh. Buruknya kerusakan organ dapat mengakibatkan kematian. Hal ini terjadi karena suhu udara di dalam mobil dapat memanas dan bertahan dalam ruangan tertutup. Jika memang terpaksa harus meninggalkan hewan peliharaan di dalam mobil, pastika jendela dalam kondisi terbuka lebar dan tidak meninggalkannya lebih dari 30 menit.

Bawalah Mainan Hewan

Perjalanan panjang dengan durasi lama sudah pasti membosankan. Mempersiapkan beberapa mainan hewan peliharaan dan mengajak mereka bermain bersama dapat mendistraksi rasa bosan yang melanda. Namun, tetap berhati-hati agar mereka tidak terbentur.

Konsultasi Dengan Dokter Hewan

Konsultasikan dengan dokter hewan jika akan terjadi perubahan selama berlibur. Baik itu makanan, minuman, maupun suhu udara. Layanan dokter hewan terdekat dari Pet Care dapat membantu para pemilik hewan untuk melakukan konsultasi, cukup dengan menghubungi Call Center atau melalui media sosial Pet Care.

Kenali 2 Tahap Gejala Distemper Anjing

Distemper atau Canine Distemper merupakan salah satu penyakit serius yang dapat menyerang anjing. Penularan penyakit ini terjadi melalui kontak langsung dengan hewan atau benda yang terinfeksi virus Canine Distemper, paparan udara, atau melalui plasenta. 

Anjing yang mengidap distemper akan mengalami berbagai macam gejala, tergantung pada seberapa parah tingkatan penyakit ini di dalam tubuh mereka. Ketika terinfeksi, virus distemper akan bereplikasi pada jaringan limfatik saluran pernapasan untuk kemudian berpindah dan menginfeksi jaringan limfatik lainnya.

Namun, dari beragam gejala distemper anjing telah American Kennel Club telah menggolongkannya menjadi dua tahap yaitu gejala tahap satu dan gejala tahap dua. 

Gejala Distemper Anjing Tahap Satu

Gejala awal penyakit ini yaitu keluarnya cairan seperti nanah dari mata yang disertai dengan demam, kehilangan nafsu makan, dan terdapat cairan bening keluar dari hidung. Demam yang dialami oleh anjing selama 3 sampai 6 hari sejak terinfeksi. Selain itu, terdapat juga gejala lain pada tahap satu menurut American Kennel Club diantaranya yaitu:

  • Kotoran mata purulen (pekat dan kental)
  • Lesu
  • Anoreksia (kehilangan nafsu makan)
  • Batuk
  • Muntah
  • Diare
  • Dermatitis pustular 
  • Peradangan pada otak dan sumsum tulang belakang

Jika anjing yang terinfeksi penyakit ini bertahan hingga tahap akut bersama dengan berbagai gejalanya, memungkinkan perkembangan hiperkeratosis. Ditandai dengan mengeras dan membesarnya bantalan kaki dan hidung anjing.

Risiko lain turut menghantui anjing dengan penyakit ini, yaitu infeksi bakter sekunder yang menyerang sistem kekebalan tubuh. Infeksi bakteri sekunder dapat menimbulkan gejala pernapasan seperti sulit bernafas, perubahan laju pernapasan, dan radang paru-paru.

Gejala Distemper Anjing Tahap Dua

Pada tahap kedua, anjing dengan penyakit ini akan menunjukkan tanda-tanda neurologis yang terganggu akibat perkembangan penyakit. Sehingga, sistem saraf pusat pada tubuh anjing akan mengalami berbagai gejala berikut.

  • Memiringkan kepala
  • Berputar
  • Kelumpuhan pada sebagian atau seluruh tubuh
  • Kejang
  • Nystagmus (gerakan mata berulang)
  • Kedutan otot
  • Peningkatan air liur dan gerakan mengunyah
  • Kematian

Kembali lagi pada tingkat keparahan penyakit, maka tidak semua gejala tersebut dapat muncul. Namun bukan tidak mungkin gejala tersebut juga dapat muncul secara bersamaan. American Veterinary Medical Association mengungkapkan bahwa penyakit ini seringkali berakibat fatal, anjing yang bertahan hidup bersama penyakit ini di dalam tubuh umumnya akan mengalami kerusakan sistem saraf secara permanen dan tidak dapat disembuhkan. 

Pencegahan & Pengobatan Distemper Anjing

Walaupun mengancam keselamatan jiwa, beruntungnya penyakit ini dapat dicegah. Pencegahan utama yang dapat dilakukan oleh para pemilik hewan adalah memberikan anjing rangkaian vaksinasi distemper secara lengkap. Serta tidak melupakan vaksin booster-nya secara rutin tanpa jeda.

Usahakan untuk menjauhkan anjing peliharaan dengan satwa liar yang terinfeksi distemper. Waspada dan selalu berhati-hati dengan kebersihan tempat anjing bermain. Namun, jika sudah terlanjur terjadi distemper pada anjing segeralah mencari bantuan tenaga ahli.

Layanan dokter hewan terdekat dari Pet-Care dapat membantu para pemilik hewan melakukan pemeriksaan, pengobatan, hingga vaksinasi terkait distemper anjing. Layanan ini dengan mudah diperoleh dengan menghubungi Call Center Pet-Care atau melalui media sosial Pet-Care.

Mengapa Kucing Menjulurkan Lidah Terus-Menerus?

Pada dasarnya, menjulurkan lidah adalah kegiatan normal yang dilakukan oleh kucing. Ketika menjulurkan lidah kucing dapat merasakan makanan dan minumannya. Selain itu, ketika tidur atau membersihkan tubuhnya kucing juga kerap menjulurkan lidah. 

Namun, menjulurkan lidah ini dikatakan normal apabila hanya dilakukan sesekali. Bukan dalam jangka waktu lama dan terus-menerus. Jika kucing terus-menerus mengeluarkan lidahnya seperti anjing kemungkinan terdapat masalah dengan kesehatan mereka.

Melansir laman Hills Pet, masalah kesehatan yang berkaitan dengan kebiasaan menjulurkan lidah tidak normal adalah adanya infeksi pada saluran pernapasan. Sehingga, ketika bernapas kucing akan merasa terengah-engah lalu menjulurkan lidahnya. 

Dokter Hewan Justine A. Lee dari Pet Health Network mengungkapkan beberapa gangguan kesehatan lain yang  mungkin saja terjadi pada kucing dengan kebiasaan mengeluarkan lidahnya dalam waktu yang lama. Diantaranya yaitu penyakit gigi, gagal ginjal, keracunan, luka, atau goresan. 

Gejala Dari Suatu Penyakit

Kucing dengan kebiasaan menjulurkan lidah disertai terengah-engah karena kesulitan bernapas (disapnea) dapat disebabkan oleh suhu tubuh tinggi, ketakutan, dan stres. Terdapat beberapa penyebab lain yang mungkin saja terjadi selain hal-hal tersebut, seperti anemia, penyakit jantung, ketidakseimbangan hormon, gangguan endokrin, dan lainnya. 

Begitu banyak kemungkinan masalah kesehatan yang terjadi ketika kucing sering menjulurkan lidahnya. Sehingga, untuk memastikan penyebabnya para pemilik hewan perlu mengunjungi dokter hewan untuk memperoleh penanganan yang tepat. Layanan dokter hewan terdekat dari Pet-Care dapat membantu para pemilik hewan untuk memeriksakan kondisi kesehatan kucing dengan gejala menjulurkan lidah. 

Pemeriksaan, konsultasi, dan pengobatan dengan layanan dokter hewan terdekat Pet-Care dapat Anda peroleh dengan menghubungi Call Center atau melalui media sosial Pet-Care. Anda tidak perlu khawatir karena tenaga kesehatan dari Pet-Care telah bersertifikasi dan berpengalaman.

Hospital Veterinari menyarankan beberapa pertolongan pertama yang dapat dilakukan oleh para pemilik hewan ketika menemukan kucing mereka terus-menerus menjulurkan lidahnya. Pertama, pastikan agar kucing memperoleh asupan cairan yang cukup agar terus terhidrasi dengan baik. Kedua, awasi kucing agar tidak menelan zat-zat beracun dan selalu perhatikan makanannya. Ketiga, kontrol selalu berat badan kucing. Terakhir, pastikan untuk melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin ke dokter hewan terdekat. 

Solusi Anjing Pup Darah, Pemilik Hewan Perlu Tahu

Walaupun terlihat menjijikan, memeriksa pup atau tinja anjing merupakan kebiasaan baik dan sangat perlu untuk dilakukan. Dikarenakan perubahan warna, konsistensi, dan frekuensi pup anjing dapat menjadi tanda awal suatu penyakit. 

Penyebab anjing mengeluarkan tinja disertai darah beragam, mulai dari masalah ringan hingga berat yang berkaitan kondisi kesehatan anjing. Alasan tinja berdarah anjing yang paling umum adalah alergi makanan, sembelit, salah makan, infeksi bareteri maupun virus, koliti, hingga cedera.

Konsultasi dengan dokter hewan jadi pilihan yang tepat untuk menemukan alasan dari kondisi pup darah pada anjing. Hal ini karena penanganan pup darah pada anjing harus disesuaikan dengan penyebabnya.

Pet-Care menyediakan layanan dokter hewan terdekat yang dapat membantu para pemilik hewan menemukan penyebab anjing kesayangan mereka pup disertai dengan darah. Konsultasi dan pengobatan dilakukan langsung di lokasi Anda dengan menghubungi Call Center Pet-Care terlebih dahulu.

Solusi Mengatasi Anjing Pup Darah

Terdapat dua jenis tinja berdarah pada anjing, hematochezia dan melena. Hematochezia dicirikan dengan warna darah merah terang dan terjadi akibat adanya gangguan pada saluran pencernaan bagian bawah seperti usus besar. Sedangkan melena berwarna lebih gelap dan lengket seperti lem serta berbentuk seperti jeli. Melena muncul sebagai gejala adanya gangguan pada saluran pencernaan bagian atas. 

Solusi untuk mengatasi anjing dengan tinja berdarah yang paling tepat adalah melakukan pemeriksaan langsung ke dokter hewan terdekat. Penanganan perlu segera dilakukan ketika anjing telah menunjukkan gejala-gejala berikut ini.

  • Tampak lemah dan lesu
  • Gusi pucat (putih atau merah muda pucat)
  • Muntah
  • Menolak makan dan minum
  • Lebih pasif dan tidak responsif

Penanganan oleh dokter hewan akan melakukan pemeriksaan dengan tes darah, urin, kotoran, dan rontgen bila diperlukan. Tinja berdarah dapat diredakan secara alami dengan merubah pola makan anjing dan mencukupi kebutuhan cairan tubuh. Namun upaya penanganan ini perlu disertai dengan pengobatan sesuai anjuran dokter hewan. 

Agar pup darah pada anjing tidak kembali terulang, sebaiknya periksakan kesehatan anjing secara rutin. Pemeriksaan dapat dilakukan dengan menghubungi layanan dokter hewan terdekat dari Pet-Care.