Category: HEALTH

Mengapa Anjing Menggigit Barang? Yuk, Ketahui Penyebabnya

Apakah anjing kamu sering menggigit barang di rumah, seperti sepatu, bantal, atau bahkan furnitur? Kamu tidak sendirian. Banyak pemilik anjing menghadapi masalah ini, terutama jika anjing mereka masih muda. Menggigit barang adalah perilaku umum yang sering dilakukan oleh anjing, dan meskipun kadang menyebalkan, hal ini sebenarnya memiliki alasan yang sangat alami. Dalam artikel ini, kita akan bahas penyebab mengapa anjing sering menggigit barang dan cara-cara mengatasinya.

1. Anjing Sedang dalam Masa Tumbuh Gigi

Salah satu alasan utama kenapa anak anjing sering menggigit barang adalah karena mereka sedang dalam masa tumbuh gigi. Sama seperti bayi manusia, gusi anak anjing bisa terasa gatal atau sakit saat gigi mereka mulai tumbuh. Menggigit benda-benda keras menjadi cara alami bagi mereka untuk meredakan ketidaknyamanan tersebut. Biasanya, anjing akan mengalami fase ini ketika mereka berusia antara 3 hingga 6 bulan.

Selama periode ini, mereka akan cenderung menggigit apa saja yang ada di dekat mereka, termasuk perabotan, sepatu, atau bahkan tangan kita. Untuk membantu mereka, kamu bisa memberikan mainan khusus yang dirancang untuk membantu mengatasi rasa gatal dan nyeri pada gusi.

2. Rasa Ingin Tahu yang Tinggi

Anjing adalah hewan yang sangat penasaran. Mereka sering menggunakan mulut dan gigi mereka untuk mengeksplorasi dunia di sekitar mereka, mirip seperti bayi yang suka memasukkan barang ke mulut. Ketika anjing menemukan sesuatu yang baru, mereka cenderung menggigitnya untuk memahami tekstur, rasa, dan kegunaan benda tersebut.

Menggigit bisa menjadi cara mereka untuk “berkenalan” dengan benda-benda di sekitarnya. Biasanya, perilaku ini terlihat lebih sering pada anak anjing yang masih dalam fase eksplorasi. Namun, anjing dewasa pun kadang masih melakukannya, terutama jika mereka menemukan benda baru yang menarik.

3. Kebutuhan Mengunyah Alami

Mengunyah adalah kebutuhan alami anjing. Dalam alam liar, anjing atau serigala liar sering kali mengunyah tulang atau bahan keras lainnya untuk menjaga kekuatan gigi mereka. Bahkan anjing yang dipelihara di rumah masih memiliki naluri ini, sehingga mereka akan mencari benda untuk dikunyah.

Mengunyah membantu anjing membersihkan gigi mereka dari plak dan tartar secara alami, serta memperkuat otot-otot rahang mereka. Jika kamu tidak menyediakan benda atau mainan yang aman untuk dikunyah, anjingmu mungkin akan mencari sendiri, seperti sepatu atau furnitur.

4. Melepaskan Stres atau Kecemasan

Anjing, seperti halnya manusia, juga bisa mengalami stres atau kecemasan. Salah satu cara anjing melepaskan stres adalah dengan menggigit atau mengunyah benda. Beberapa anjing mungkin menggigit barang sebagai reaksi terhadap kecemasan yang mereka rasakan, misalnya saat mereka ditinggalkan sendiri di rumah (separation anxiety) atau saat mereka merasa bosan.

Kebosanan adalah pemicu umum dari perilaku menggigit. Jika anjingmu tidak cukup mendapat stimulasi mental atau fisik, mereka akan mencari cara untuk menghibur diri mereka sendiri, dan menggigit barang sering kali menjadi salah satu solusinya.

5. Insting Alamiah

Anjing memiliki naluri menggigit atau mengunyah sebagai bagian dari sifat alaminya. Bahkan jika mereka sudah tinggal di rumah dan tidak perlu berburu, naluri menggigit tetap ada. Banyak jenis anjing, terutama yang termasuk dalam kategori anjing pekerja atau anjing pemburu, memiliki naluri menggigit yang lebih kuat dibandingkan dengan ras lain. Misalnya, anjing Labrador Retriever atau Golden Retriever sering kali memiliki kecenderungan menggigit karena mereka secara genetik dilatih untuk membawa buruan dengan mulut mereka.

6. Mencari Perhatian

Anjing adalah hewan sosial yang sangat bergantung pada interaksi dengan pemiliknya. Jika mereka merasa diabaikan atau kurang diperhatikan, mereka mungkin akan melakukan perilaku yang bisa menarik perhatian, seperti menggigit barang-barang di sekitar rumah. Bahkan jika reaksi yang mereka dapatkan adalah marah atau teguran, hal tersebut tetap dianggap sebagai bentuk perhatian bagi mereka.

Ini berarti bahwa perilaku menggigit bisa menjadi cara anjingmu mengatakan, “Hei, aku butuh perhatianmu sekarang!”

Cara Mengatasi Anjing yang Sering Menggigit Barang

Setelah memahami penyebab kenapa anjing sering menggigit barang, langkah berikutnya adalah mengetahui cara mengatasinya. Berikut beberapa tips yang bisa membantu:

1. Berikan Mainan Khusus

Salah satu cara paling efektif untuk mengalihkan perhatian anjing dari barang-barang yang tidak seharusnya mereka gigit adalah dengan memberikan mainan khusus untuk dikunyah. Ada banyak mainan anjing yang dirancang khusus untuk memperkuat gigi dan membantu membersihkan plak, seperti mainan dari karet yang kuat atau tulang mainan yang bisa dikunyah dengan aman.

2. Latihan Kepatuhan

Mengajarkan perintah dasar seperti “lepas” atau “tidak” sangat penting untuk mengendalikan perilaku menggigit. Anjing yang terlatih akan lebih mudah diarahkan untuk melepaskan benda yang tidak seharusnya mereka gigit. Latihan ini memerlukan konsistensi dan kesabaran, tetapi hasilnya akan sangat bermanfaat dalam jangka panjang.

3. Berikan Aktivitas Fisik yang Cukup

Anjing yang cukup berolahraga cenderung lebih tenang dan tidak mudah bosan. Pastikan anjingmu mendapatkan waktu yang cukup untuk bermain dan berlari-lari setiap hari. Dengan demikian, mereka akan menggunakan energi mereka untuk hal-hal yang lebih produktif daripada merusak barang-barang di rumah.

4. Cegah Akses ke Barang-Barang Berharga

Jika anjingmu masih dalam fase belajar, sebaiknya jauhkan barang-barang yang berharga atau mudah rusak dari jangkauan mereka. Ini bisa termasuk sepatu, tas, bantal, atau benda lainnya yang sering menjadi sasaran gigitan anjing.

5. Konsultasi dengan Dokter Hewan atau Pelatih

Jika perilaku menggigit terus berlanjut atau anjing menunjukkan tanda-tanda kecemasan yang parah, ada baiknya berkonsultasi dengan dokter hewan ke rumah dengan menghubungi call center Pet care. Mereka bisa memberikan saran yang lebih spesifik berdasarkan kondisi anjingmu. Jangan ragy hubungi kami.

Menggigit barang adalah perilaku alami yang sering terjadi pada anjing, terutama anak anjing. Namun, penting untuk memahami penyebab di balik perilaku ini, seperti fase tumbuh gigi, rasa ingin tahu, kebutuhan alami untuk mengunyah, atau kecemasan. Dengan memberikan mainan yang tepat, latihan, dan perhatian yang cukup, kamu bisa membantu anjingmu mengurangi kebiasaan menggigit barang dan menjaga rumah tetap aman dari kerusakan.

Manfaat Scaling pada Anjing untu Jaga Kesehatan Giginya

Siapa bilang kesehatan gigi hanya penting untuk manusia? Buat kamu yang punya anjing peliharaan, kesehatan gigi si anabul juga tak kalah penting, lho! Salah satu perawatan yang sering kali terlewat adalah scaling pada anjing atau pembersihan gigi profesional.

Sama seperti manusia, anjing juga bisa mengalami masalah gigi jika nggak dijaga dengan baik. Nah, scaling ini jadi salah satu cara jitu buat memastikan gigi dan mulut anjing tetap sehat. Yuk, kita bahas apa aja manfaat scaling pada anjing kesayangan kamu!

1. Menghilangkan Plak dan Karang Gigi

Sama seperti manusia, anjing juga bisa menumpuk plak pada giginya. Plak ini terbentuk dari sisa-sisa makanan yang nggak dibersihkan dengan baik dan lama-kelamaan akan mengeras menjadi karang gigi. Scaling adalah solusi terbaik untuk menghilangkan plak dan karang gigi yang sudah menumpuk. Jika dibiarkan, karang gigi ini bisa menyebabkan bau mulut, infeksi gusi, bahkan hingga masalah kesehatan yang lebih serius.

Dengan scaling, dokter hewan akan membersihkan gigi anjing kamu secara menyeluruh. Mereka menggunakan alat khusus untuk memecahkan dan menghilangkan karang gigi yang keras. Ini bikin gigi si anjing jadi lebih bersih, dan tentunya jauh dari potensi penyakit mulut.

2. Mencegah Penyakit Gusi

Penyakit gusi pada anjing, atau yang dikenal dengan istilah periodontal, merupakan masalah umum yang sering terjadi kalau kesehatan mulut nggak dijaga. Gejalanya mulai dari gusi bengkak, berdarah, hingga infeksi serius yang bisa menyebabkan gigi anjing tanggal. Nggak mau, kan, si anjing harus kehilangan giginya?

Scaling membantu mencegah penyakit periodontal dengan cara membersihkan plak dan bakteri yang jadi penyebab utama infeksi gusi. Ketika gusi sehat, anjing jadi bisa makan dengan nyaman, nggak kesakitan, dan tetap ceria sepanjang hari.

3. Mengatasi Bau Mulut

Bau mulut pada anjing bisa jadi tanda ada masalah kesehatan di mulutnya. Biasanya, bau ini muncul karena ada bakteri yang berkembang biak di sekitar gigi dan gusi. Kalau anjing kamu mulai punya bau mulut yang nggak sedap, ini saatnya untuk mempertimbangkan scaling.

Dengan membersihkan plak dan karang gigi, scaling efektif mengurangi bau mulut yang nggak menyenangkan. Setelah scaling, kamu bakal merasakan perbedaan besar. Anjing kamu nggak cuma jadi lebih sehat, tapi juga nggak lagi bikin kamu mual karena baunya. Jadi, mau cuddling sama anjing kesayangan jadi lebih nyaman, deh!

4. Mencegah Penyebaran Bakteri ke Organ Lain

Masalah kesehatan mulut ternyata nggak cuma berakhir di mulut saja. Bakteri dari gusi dan gigi yang terinfeksi bisa menyebar ke aliran darah dan akhirnya mempengaruhi organ tubuh lainnya, seperti jantung, ginjal, dan hati. Kalau anjing dibiarkan mengalami infeksi mulut tanpa perawatan yang tepat, ini bisa memperburuk kesehatan mereka secara keseluruhan.

Scaling membantu menghilangkan bakteri penyebab infeksi sebelum mereka punya kesempatan untuk menyebar lebih jauh. Dengan gigi yang bersih dan bebas dari plak, risiko penyebaran bakteri ke organ penting jadi berkurang, dan anjing kamu bisa hidup lebih sehat dan lebih lama.

5. Meningkatkan Nafsu Makan Anjing

Kalau anjing kamu mulai malas makan, coba cek kondisi giginya. Masalah gigi dan gusi sering kali bikin anjing merasa nggak nyaman saat mengunyah makanan. Scaling bisa membantu mengatasi masalah ini dengan membersihkan karang gigi yang membuat gusi meradang atau sakit.

Setelah scaling, anjing biasanya akan merasa lebih nyaman saat makan karena nggak ada lagi rasa sakit yang mengganggu. Gigi yang bersih bikin mereka lebih semangat menikmati makanannya, dan pastinya jadi lebih sehat dengan pola makan yang teratur.

6. Menjaga Gigi Anjing Tetap Kuat dan Sehat

Dengan perawatan gigi yang baik, termasuk scaling secara rutin, kamu bisa memastikan gigi anjing tetap kuat dan sehat hingga tua. Scaling membantu mencegah kerusakan gigi, infeksi, dan kehilangan gigi dini. Ini juga membuat si anabul bisa terus mengunyah makanan kesukaannya tanpa masalah.

Selain itu, gigi yang terjaga kebersihannya juga membantu mencegah terjadinya abses gigi atau pembengkakan di sekitar gigi yang terinfeksi. Ayo, pastikan gigi anjing kamu tetap kokoh dengan melakukan scaling secara berkala!

7. Scaling Menjaga Kualitas Hidup pada Anjing

Terakhir, scaling nggak cuma membantu kesehatan fisik anjing, tapi juga menjaga kualitas hidup mereka. Anjing yang punya gigi sehat dan bebas masalah mulut akan merasa lebih nyaman, lebih aktif, dan lebih bahagia. Mereka bisa bermain tanpa terganggu rasa sakit di mulut, dan kamu pun nggak perlu khawatir soal kesehatannya.

Dengan rutin melakukan scaling, kamu membantu anjing kamu menikmati hidup dengan lebih baik. Ini adalah bentuk kasih sayang yang nyata untuk menjaga mereka tetap sehat dan bahagia sepanjang waktu.

Saat kamu memiliki anjing peliharaan harus mau untuk memeriksa kondisi kesehatannya pada dokter hewan agar anabul tetap sehat dan tumbuh dengan baik. Dokter hewan akan memeriksa anjingmu dengan teliti untuk mengetahui masalah yang terjadi di mulut dan gigi anjing. Kamu bisa melakukan konsultasi pada dokter hewan terdekat dengan menghubungi call center Pet care.

Scaling pada anjing ternyata punya segudang manfaat yang penting, mulai dari menjaga kesehatan gigi, mencegah penyakit gusi, hingga meningkatkan kualitas hidup mereka. Jangan anggap remeh masalah kesehatan mulut pada anjing, karena bisa berakibat serius kalau dibiarkan. Pastikan anjing kamu mendapatkan perawatan scaling secara rutin di klinik hewan untuk menjaga mereka tetap sehat, nyaman, dan ceria setiap harinya. Gigi sehat, anjing bahagia!

Perbedaan Vaksin untuk Kucing dan Vaksin untuk Anjing

Kalau kamu punya hewan peliharaan, terutama kucing atau anjing, pasti sudah tidak asing lagi sama yang namanya vaksinasi. Ini tuh seperti “tiket masuk” mereka buat jadi sehat dan terhindar dari penyakit-penyakit yang bisa mengancam nyawa. Tapi, tahu tak sih kalau vaksin buat kucing dan anjing itu beda? Yuk, kita bahas perbedaan vaksin untuk kucing dan anjing!

Kenapa Kucing dan Anjing Butuh Vaksinasi?

Sebelum masuk ke perbedaan vaksinnya, kita ngobrol dulu tentang kenapa vaksinasi itu penting. Sama kayak manusia, hewan juga bisa kena berbagai penyakit yang bisa berakibat fatal. Nah, vaksinasi ini berfungsi buat mencegah penyakit-penyakit tersebut. Dengan vaksinasi, sistem imun kucing dan anjing jadi lebih kuat, jadi mereka bisa lawan penyakit yang mungkin menyerang. Vaksin ini ibaratnya “senjata” buat tubuh mereka.

Perbedaan Kucing dan Anjing dalam Hal Vaksinasi

Meskipun sama-sama hewan peliharaan, kucing dan anjing punya kebutuhan yang berbeda soal vaksinasi. Mulai dari jenis vaksin yang dibutuhkan, jadwal pemberian, sampai reaksi setelah vaksinasi, semuanya beda!

1. Jenis Vaksin

Perbedaan paling mencolok tentu ada di jenis vaksin yang diberikan. Kucing dan anjing punya jenis penyakit yang berbeda, jadi vaksinnya pun beda.

  • Vaksin untuk Kucing: Kucing biasanya divaksinasi untuk mencegah penyakit-penyakit seperti Feline Viral Rhinotracheitis (FVR), Feline Calicivirus (FCV), Feline Panleukopenia (FPV), dan Rabies. Ada juga vaksin tambahan untuk penyakit seperti Feline Leukemia Virus (FeLV), Feline Immunodeficiency Virus (FIV), dan Chlamydia.
  • Vaksin untuk Anjing: Anjing, di sisi lain, divaksinasi untuk penyakit-penyakit seperti Distemper, Parvovirus, Hepatitis, dan Rabies. Ada juga vaksin tambahan seperti vaksin untuk Bordetella (penyebab batuk kennel), Leptospirosis, dan Lyme disease.

2. Jadwal Pemberian Vaksin

Kapan vaksin harus diberikan juga berbeda antara kucing dan anjing. Jadwal ini ditentukan oleh dokter hewan, tapi umumnya ada beberapa aturan dasar.

  • Kucing: Biasanya, vaksinasi pertama kucing dimulai saat mereka berusia sekitar 6-8 minggu. Setelah itu, mereka butuh booster beberapa minggu kemudian. Setelah vaksin dasar selesai, kucing biasanya divaksin setiap tahun atau setiap tiga tahun, tergantung jenis vaksinnya.
  • Anjing: Anjing biasanya mulai divaksinasi pada usia 6-8 minggu juga, tapi mereka butuh beberapa kali booster sampai usia sekitar 16 minggu. Setelah itu, vaksinasi lanjutan dilakukan secara tahunan atau tiga tahunan, tergantung jenis vaksin dan kebijakan dokter hewan.

3. Reaksi Setelah Vaksinasi

Setelah divaksinasi, kucing dan anjing bisa menunjukkan reaksi yang berbeda. Beberapa di antaranya umum dan nggak perlu dikhawatirkan, tapi ada juga yang perlu perhatian lebih.

  • Kucing: Kucing bisa jadi sedikit lesu atau nggak nafsu makan setelah divaksin. Ini normal dan biasanya hanya berlangsung satu atau dua hari. Namun, kalau kucing jadi bengkak di area suntikan, atau menunjukkan tanda-tanda alergi seperti gatal atau kesulitan bernapas, segera bawa ke dokter hewan.
  • Anjing: Anjing juga bisa menunjukkan reaksi serupa, seperti lesu atau demam ringan. Namun, anjing cenderung lebih aktif, jadi mereka mungkin merasa tidak nyaman atau gelisah setelah divaksin. Perhatikan juga tanda-tanda alergi seperti muntah, bengkak, atau kesulitan bernapas, dan segera konsultasikan dengan dokter hewan.

Vaksin Wajib vs. Vaksin Opsional

Selain perbedaan di atas, ada juga yang namanya vaksin wajib dan vaksin opsional, baik untuk kucing maupun anjing.

  • Vaksin Wajib (Core Vaccines): Vaksin ini dianggap penting banget karena melindungi dari penyakit yang bisa menyebar luas dan berbahaya. Contohnya Rabies untuk kucing dan anjing, Distemper untuk anjing, dan Panleukopenia untuk kucing.
  • Vaksin Opsional (Non-core Vaccines): Vaksin ini diberikan tergantung pada kondisi tertentu, seperti lingkungan tempat tinggal atau gaya hidup. Misalnya, vaksin Bordetella untuk anjing yang sering dititipkan di kennel, atau vaksin FeLV untuk kucing yang sering berada di luar rumah.

Vaksinasi adalah bagian penting dari perawatan kesehatan kucing dan anjing. Meskipun sama-sama vaksin, jenis, jadwal, dan reaksinya bisa berbeda antara kucing dan anjing. Penting banget untuk selalu konsultasi dengan  dokter hewan terdekat melalui layanan call center Pet Care sebelum melakukan vaksinasi. Dokter hewan terdekat dari lokasi Anda akan langsung datang ke rumah. Mereka akan memberikan saran yang tepat dan memberikan solusi untuk kesembuhan kucing tercinta.

Agar tidak bingung memilih vaksin untuk kucing atau anjingmu, Pet Care menyediakan layanan vaksinasi yang siap datang ke rumah. Tenaga medis dari Pet Care bersertifikat lengkap dan berpengalaman. Sebelum vaksinasi, cari tahu kebutuhan spesifik hewan peliharaan kamu. Ingat, dengan vaksinasi yang tepat, kamu bisa memastikan kucing dan anjingmu tetap sehat dan bahagia!

Jadi, jangan lupa kasih “tiket masuk” sehat buat kucing dan anjingmu, ya!

Intip Kesehatan Anabul Lewat Warna Pup Anjing

Hai, pecinta anjing! Kamu tahu tidak, ternyata warna pup anjing bisa jadi petunjuk kesehatan si anabul, lho! Yup, warna dan tekstur pup anjing bisa jadi “bahasa tubuh” yang mereka gunakan untuk kasih tahu kita kalau ada sesuatu yang nggak beres di dalam tubuhnya. Nah, buat kamu yang ingin jadi pet owner yang lebih peka, yuk kita bahas apa aja arti warna pup anjing dan indikasi kesehatannya.

1. Warna Pup Anjing yang Normal: Cokelat

Pup yang normal itu umumnya berwarna cokelat. Warna ini muncul karena adanya bilirubin, yang dihasilkan saat sel darah merah dipecah oleh hati. Kalau pup si anjing berwarna cokelat, berarti pencernaannya bekerja dengan baik dan nggak ada yang perlu dikhawatirkan. Teksturnya pun biasanya agak padat, nggak terlalu keras, tapi juga nggak lembek.

2. Pup Berwarna Kuning

Nah, kalau pup si anjing tiba-tiba berubah jadi kuning, ini bisa jadi tanda ada masalah di sistem pencernaannya. Warna kuning bisa muncul kalau makanan yang dikonsumsi nggak tercerna dengan baik, atau ada masalah pada hati dan kantung empedu. Selain itu, pup kuning juga bisa jadi indikasi adanya infeksi parasit di usus. Jadi, kalau kamu melihat pup kuning, ada baiknya kamu segera konsultasi ke dokter hewan.

3. Pup Berwarna Hijau

Pup berwarna hijau biasanya menandakan kalau makanan yang dikonsumsi bergerak terlalu cepat melalui saluran pencernaan, sehingga empedu yang berwarna hijau nggak sempat berubah jadi cokelat. Bisa juga jadi anjing kamu kebanyakan makan rumput, atau ada infeksi bakteri yang mengganggu pencernaan mereka. Walaupun nggak selalu berbahaya, pup hijau yang muncul terus-menerus harus diwaspadai dan sebaiknya diperiksakan ke dokter.

4. Pup Berwarna Hitam atau Gelap

Warna pup yang hitam pekat atau gelap bisa jadi tanda adanya perdarahan di saluran pencernaan atas, seperti di lambung atau usus halus. Warna hitam ini muncul karena darah yang tercerna dan bercampur dengan asam lambung. Ini adalah kondisi yang serius dan butuh perhatian medis segera. Jadi, jangan anggap remeh kalau kamu menemukan pup si anjing berwarna gelap!

5. Pup Berwarna Merah atau Ada Darah

Kalau kamu menemukan darah segar di pup anjing, ini bisa jadi tanda adanya perdarahan di bagian bawah saluran pencernaan, seperti di usus besar atau rektum. Bisa juga disebabkan oleh iritasi di daerah anus, infeksi, atau adanya benda asing di usus. Pup berdarah jelas butuh perhatian khusus, jadi segera bawa anjing kamu ke dokter hewan untuk pemeriksaan lebih lanjut.

6. Pup Berwarna Putih atau Abu-Abu

Pup berwarna putih atau abu-abu biasanya menandakan ada masalah dengan kantung empedu atau hati. Warna ini muncul karena empedu yang seharusnya memberi warna cokelat pada pup, tidak masuk ke usus. Ini bisa terjadi karena adanya penyumbatan saluran empedu atau masalah hati lainnya. Kondisi ini juga serius dan perlu penanganan segera.

7. Pup Berwarna Oranye

Warna pup oranye bisa jadi muncul kalau makanan yang dikonsumsi anjing nggak tercerna dengan baik, atau ada masalah dengan hati atau empedu. Tapi, bisa juga ini karena anjing kamu baru makan sesuatu yang berwarna oranye, seperti wortel atau makanan lain yang mengandung pewarna alami. Kalau pup oranye ini muncul sekali-dua kali, mungkin nggak perlu khawatir, tapi kalau terus-menerus, konsultasikan dengan dokter hewan.

8. Pup Bertekstur Lembek atau Cair

Selain warna, tekstur pup juga penting. Pup yang terlalu lembek atau bahkan cair bisa jadi tanda diare, yang bisa disebabkan oleh berbagai hal, mulai dari infeksi, alergi makanan, hingga stres. Kalau diare berlangsung lebih dari satu hari, atau disertai gejala lain seperti muntah atau lemas, segera bawa anjing kamu ke dokter hewan.

Kapan Harus Khawatir?

Sebenarnya, variasi warna pup bisa terjadi karena banyak faktor, termasuk diet, obat-obatan, atau kondisi sementara. Tapi, kalau warna pup yang nggak normal berlangsung lebih dari satu hari, apalagi disertai dengan gejala lain seperti muntah, lesu, atau penurunan nafsu makan, sebaiknya jangan tunda untuk menghubungi dokter hewan. Ingat, mencegah lebih baik daripada mengobati, kan?

Jadi Pet Owner yang Lebih Peka

Sekarang kamu tahu, kan, betapa pentingnya memperhatikan warna pup si anjing? Dengan sedikit perhatian ekstra, kamu bisa lebih cepat mendeteksi masalah kesehatan sebelum berkembang jadi lebih serius. Jadilah pet owner yang peka dan selalu perhatikan tanda-tanda kesehatan dari pup anjing kamu. Anjing sehat, kamu pun jadi lebih tenang!

Kalau melihat warna pup anjing berbeda dari biasanya segera hubungi  dokter hewan terdekat melalui layanan call center Pet Care. Layanan ini memberikan kemudahan bagi kamu yang ingin berkonsultasi di rumah saja tanpa perlu keluar.

Jadi, mulai sekarang, jangan anggap remeh warna pup si doggo, ya. Karena dari sana, kita bisa belajar banyak tentang kesehatan mereka!

Kucing Sulit Membuka Mata? Waspada Corneal Ulcer pada Kucing

Pernahkah kamu melihat kucing kesayanganmu tampak kesulitan membuka mata, atau matanya tampak merah dan berair? Kalau iya, bisa jadi si pus sedang mengalami masalah yang cukup serius pada matanya. Salah satu kondisi mata yang sering dialami oleh kucing adalah corneal ulcer atau tukak kornea. Apa sih sebenarnya corneal ulcer itu? Yuk, kita bahas lebih lanjut!

Apa Itu Corneal Ulcer?

Corneal ulcer adalah luka atau kerusakan pada kornea, yaitu lapisan bening di bagian depan mata yang berfungsi melindungi mata dan membantu fokus cahaya ke retina. Kornea bisa diibaratkan sebagai “jendela” mata, sehingga ketika kornea terluka, penglihatan si kucing bisa terganggu, bahkan bisa menyebabkan kebutaan jika tidak segera ditangani.

Kondisi ini bisa terjadi karena berbagai alasan, mulai dari trauma fisik, infeksi, hingga penyakit tertentu. Misalnya, kucing yang sering menggaruk-garuk matanya karena iritasi bisa saja secara tidak sengaja melukai korneanya. Selain itu, infeksi bakteri, virus, atau jamur juga bisa menyebabkan corneal ulcer.

Gejala-Gejala Corneal Ulcer

Gimana sih tanda-tanda kalau kucingmu terkena corneal ulcer? Nah, ada beberapa gejala yang bisa kamu perhatikan:

  1. Mata Merah dan Berair: Salah satu gejala paling umum adalah mata kucing yang tampak merah, berair, atau bahkan mengeluarkan cairan berwarna kekuningan atau kehijauan.
  2. Kelopak Mata Tertutup: Kucing akan lebih sering menutup matanya karena rasa sakit yang ditimbulkan oleh luka pada kornea.
  3. Mata Keruh atau Ada Bercak: Jika kamu melihat ada bercak putih atau abu-abu di mata kucing, itu bisa jadi tanda adanya ulkus pada kornea. Kornea yang biasanya bening akan tampak keruh atau berubah warna ketika terluka.
  4. Kucing Terlihat Tidak Nyaman: Kucing mungkin akan menunjukkan perilaku tidak nyaman, seperti menggosok-gosokkan matanya ke benda-benda atau wajahnya pada tanganmu. Ini bisa menjadi indikasi bahwa matanya sedang dalam masalah.

Penyebab Corneal Ulcer

Lalu, apa saja sih yang bisa menyebabkan corneal ulcer pada kucing? Berikut beberapa penyebab umumnya:

  1. Trauma Fisik: Cedera pada mata, seperti cakaran, goresan, atau benda asing yang masuk ke mata kucing bisa merusak kornea dan menyebabkan ulkus.
  2. Infeksi: Infeksi bakteri, virus (seperti feline herpesvirus), atau jamur bisa menjadi penyebab utamanya. Infeksi ini dapat merusak jaringan kornea dan menyebabkan luka terbuka.
  3. Kekeringan pada Mata (Keratoconjunctivitis Sicca): Kondisi ini terjadi ketika produksi air mata berkurang, sehingga mata menjadi kering dan lebih rentan terhadap luka.
  4. Penyakit Lain: Beberapa penyakit sistemik atau kondisi medis tertentu, seperti diabetes, bisa melemahkan kemampuan penyembuhan tubuh dan memperbesar risiko terjadinya masalah mata ini.

Jika melihat gejala-gejala ini, segera menghubungi dokter hewan terdekat melalui layanan Pet Care. Dengan menghubungi call center Pet Care, dokter hewan terdekat dari lokasi anda akan datang untuk memberikan perawatan terbaik.

Pengobatan dan Perawatan

Jika kamu curiga kucingmu mengalami corneal ulcer, segera bawa ke dokter hewan. Penanganan yang cepat dan tepat sangat penting untuk mencegah kondisi ini semakin parah.

Biasanya, dokter hewan akan melakukan pemeriksaan mata dengan menggunakan pewarna khusus untuk mendeteksi ulkus pada kornea. Setelah diagnosis dibuat, pengobatan bisa meliputi:

  1. Antibiotik atau Antiviral: Jika corneal ulcer disebabkan oleh infeksi, dokter hewan mungkin akan meresepkan antibiotik atau antiviral dalam bentuk tetes mata atau salep.
  2. Obat Pereda Nyeri: Untuk mengurangi rasa sakit, dokter mungkin akan memberikan obat pereda nyeri atau obat antiinflamasi.
  3. Pelindung Mata: Pada beberapa kasus, kucing mungkin perlu memakai pelindung mata (seperti cone collar) untuk mencegahnya menggaruk atau melukai matanya lebih lanjut.
  4. Operasi: Jika ulkus sudah parah atau tidak sembuh dengan pengobatan biasa, operasi mungkin diperlukan untuk memperbaiki kornea yang rusak.

Pencegahan Corneal Ulcer

Mencegah lebih baik daripada mengobati, bukan? Berikut beberapa tips untuk mencegah corneal ulcer pada kucingmu:

  1. Jaga Kebersihan: Pastikan lingkungan kucing selalu bersih untuk mencegah infeksi. Hindari benda-benda tajam atau kecil yang bisa melukai mata kucing.
  2. Perhatikan Kesehatan Mata: Rutin periksa kesehatan mata kucingmu. Jika ada tanda-tanda iritasi atau infeksi, segera konsultasikan dengan dokter hewan.
  3. Vaksinasi: Beberapa infeksi virus penyebab corneal ulcer bisa dicegah dengan vaksinasi rutin. Pastikan kucingmu mendapatkan vaksin sesuai jadwal.

Corneal ulcer adalah masalah serius yang bisa mengancam penglihatan kucing kesayanganmu. Oleh karena itu, penting untuk selalu memperhatikan kesehatan matanya dan segera bertindak jika melihat ada gejala yang mencurigakan.

Jangan ragu untuk berkonsultasi dengan  dokter hewan terdekat melalui layanan Pet Care. Jika adanya masalah pada mata kucing. Dengan perawatan yang tepat dan pencegahan yang baik, kamu bisa membantu si pus tetap sehat dan nyaman!

Penyebab Tumor Mamae pada Anabul Karena Tidak Steril?

Hai para pecinta hewan! Kali ini kita bakal ngomongin sesuatu yang agak serius tapi penting banget buat kita semua yang punya anjing atau kucing di rumah yaitu tumor mamae. Tahu nggak sih tumor mamae ini bisa terjadi pada anjing dan kucing? Penanganannya bisa mempengaruhi kualitas hidup hewan kesayangan kita. Yuk, kita bahas lebih dalam tentang tumor mamae pada anjing dan kucing!

Apa Itu Tumor Mamae?

Tumor mamae, atau yang lebih dikenal dengan istilah tumor payudara, adalah pertumbuhan abnormal pada kelenjar susu hewan peliharaan kita. Kelenjar susu ini, meski nggak sebanyak pada manusia, tetap ada dan bisa jadi tempat munculnya tumor. Tumor ini bisa bersifat jinak (non-kanker) atau ganas (kanker), dan kadang-kadang kita nggak sadar kalau hewan peliharaan kita mengalaminya karena gejalanya bisa muncul secara perlahan.

Gejala Tumor Mamae

Nah, bagaimana sih cara kita tahu kalau anjing atau kucing kita mungkin mengalami tumor mamae? Beberapa gejala yang perlu diperhatikan meliputi:

  1. Benjolan di Bagian Perut atau Payudara: Salah satu tanda paling umum adalah adanya benjolan di sekitar area payudara. Benjolan ini bisa terasa keras atau lunak, dan ukurannya bisa bervariasi.
  2. Perubahan pada Kulit: Kulit di sekitar benjolan bisa tampak merah, bengkak, atau bahkan mengelupas. Kadang-kadang ada juga luka yang nggak sembuh-sembuh.
  3. Perubahan Nafsu Makan atau Berat Badan: Meskipun ini bukan tanda langsung, hewan yang mengalami masalah kesehatan sering kali menunjukkan penurunan nafsu makan atau perubahan berat badan yang signifikan.
  4. Kesulitan Bergerak atau Nyeri: Jika tumor sudah cukup besar atau menekan bagian tubuh lainnya, hewan peliharaan kita mungkin menunjukkan tanda-tanda kesulitan bergerak atau nyeri.

Penyebab dan Faktor Risiko

Ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya tumor mamae pada anjing dan kucing:

  1. Jenis Kelamin: Pada anjing betina, risiko tumor mamae jauh lebih tinggi dibandingkan dengan jantan. Sementara itu, pada kucing, tumor ini bisa terjadi pada keduanya, tapi lebih sering pada kucing betina.
  2. Usia: Tumor mamae umumnya lebih sering muncul pada hewan peliharaan yang lebih tua. Namun, beberapa kasus juga bisa muncul pada usia muda.
  3. Kesehatan Reproduksi: Hewan peliharaan yang tidak pernah dioperasi steril (spayed/neutered) lebih berisiko terkena tumor mamae. Pada anjing dan kucing, sterilasi sebelum siklus pertama datang bisa menurunkan risiko terjadinya tumor ini.

Diagnosa dan Pengobatan

Jika kamu menemukan benjolan atau tanda-tanda lain yang mencurigakan pada hewan peliharaanmu, hal pertama yang harus dilakukan adalah bawa mereka ke dokter hewan. Dokter hewan akan melakukan pemeriksaan fisik dan mungkin akan merekomendasikan beberapa tes tambahan, seperti:

  1. Biopsi: Pengambilan sampel jaringan dari benjolan untuk diuji di laboratorium. Ini untuk menentukan apakah tumor bersifat jinak atau ganas.
  2. Pemeriksaan Radiologi: Seperti rontgen atau ultrasound, untuk mengetahui apakah tumor telah menyebar ke bagian tubuh lainnya.
  3. Tes Darah: Untuk mengecek kondisi umum kesehatan hewan peliharaanmu sebelum operasi atau pengobatan.

Pengobatan untuk tumor mamae tergantung pada beberapa faktor, termasuk jenis dan ukuran tumor, serta sejauh mana penyebarannya. Pilihan pengobatan bisa meliputi:

  1. Operasi: Jika tumor bisa dioperasi, dokter hewan biasanya akan merekomendasikan operasi untuk mengangkat tumor tersebut. Kadang-kadang, perlu dilakukan juga pengangkatan kelenjar susu yang terkena tumor.
  2. Kemoterapi atau Radiasi: Untuk tumor yang sudah ganas atau sudah menyebar, mungkin diperlukan kemoterapi atau terapi radiasi untuk membantu membunuh sel-sel kanker.
  3. Perawatan Paliatif: Untuk kasus yang sudah terlalu lanjut, perawatan lebih fokus pada kenyamanan hewan peliharaan dan mengurangi rasa sakit.

Pencegahan dan Perawatan

Cara terbaik untuk mencegah tumor mamae adalah dengan melakukan sterilasi pada usia dini, serta melakukan pemeriksaan kesehatan rutin dengan dokter hewan terdekat yang bisa dihubungi melalui call center Pet Care. Pet Care akan langsung mencarikan dokter hewan terdekat dari lokasi Anda.  

Mereka akan memberikan saran yang paling sesuai berdasarkan kondisi kucing dan memberikan rekomendasi yang tepat untuk jadwal sterilisasi.

Nah, itu dia informasi penting tentang tumor mamae pada anjing dan kucing. Selalu ingat untuk memantau kesehatan hewan peliharaanmu secara berkala dan segera konsultasikan ke dokter hewan jika ada tanda-tanda yang mencurigakan.

Dengan perhatian dan perawatan yang tepat, kita bisa membantu hewan kesayangan kita tetap sehat dan bahagia. Semoga artikel ini bermanfaat dan jangan ragu untuk bertanya lebih lanjut jika ada yang kurang jelas!

Penyebab Kulit Anjing Merah dan Gatal

Halo, para pecinta anjing! Apakah kalian pernah melihat anjing kesayangan tiba-tiba menggaruk-garuk tubuhnya dengan heboh, atau mungkin kulit tampak merah?

Hmm, ini bisa jadi tanda ada sesuatu yang tidak beres dengan kulit si fur-baby kita. Kulit yang memerah pada anjing bisa disebabkan oleh berbagai faktor, mulai dari alergi hingga infeksi. Mari kita bahas penyebabnya dan cara mengatasi masalah ini dengan bahasa yang santai dan mudah dipahami!

1. Alergi

Alergi adalah salah satu penyebab utama kulit anjing merah. Biasanya alergi pada anjing bisa dipicu oleh banyak hal, seperti makanan, lingkungan, atau produk perawatan yang digunakan. Jika anjing kita alergi terhadap sesuatu, tubuhnya akan bereaksi dengan cara mengeluarkan histamin yang menyebabkan gatal dan peradangan pada kulit.

Contohnya, makanan seperti gandum, ayam, atau produk susu bisa memicu reaksi alergi pada beberapa anjing. Atau, mungkin anjing kita alergi terhadap debu, serbuk sari, atau bahkan kutu yang bisa menyebabkan kulitnya memerah dan gatal.

2. Kutu dan Parasit

Kutu dan parasit lainnya, seperti tungau atau caplak, bisa menjadi penyebab utama kulit anjing merah. Mereka tidak hanya menyebabkan rasa gatal yang mengganggu, tapi juga bisa membawa infeksi yang memperburuk kondisi kulit. Jika kita melihat anjing sering menggaruk, menggigit, atau menjilat area tertentu di tubuhnya, ini bisa jadi tanda ada kutu atau parasit lainnya.

Kutu seringkali bersembunyi di tempat-tempat seperti belakang telinga, leher, atau bagian belakang tubuh anjing. Infeksi kutu bisa membuat kulit anjing iritasi, memerah, dan bahkan bisa menyebabkan kerontokan bulu.

3. Infeksi Kulit

Infeksi kulit juga bisa menyebabkan kulit anjing merah. Infeksi ini bisa disebabkan oleh bakteri atau jamur, yang sering kali muncul ketika ada luka kecil atau goresan pada kulit anjing. Jika luka tersebut tidak segera diobati, bakteri atau jamur bisa berkembang biak dan menyebabkan infeksi.

Infeksi bakteri biasanya ditandai dengan adanya nanah atau bau tidak sedap, sedangkan infeksi jamur sering menyebabkan kulit terlihat merah, bersisik, dan gatal. Anjing dengan infeksi kulit biasanya akan merasa sangat tidak nyaman dan terus-menerus menggaruk atau menjilat area yang terkena.

4. Iritasi dari Produk Perawatan

Tidak semua produk perawatan cocok untuk semua anjing. Beberapa anjing mungkin memiliki kulit yang lebih sensitif terhadap produk tertentu, seperti sampo atau sabun. Jika kita baru saja mengganti produk perawatan dan melihat kulit anjing memerah atau mereka tampak tidak nyaman, ada kemungkinan produk tersebut menyebabkan iritasi.

Bahan kimia keras atau pewangi dalam produk perawatan bisa menjadi penyebab kulit anjing menjadi iritasi. Jadi, pastikan kita selalu menggunakan produk yang dirancang khusus untuk anjing, yang biasanya memiliki formula lebih lembut.

Cara Mengatasi Kulit Memerah pada Anjing

Setelah mengetahui beberapa penyebab kulit memerah pada anjing, langkah berikutnya adalah mencari cara untuk mengatasinya. Berikut beberapa tips yang bisa membantu:

  1. Ganti Makanan: Jika alergi makanan dicurigai sebagai penyebab, dokter hewan mungkin akan merekomendasikan diet eliminasi untuk mengidentifikasi alergen. Cobalah untuk memberikan makanan hypoallergenic yang lebih aman untuk anjing dengan alergi.
  2. Pengobatan Kutu dan Parasit: Jika kutu atau parasit lain adalah penyebabnya, dokter hewan akan meresepkan obat kutu atau pengobatan lainnya. Pastikan kita juga membersihkan lingkungan tempat tinggal anjing untuk menghilangkan kutu yang mungkin masih ada.
  3. Gunakan Produk Perawatan yang Lembut: Jika produk perawatan menyebabkan iritasi, beralihlah ke produk yang lebih lembut dan dirancang khusus untuk kulit sensitif. Kita juga bisa menggunakan sampo oatmeal atau sampo khusus untuk kulit sensitif yang bisa membantu menenangkan iritasi.
  4. Jaga Kebersihan dan Kelembapan Kulit: Mandikan anjing secara teratur dengan produk yang tepat, dan pastikan kulit mereka tetap kering dan bersih. Kelembapan berlebih bisa menyebabkan masalah kulit lainnya, seperti infeksi jamur.
  5. Konsultasikan dengan Dokter Hewan: Jika kita melihat kulit anjing memerah, langkah pertama adalah membawa mereka ke  dokter hewan terdekat melalui  Call Center Pet Care untuk melakukan pemeriksaan. Dokter hewan bisa membantu menentukan penyebab pasti dan memberikan perawatan yang tepat.

Kulit memerah pada anjing bisa menjadi tanda ada masalah yang perlu segera diatasi. Dengan mengetahui penyebabnya dan bagaimana cara mengatasinya, kita bisa membantu anjing kita merasa lebih nyaman dan sehat. Ingat, selalu konsultasikan dengan dokter hewan untuk mendapatkan saran terbaik dan perawatan yang tepat. Jadi, jika anjing kita mulai menggaruk-garuk tak terkendali, yuk segera periksa dan berikan perawatan yang dibutuhkan!

Bahaya Asites Cairan pada Perut Anjing

Hai, pecinta anjing! Pernahkah kamu mendengar istilah “asites” pada anjing? Asites, atau dikenal juga sebagai “cairan perut,” adalah kondisi medis di mana terdapat penumpukan cairan yang tidak normal di dalam rongga perut. Kondisi ini bisa terjadi pada anjing dari berbagai ras dan usia, jadi penting bagi kita untuk mengetahuinya lebih lanjut. Yuk, kita bahas asites pada anjing dengan bahasa santai dan mudah dipahami!

Apa Itu Asites?

Asites adalah penumpukan cairan di rongga perut anjing yang membuat perutnya terlihat buncit. Ini bukan hanya masalah estetika, tapi juga bisa menjadi tanda adanya masalah kesehatan yang lebih serius. Cairan ini bisa berupa serum, darah, atau getah bening, dan jumlahnya bisa bervariasi dari sedikit hingga sangat banyak. Jadi, kalau kamu melihat anjingmu tiba-tiba perutnya membesar, ini bisa jadi tanda adanya penyakit serius ini .

Gejala Asites pada Anjing

Gejala utamanya adalah perut yang terlihat buncit atau membesar. Namun, ada juga beberapa gejala lain yang perlu diperhatikan, seperti:

  1. Kesulitan bernapas: Cairan yang menumpuk bisa menekan diafragma dan paru-paru, membuat anjing sulit bernapas.
  2. Penurunan nafsu makan: Anjing yang mengalami asites mungkin akan merasa tidak nyaman atau mual, sehingga nafsu makannya menurun.
  3. Lemas dan lesu: Karena tubuh anjing harus bekerja lebih keras untuk menyesuaikan diri dengan penumpukan cairan, mereka bisa terlihat lemas dan kurang energi.
  4. Penurunan berat badan: Meski perut terlihat membesar, anjing bisa kehilangan berat badan karena nafsu makan yang menurun dan kondisi kesehatan yang memburuk.

Penyebab Asites pada Anjing

Ada banyak penyebab yang bisa memicu asites pada anjing, beberapa di antaranya adalah:

  1. Penyakit hati: Salah satu penyebab utama asites adalah penyakit hati, seperti sirosis atau hepatitis. Hati yang tidak berfungsi dengan baik dapat menyebabkan penumpukan cairan di perut.
  2. Penyakit jantung: Masalah jantung, seperti gagal jantung kongestif, bisa menyebabkan penumpukan cairan di berbagai bagian tubuh, termasuk perut.
  3. Kanker: Beberapa jenis kanker, terutama yang melibatkan organ perut, dapat menyebabkan asites.
  4. Infeksi: Infeksi bakteri atau parasit tertentu juga bisa menyebabkan penumpukan cairan di perut.
  5. Gangguan ginjal: Ginjal yang tidak berfungsi dengan baik dapat menyebabkan penumpukan cairan di tubuh, termasuk di rongga perut.

Diagnosis dan Pengobatan

Jika mencurigai anjingmu mengalami asites, langkah pertama yang harus dilakukan adalah membawanya ke dokter hewan. Dokter hewan akan melakukan pemeriksaan fisik dan mungkin akan melakukan beberapa tes, seperti ultrasonografi atau tes darah, untuk mengetahui penyebab pastinya.

Pengobatan asites tergantung pada penyebab yang mendasarinya. Beberapa langkah yang mungkin diambil termasuk:

  1. Pemberian obat: Dokter hewan mungkin akan memberikan obat untuk mengurangi penumpukan cairan, seperti diuretik.
  2. Prosedur penarikan cairan: Jika jumlah cairan terlalu banyak dan menyebabkan ketidaknyamanan, dokter mungkin akan melakukan prosedur untuk mengeluarkan cairan tersebut.
  3. Pengobatan penyakit yang mendasarinya: Jika asites disebabkan oleh penyakit hati, jantung, atau kanker, pengobatan akan difokuskan pada kondisi tersebut.

Perawatan dan Pencegahan

Setelah diagnosis dan pengobatan, penting untuk memberikan perawatan lanjutan pada anjing yang mengalami asites. Beberapa hal yang bisa dilakukan antara lain:

  1. Pola makan sehat: Berikan makanan yang rendah garam dan kaya akan nutrisi untuk membantu menjaga kesehatan anjing.
  2. Kunjungan rutin ke dokter hewan: Pantau kesehatan anjing secara rutin untuk memastikan bahwa kondisi mereka tidak memburuk.
  3. Hindari faktor risiko: Jika anjingmu memiliki risiko tertentu, seperti masalah jantung atau hati, pastikan untuk mengelola faktor risiko tersebut dengan baik.

Asites pada anjing memang bisa menjadi kondisi yang mengkhawatirkan, namun dengan penanganan yang tepat dan cepat, kondisi ini bisa diatasi. Jika kamu melihat tanda-tanda asites pada anjing kesayanganmu, jangan ragu untuk segera berkonsultasi.

Konsultasikan dengan  dokter hewan terdekat melalui  Call Center Pet Care untuk melakukan pemeriksaan terbaik bagi sahabat empat kaki.

Pet Care memberikan layanan home service yang mudah dan terpercaya. Pemesanan pun mudah dilakukan tanpa perlu repot membawa hewan peliharaan ke luar rumah. 

Jadi, jangan ragu hubungi kami. Dengan perawatan yang baik, anjingmu bisa kembali sehat dan ceria seperti sedia kala!

Scabies pada Anjing: Apa yang Perlu Kamu Tahu

Hai teman-teman pecinta anjing! Kali ini kita akan bahas tentang salah satu masalah kesehatan yang sering menyerang sahabat berbulu kita, yaitu scabies. Jangan panik dulu, karena kita akan bahas secara santai dan mudah dimengerti.

Apa Itu Scabies pada Anjing?

Scabies, atau yang sering disebut kudis, adalah infeksi kulit yang disebabkan oleh tungau kecil bernama Sarcoptes scabiei. Tungau ini super kecil, sampai-sampai kamu butuh mikroskop buat melihatnya. Tapi, meskipun kecil, dampaknya bisa bikin anjing kesayanganmu merasa sangat tidak nyaman.

Gejala Scabies pada Anjing

Tanda-tanda scabies biasanya mulai muncul sekitar 2-6 minggu setelah anjing terkena infeksi. Beberapa gejala yang bisa kamu perhatikan antara lain:

  1. Gatal yang Parah: Ini gejala yang paling jelas. Anjing yang terkena scabies akan terus menerus menggaruk, menggigit, atau menjilat tubuhnya. Gatalnya bukan main, bisa sampai bikin mereka susah tidur.
  2. Kemerahan dan Ruam: Kulit anjing akan tampak merah dan bisa muncul ruam kecil-kecil. Biasanya muncul di area yang sering digaruk.
  3. Kerontokan Bulu: Karena sering digaruk, bulu anjing bisa rontok, terutama di area yang terkena infeksi.
  4. Kulit Bersisik atau Berkerak: Kulit bisa jadi kering dan bersisik, bahkan terkadang berkerak.
  5. Luka dan Infeksi Sekunder: Karena garukan yang terus-menerus, kulit bisa terluka dan rentan terhadap infeksi bakteri.

Bagaimana Anjing Bisa Terkena Scabies?

Anjing bisa terkena scabies melalui kontak langsung dengan anjing lain yang sudah terinfeksi. Tungau scabies sangat menular, jadi kalau anjingmu sering bermain dengan anjing lain di taman atau penitipan anjing, risiko terkena scabies lebih tinggi. Selain itu, anjing juga bisa terkena scabies dari lingkungan yang sudah terkontaminasi tungau, seperti tempat tidur, selimut, atau mainan.

Mengatasi Scabies pada Anjing

Kalau kamu curiga anjingmu terkena scabies, langkah pertama yang harus kamu lakukan adalah membawanya ke dokter hewan. Jangan coba-coba mengobati sendiri tanpa konsultasi ya, karena bisa jadi kondisi anjingmu malah makin parah.

Biasanya, dokter hewan akan memberikan beberapa jenis pengobatan, seperti:

  1. Obat Topikal: Obat ini dioleskan langsung ke kulit anjing yang terkena. Biasanya berupa salep atau krim anti-tungau.
  2. Obat Oral: Kadang dokter akan meresepkan obat minum untuk membasmi tungau dari dalam tubuh anjing.
  3. Suntikan: Ada juga obat yang diberikan melalui suntikan untuk mengatasi infeksi scabies.
  4. Shampo Medis: Dokter mungkin akan menyarankan untuk memandikan anjing dengan shampo khusus yang bisa membunuh tungau.

Selain pengobatan medis, kamu juga perlu menjaga kebersihan lingkungan sekitar anjing. Cuci semua barang-barang yang sering bersentuhan dengan anjing, seperti tempat tidur, selimut, dan mainan, dengan air panas. Bersihkan dan disinfeksi area tempat anjing sering bermain atau beristirahat.

Pencegahan Scabies

Mencegah lebih baik daripada mengobati, kan? Berikut beberapa tips untuk mencegah anjingmu terkena scabies:

  1. Hindari Kontak dengan Anjing Terinfeksi: Jika kamu tahu ada anjing yang sedang terkena scabies, hindari kontak langsung dengan anjingmu.
  2. Jaga Kebersihan: Pastikan lingkungan tempat anjingmu tinggal selalu bersih. Cuci tempat tidur, selimut, dan mainan secara rutin.
  3. Periksa Rutin: Lakukan pemeriksaan rutin ke dokter hewan, terutama jika anjingmu sering berinteraksi dengan banyak anjing lain.
  4. Vaksinasi dan Pengobatan Pencegahan: Tanyakan kepada dokter hewan tentang vaksinasi atau pengobatan pencegahan yang bisa diberikan kepada anjingmu untuk menghindari scabies.

Scabies memang bisa bikin anjing kesayanganmu merasa tidak nyaman, tapi dengan penanganan yang tepat, infeksi ini bisa diatasi dengan baik. Jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter hewan jika kamu melihat tanda-tanda scabies pada anjingmu. Dan yang paling penting, jaga kebersihan dan kesehatan anjingmu agar mereka selalu bahagia dan sehat.

Konsultasikan dengan  dokter hewan terdekat melalui  Call Center Pet Care untuk melakukan pemeriksaan terbaik bagi sahabat empat kaki jika mengalami scabies. Pet Care memberikan layanan home service yang mudah dan terpercaya. Pemesanan pun mudah dilakukan tanpa perlu repot membawa hewan peliharaan ke luar rumah. 

Jadi, jangan ragu hubungi kami.

Jangan Sepelekan Batuk Kennel pada Anjing

Anjing terus batuk hingga hidung berair? Waspada, ini merupakan gejala batuk kennel. 

Meskipun terkesan ringan, batuk ini dapat menimbulkan komplikasi serius pada anjing, terutama pada anak anjing, anjing tua, dan anjing dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah.

Oleh karena itu, penting bagi para pemilik anjing untuk memahami seluk-beluk penyakit ini dan mengambil langkah-langkah pencegahan yang tepat. Jangan khawatir, artikel ini akan mengupas tuntas tentang batuk kennel, mulai dari penyebab, gejala, hingga cara pencegahannya.

Semoga informasi ini bisa membantu para pemilik anjing untuk menjaga kesehatan hewan kesayangan mereka dan mencegah penyebaran penyakit ini. 

Yuk, kita pelajari bersama!

Apa itu Batuk Kennel?

Batuk kennel, bagaikan hantu tak kasat mata yang mengintai di balik keceriaan anjing saat bermain di taman. Penyakit pernapasan menular ini mudah menyebar dan dapat menyerang anjing dari segala usia, ras, dan latar belakang.

Batuk kennel, atau dikenal juga sebagai tracheobronchitis infeksius atau batuk kandang. Penyakit pernapasan pada anjing ini umumnya menular. Penyakit ini mirip dengan flu pada manusia dan sering kali tersebar di tempat-tempat di mana anjing berkumpul, seperti kandang anjing, pusat pelatihan, atau tempat penampungan hewan. Berikut ini adalah penjelasan lengkap mengenai infeksi pernapasan, mulai dari gejala, penyebab, hingga penanganannya.

Penyebab Batuk Kennel

Batuk kennel biasanya disebabkan oleh kombinasi infeksi virus dan bakteri. Penyebab umum meliputi:

  1. Bordetella bronchiseptica: Bakteri ini adalah penyebab utamanya. Sering kali, infeksi Bordetella disertai dengan infeksi virus lain.
  2. Virus Parainfluenza: Virus ini sering ditemukan bersama dengan Bordetella dan dapat memperparah gejala.
  3. Adenovirus Tipe 2: Virus lain yang dapat menyebabkan batuk kennel dan sering menyerang saluran pernapasan bagian atas anjing.

Penyakit ini sangat menular dan dapat menyebar melalui udara atau kontak langsung dengan anjing yang terinfeksi. Anjing juga bisa terinfeksi melalui permukaan yang terkontaminasi, seperti mangkuk makanan, kandang, atau mainan.

Gejala Batuk Kennel

Gejalanya biasanya muncul dalam 2-10 hari setelah anjing terpapar infeksi. Gejala utama adalah batuk kering dan keras, yang sering digambarkan seperti suara “klakson”. Gejala lainnya dapat meliputi:

  1. Batuk yang persisten: Biasanya semakin parah setelah aktivitas fisik atau ketika anjing menarik tali leher.
  2. Muntah atau tersedak: Terkadang batuk yang keras bisa menyebabkan anjing muntah atau tersedak.
  3. Keluarnya lendir: Beberapa anjing akan mengalami keluarnya lendir dari hidung.
  4. Demam ringan: Pada beberapa kasus, anjing akan mengalami demam ringan.
  5. Lesu: Anjing yang terinfeksi akan terlihat lesu dan kurang berenergi.

Cara Mengatasi Batuk Kennel

Penanganan batuk kennel tergantung pada tingkat keparahan gejala. Berikut beberapa langkah yang bisa diambil:

  1. Istirahat dan Isolasi: Anjing yang terinfeksi sebaiknya diisolasi dari anjing lain untuk mencegah penyebaran. Pastikan anjing mendapat cukup istirahat.
  2. Penggunaan Humidifier: Udara yang lembab bisa membantu meredakan iritasi di saluran pernapasan.
  3. Obat-obatan: Dokter hewan mungkin meresepkan antibiotik untuk melawan infeksi bakteri, serta obat batuk atau antiinflamasi untuk meredakan gejala.
  4. Hindari Aktivitas Berat: Batasi aktivitas fisik yang berat untuk menghindari iritasi lebih lanjut pada saluran pernapasan.

Pencegahan Batuk Kennel

  1. Vaksinasi Rutin: Mencegah lebih baik daripada mengobati. Vaksinasi terhadap Bordetella dan virus parainfluenza dapat mengurangi risiko terinfeksi. Pastikan anjing mendapatkan vaksinasi sesuai jadwal yang direkomendasikan oleh dokter hewan. 

Sekarang vaksin anjing dan kucing bisa dilakukan di rumah, lho. Pet Care menyediakan layanan vaksinasi yang siap datang ke rumah. Tenaga medis dari Pet Care bersertifikat lengkap dan berpengalaman. Dijamin vaksinasi mudah, cepat dan tidak repot.

  1. Hindari Kontak dengan Anjing yang Terinfeksi: Jika Anda tahu ada anjing yang terinfeksi, hindari kontak untuk sementara waktu.
  2. Kebersihan Lingkungan: Bersihkan dan desinfeksi lingkungan tempat tinggal anjing secara rutin, termasuk mangkuk makanan, mainan, dan tempat tidur.
  3. Pemantauan Kesehatan: Pantau kesehatan anjing secara rutin dan segera konsultasikan dengan dokter hewan jika ada gejala yang mencurigakan. 

Kapan Harus Membawa Anjing ke Dokter Hewan?

Sebaiknya bawa anjing ke dokter hewan jika ia menunjukkan gejala batuk kennel, terutama jika gejalanya parah atau tidak membaik dalam beberapa minggu. Dokter hewan akan dapat mendiagnosis batuk kennel dan merekomendasikan pengobatan yang tepat.

Konsultasikan dengan  dokter hewan terdekat melalui  Call Center Pet Care untuk melakukan pemeriksaan terbaik bagi sahabat empat kaki. Pet Care memberikan layanan home service yang mudah dan terpercaya. Pemesanan pun mudah dilakukan tanpa perlu repot membawa hewan peliharaan ke luar rumah. 

Jadi, jangan ragu hubungi kami.