Category: HEALTH

Vaksin Anjing: Jadwal dan Vaksin yang Wajib Diberikan

Vaksin anjing sangat penting untuk memastikan kesehatan dan kebahagiaan anjing. Sama halnya dengan manusia, anjing juga rentan terhadap berbagai penyakit yang dapat mengancam kesehatannya. Oleh sebab itu, pastikan memberi vaksin yang tepat dan sesuai jadwal.

Kapan anjing harus vaksinasi? Apa saja vaksin yang harus diberikan kepada anjing? Baca artikel ini sampai habis untuk temukan jawabannya.

Jenis Vaksin Anjing

1. Vaksin Distemper

Vaksin distemper adalah satu lagi yang tak boleh dilewatkan. Distemper adalah penyakit serius yang dapat mempengaruhi sistem pernapasan, pencernaan, dan saraf anjing. Penyakit ini menyebabkan keluarnya cairan dari mata dan hidung, demam, batuk, muntah, diare, kejang, kejang, kelumpuhan, dan seringkali kematian. 

2. DHPP 

DHPP adalah kombinasi vaksin untuk memberikan perlindungan terhadap berbagai penyakit yang dapat mempengaruhi kesehatan. Vaksin ini terdiri dari Distemper (D), Hepatitis (H), Parvovirus (P), dan Parainfluenza (P). Vaksin DHPP diberikan pada anak anjing kemudian di usia satu sampai dua tahun perlu divaksin kembali untuk menjaga kesehatannya.

3. Vaksin Anjing Rabies  

Vaksin rabies adalah yang paling penting dan bahkan diwajibkan. Rabies adalah penyakit mematikan yang menular melalui gigitan hewan yang terinfeksi. Penyakit ini dapat menyebabkan masalah serius pada anjing dan bahkan berpotensi menular ke manusia. Maka, vaksinasi rabies, akan melindungi anjing kita dan mencegah penularan penyakit ini.

4. Vaksin Parvovirus

Parvovirus adalah penyakit serius terutama pada anjing muda. Penyakit ini dapat menyebabkan diare berat, muntah, dan bahkan kematian. Vaksin parvovirus adalah langkah penting untuk mencegah anjing kita terinfeksi virus mematikan ini.

5. Vaksin Bordetella

Batuk rejan, atau kennel cough, adalah infeksi pernapasan yang dapat menyebar dengan cepat di antara anjing-anjing yang berdekatan. Vaksin bordetella membantu melindungi dari serengan penyakit ini. Terutama jika sering berinteraksi dengan anjing lain, seperti di tempat penitipan hewan.

6. Vaksin Leptospirosis

Leptospirosis adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri yang dapat menular kepada manusia dan anjing. Vaksin leptospirosis membantu melindungi anjing dari infeksi bakteri ini, yang dapat menyebabkan masalah serius pada hati dan ginjal.

Jadwal Pemberian Vaksin Anjing

Berikut jadwal vaksin berdasarkan American Kennel Club yang wajib dilakukan

1. Usia 6-8 Minggu, berikan vaksin Distemper dan parvovirus. Tambahkan vaksin bordetella jika diperlukan

2. Usia 10-12 Minggu, berikan vaksin DHPP dna tambahkan Leptospirosis sesuai kebutuhan dan saran dokter hewan.

3. Usia 16-18 Minggu, berikan vaksin DHPP kedua dan rabies

4. Usia 12-16 Bulan, berikan vaksin DHPP ketiga dan rabies kedua

5. Usia 1-2 tahun, berikan vaksin DHPP keempat dan apabila diperlukan berikan juga vaksin Coronavirus dan Leptospirosis.

6. Usia 1-3 tahun berikan berikan vaksin rabies kelima

Untuk pemberikan vaksin, perlu dilakukan konsultasi dengan dokter hewan terdekat lewat layanan Pet Care. Jangan ragu untuk menghubungi call center Pet Care untuk mendapat konsultasi seputar vaksin anjing dan kesehatan anjing.

Memberikan vaksin anjing bukan hanya tanggung jawab, tetapi juga menjaga kesehatan dan kesejahteraan anjing. Dengan menjaga mereka terlindungi dari berbagai penyakit berbahaya, kita memastikan bahwa mereka dapat terus menemani dan membawa kebahagiaan dalam hidup kita.

Kutu pada Kucing Si Parasit Kecil Yang Menyebalkan Bagi Anabul

Kutu pada kucing menjadi masalah umum bagi anabul tersayang. Meskipun kecil, kutu dapat menyebabkan masalah kesehatan yang serius. 

Namun, jangan khawatir, artikel ini akan memberikan tips yang efektif untuk mengatasi dan mencegahnya. Yuk baca artikel ini sampai akhir.

Sebelum membahas cara mengatasinya, kita perlu tahu tentang kutu pada kucing. Kutu adalah parasit yang hidup di kulit dan menghisap darah sebagai sumber makanan.

Mereka akan menyebabkan rasa gatal dan iritasi pada kulit bahkah lebuh parahnya dapat mengakibatkan penyakit serius jika tidak diatasi dengan cepat.

Gejala Terinfeksi Kutu pada Kucing

Sebagai pemilik perlu mengetahui tanda-tanda kutu yang menginfeksi tubuh anabul kita. Kutu dapat dilihat dengan mata telanjang, tetapi cepat bersembunyi di bulu-bulu. Berikut gejala yang dapat anda perhatikan:

1. Gatal yang berlebihan

Jika kucing sering menggaruk atau menjilat dirinya sendiri secara berlebihan. Ini bisa menjadi tanda terinfeksi kutu.

2. Perubahan pada Bulu

Kutu dapat menyebabkan kerusakan pada bulu kucing. Perhatikan apakah bulu kucing terlihat kusam, rontok atau ada tanda perubahan lainnya.

3. Kulit Memerah atau Membengkak

Jika kulit terlihat memerah, bengkak dan iritasi. Ini dapat menandakan adanya infeksi karena kutu.

Cara Mengatasi Kutu pada Kucing 

Jika kucing telah terinfeksi, tentunya akan sangat tidak nyaman karena gatal yang mengganggu aktivitasnya. Berikut cara mengatasinya: 

1. Cuci dan Sisir Rutin

Mandikan dengan menggunakan shampo khusus anti kutu. Kemudian sisir bulu dengan sisir khusus kutu untuk menghilangkan kutu dan telurnya.

2. Gunakan Obat topikal

Setelah dimandikan pilihlah obat topikal untuk mencegah kutu. Teteskan pada area sekitar leher dan kulit kucing. Pastikan konsultasikan dengan dokter hewan terdekat untuk merekomendasikan obat topikal yang sesuai.

3. Menjaga Kebersihan Lingkungan

Menjaga kebersihan lingkungan kucing juga sangat penting. Cuci tempat tidur kucing, selimut, dan mainan secara teratur. Gunakan obat semprot anti kutu pada area yang sering dilewati kucing.

Mengatasi kutu, menjadi tugas setiap pemilik untuk memastikan kesehatan dan kebahagiaan kucing kesayangan anda. Agar kucing tidak terinfeksi, maka perlu rajin melakukan grooming secara teratur. Dengan grooming, bulu kucing akan rutin dibersihkan. Ini akan mencegah datangnya kutu.

Untuk mendapatkan konsultasi seputar kesehatan dapat menghubungi dokter hewan terdekat lewat layanan Pet Care. Dengan menghubungi call center Pet Care dokter hewan terdekat dari lokasi anda akan segera datang.

Penyakit Mulut Kucing Dapat Mengganggu Aktivitasnya

Penyakit mulut kucing adalah salah satu bentuk kepedulian kita terhadap kesehatan hewan peliharaan kita. Sebagai pemilik tentunya ingin kucing selalu sehat. Kesehatan mulut kucing merupakan faktor penting untuk memastikan kebahagiaan dan kesejahteraan kucing kesayangan.

Namun, seringkali pemilik kucing mengabaikan pentingnya merawat gigi dan mulut kucing. Artikel ini akan membahas berbagai masalah mulut pada kucing, termasuk gejala, pencegahan, dan pengobatan yang efektif.

Gejala Penyakit Mulut Kucing

1. Nafas Bau 

Jika nafas kucing berbau, hal ini bisa menjadi tanda awal masalah kesehatan mulut.

2. Pembengkakan Gusi 

Pembengkakan atau kemerahan pada gusi dapat mengindikasikan peradangan atau infeksi.

3. Kehilangan Berat Badan 

Hal ini membuat kucing kesulitan makan, yang mengakibatkan kehilangan berat badan.

4. Air Liur Berlebihan 

Jika kucing mengalami produksi air liur yang berlebihan, ini bisa menjadi tanda adanya masalah di mulutnya.

5. Gigi Goyang atau Patah

Gigi yang goyang atau patah dapat menjadi tanda adanya masalah gigi atau gusi yang memerlukan perhatian medis.

Penyakit Mulut Kucing

1. Gingivitis:

Peradangan pada gusi yang dapat disebabkan oleh penumpukan plak dan tartar.

2. Stomatitis

Peradangan yang melibatkan seluruh rongga mulut, termasuk gusi, lidah, dan langit-langit mulut.

3. Abses Gigi

Kumpulan nanah di sekitar akar gigi, yang dapat menyebabkan rasa sakit dan pembengkakan.

Pencegahan Penyakit Mulut Kucing

1. Pemberian Makanan Khusus

 Pilih makanan kucing yang dirancang khusus untuk kesehatan mulut, seperti makanan kering yang membantu membersihkan gigi.

2. Penyikatan Gigi Rutin

Rutin menyikat gigi kucing dapat membantu mengurangi pembentukan plak dan tartar.

3. Mainan Pembersih Gigi

 Berikan mainan khusus yang dirancang untuk membersihkan gigi kucing saat mereka bermain.

4. Pemeriksaan Rutin ke Dokter Hewan 

Periksakan gigi kucing secara rutin dengan menghubungi dokter hewan terdekat lewat layanan Pet Care. Dengan menghubungi call center Pet Care, dokter hewan terdekat akan datang untuk memeriksa dan melakukan konsultasi terkait masalah gigi pada kucing

Dengan memahami gejala dan pencegahan penyakit mulut pada kucing, Anda dapat memastikan bahwa kucing kesayangan Anda tetap sehat dan bahagia. Selalu konsultasikan dengan dokter hewan Pet Care  untuk diagnosis dan perawatan yang tepat.

Ciri Rabies Anjing yang Perlu Diwaspadai

Rabies merupakan penyakit yang menakutkan, terutama bagi pemilik hewan peliharaan seperti anjing. Mengetahui ciri anjing rabies menjadi kunci menjaga kesehatan dan keselamatan tidak hanya untuk hewan peliharaan, tetapi juga bagi pemiliknya.

Menurut Dr. Corinne Wigfall, jika anjing sudah digigit oleh hewan yang terinfeksi rabies, maka kemungkinan tertular tinggi. 

Masa penularan bervariasi bisa dua hingga empat minggu, dan gejala rabies tidak disadari oleh pemilik. Sehingga, jika anjing yang terinfeksi menggigit manusia, maka akan sangat berbahaya sampai menimbulkan kematian.

Dr. Wigfall mengatakan bahwa peluang anjing bertahan hidup setelah terinfeksi sangat rendah karena pengobatan rabies belum ditemukan.

Oleh karena itu, kita perlu waspada terhadap hewan yang terinfeksi rabies untuk menjaga keselamatan hewan dan manusia. Berikut ciri anjing rabies yang perlu diketahui.

Ciri Rabies Pada Anjing?

Anjing yang terinfeksi rabies memiliki gejala yang bervariasi, tetapi terdapat beberapa tanda umum yang dapat menjadi petunjuk. 

1.  Perubahan Perilaku

Anjing yang terinfeksi biasanya mengalami perubahan perilaku yang signifikan. Anjing yang tenang akan agresif atau gelisah, sedangkan anjing yang aktif biasanya akan lesu dan tidak bersemangat.

2. Kesulitan menelan

Anjing yang terkena rabies biasanya akan kesulitan menelan saat makan dan minum. Mereka akan menolak untuk makan atau minum air.

3. Air Liur Berlebihan

Bagi anjing yang terinfeksi akan mengalami hipersalivasi atau mengeluarkan air liur berlebihan bahkan berbusa.

4. Perubahan Suara

Rabies dapat mempengaruhi sistem saraf yang mengontrol suara, sehingga anjing akan mengalami perubahan pada suara mereka.

5. Lemah Otot

Gangguan neurologis akibat rabies dapat menyebabkan keterbatasan koordinasi, kesulitan berjalan atau kelemahan otot pada anjing.

6. Peningkatan Agresivitas

Rabies mampu merubah perilaku anjing menjadi agresif. Mereka dapat sewaktu-waktu menyerang tanpa alasan atau provokasi yang jelas

Bagaimana Cara Penularan Rabies?

Rabies umumnya menular melalui gigitan hewan yang terinfeksi. Virus rabies terdapat dalam air liur hewan yang terinfeksi dan masuk ke tubuh melalui luka terbuka pada kulit atau membran mukosa. 

Meskipun gigitan hewan adalah metode penularan yang paling umum, kontak dengan air liur pada mata, hidung, atau mulut yang terluka juga dapat menyebabkan penularan.

Oleh karena itu, sangat penting untuk menghindari kontak langsung dengan hewan yang dicurigai terinfeksi rabies dan segera mencari perawatan medis jika terjadi gigitan atau kontak langsung dengan air liur hewan yang terinfeksi.

Menurut Dr. Richardson dari American Kennel Club, setelah anjing diisolasi, sterilisasi area yang mungkin terinfeksi terutama air liurnya. Gunakan larutan pemutih dan air untuk menonaktifkan virus.

Mencegah Rabies pada Anjing

Dalam melindungi hewan peliharaan dan diri sendiri, vaksinasi adalah langkah pencegahan utama yang harus diambil. Konsultasikan dengan dokter hewan untuk jadwal vaksinasi yang sesuai dan terus pantau kesehatan anjing Anda secara teratur.

Anda juga dapat segera menghubungi dokter hewan terdekat lewat layanan Pet Care untuk konsultasi vaksinasi dan kesehatan anjing anda.

Jika anda tidak memiliki waktu untuk vaksinasi, segera menghubungi call center Pet Care, dokter hewan akan datang ke rumah, untuk melakukan vaksinasi rabies sesuai standar.

Distemper pada Kucing Penyakit Menular dan Berbahaya

Kucing sudah menjadi bagian dari keluarga, sehingga perlu pengawasan dan perawatan yang terbaik untuk mengurangi kekhawatiran kita. Salah satu masalah kesehatan yang mungkin dialami oleh kucing kesayangan adalah distemper. Penyakit ini memang berbahaya, tetapi jangan khawatir karena artikel ini akan membahas penyebab dan cara mengatasi  distemper pada kucing.

Apa itu Distemper pada Kucing?

Distemper pada kucing, atau disebut juga panleukopenia feline, adalah penyakit yang disebabkan oleh virus yang menyerang sel-sel dengan cepat, seperti sel-sel di usus, sumsum tulang belakang, dan kelenjar getah bening. Virus ini sangat mudah menular dan dapat menyebabkan gejala yang serius pada kucing.

Distemper disebabkan oleh virus yang bertahan lama di lingkungan. Kucing dapat terinfeksi melalui kontak langsung dengan kucing yang terinfeksi atau melalui benda-benda yang terkontaminasi.

Gejala Distemper pada Kucing

1. Kehilangan Nafsu Makan

Kucing yang terkena distemper sering mengalami kehilangan nafsu makan. Jika kucing tiba-tiba tidak mau makan, ini bisa menjadi tanda awal.

2. Muntah dan Diare

Muntah dan diare seringkali menjadi gejala umum distemper. Hal ini dapat menyebabkan dehidrasi, sehingga penting untuk memperhatikan kebiasaan minum pada kucing.

3. Demam dan Lesu

Kucing yang terinfeksi distemper mungkin menunjukkan tanda-tanda demam, disertai dengan lelu dan lelah yang berlebihan.

Cara Mengatasi Distemper pada Kucing

1. Karantina

 Pisahkan kucing yang terinfeksi dari kucing lain untuk mencegah penyebaran virus.

2.Perawatan

Berikan perawatan terbaik, seperti hidrasi dan nutrisi tambahan, untuk membantu kucing pulih. Selain itu, berikan penanganan terbaik dengan menghubungi dokter hewan terdekat melalui layanan Pet Care. Dengan menghubungi call center Pet Care dokter terdekat dari lokasi anda akan datang segera untuk memberikan pelayanan terbaik.

3. Vaksinasi

Pencegahan tetap lebih baik daripada pengobatan. Pastikan kucing mendapatkan vaksinasi yang diperlukan untuk melindunginya dari distemper. Pet-care menyediakan layanan vaksin kucing dan anjing di rumah cukup dengan menghubungi call center Pet Care.

Pet Care menyediakan beragam vaksin sesuai dengan kebutuhan kucing dan anjing. Selain itu, pelayanan dilakukan oleh dokter profesional yang siap datang ke rumah.

Meskipun distemper pada kucing bisa menjadi momok yang menakutkan, dengan langkah yang tepat, kita dapat membantu kucing kesayangan pulih dan kembali bermain dengan riang!

Ingatlah selalu untuk berkonsultasi dengan dokter hewan untuk diagnosis dan perawatan yang tepat. Semoga kucing kita tetap sehat dan bahagia!

Simblefaron Permasalahan pada Mata Kucing

Sebagai pemilik kucing tentunya ingin mereka tetap sehat dan bahagia. Namun, apa yang terjadi jika mereka mengalami masalah pada mata mereka? Salah satu kondisi yang perlu diwaspadai adalah Simblefaron

Masalah ini dapat mempengaruhi penglihatan dan kesejahteraan kucing kesayangan. Oleh karena itu, kita perlu mengetahui tentang apa sebenarnya kelainan pada mata kucing ini, apa penyebabnya, dan bagaimana kita dapat membantu kucing kita menghadapinya.

Apa itu Simblefaron?

Simblefaron pada kucing adalah kondisi langka di mana kelopak mata bagian atas atau bawah melekat satu sama lain. Hal ini bisa terjadi pada satu atau kedua mata kucing. 

Ketika kedua kelopak mata saling melekat, bisa menyebabkan berbagai masalah, termasuk iritasi, infeksi, dan bahkan kehilangan penglihatan.

Penyebab Simblefaron pada Kucing

Beberapa faktor yang memicu terjadinya Simblefaron pada kucing salah satunya adalah faktor genetik atau keturunan. Selain itu, cedera atau infeksi mata yang tidak diobati dengan baik juga bisa menjadi pemicunya.

Gejala Simblefaron pada Kucing

Bagaimana kita tahu jika kucing menderita Simblefaron? Beberapa gejala yang dapat diperhatikan adalah kesulitan membuka atau menutup mata, kelopak mata yang melekat, atau tanda-tanda peradangan pada area sekitar mata seperti:

  1. Mata kering
  2. Mata terasa terbakar
  3. Mata bengkak
  4. Sensitif terhadap cahaya
  5. Masalah penglihatan
  6. Diplopia atau penglihatan ganda
  7. Entropion suatu kondisi di mana kelopak mata mengarah ke ke arah dalam  bola mata
  8. Lagophthalmos yaitu kesulitan untuk  menutup kelopak mata dengan benar

Jika melihat gejala-gejala ini, penting untuk segera menghubungi dokter hewan terdekat melalui layanan Pet Care. Dengan menghubungi call center Pet Care, dokter hewan terdekat dari lokasi anda akan datang untuk memberikan perawatan terbaik.

Mencegah Simblefaron pada kucing mungkin tidak selalu berhasil, apalagi jika kondisi tersebut disebabkan oleh faktor genetik. Namun, dengan memastikan kucing mendapatkan perawatan mata yang tepat saat mengalami cedera atau infeksi, kita dapat membantu mencegah masalah mata serius.

Kucing adalah makhluk yang luar biasa, dan mereka pantas mendapatkan perawatan terbaik dari kita. Simblefaron adalah masalah serius yang dapat mempengaruhi penglihatan dan kesejahteraan mereka, tetapi dengan pengawasan yang tepat dan perawatan yang sesuai, banyak kucing dapat pulih sepenuhnya dari kondisi ini.


Jangan ragu untuk berkonsultasi dengan  dokter hewan terdekat melalui layanan Pet Care. Jika adanya masalah pada mata kucing, termasuk Simblefaron. Ingatlah bahwa perhatian dan perawatan yang tepat dapat membuat perbedaan besar bagi kucing kesayangan kita.

Waspada Anafilaksis pada Kucing Setelah Vaksin

Anafilaksis atau dikenal sebagai syok alergi adalah salah satu efek samping berat pada kucing setelah vaksin. Alergi ini dapat berakibat fatal bila tidak ditangani segera oleh pihak medis. 

Alergi timbul karena tubuh salah mengenali suatu zat, yang dikenal sebagai alergen, sebagai ancaman dan melepaskan sel-sel kekebalan untuk menghalang penyusup. Biasanya, reaksi alergi ini ringan berupa bersin atau gatal-gatal pada kulit. Namun, dalam keadaan yang ekstrim, syok anafilaksis dapat terjadi di seluruh tubuh.

Syok anafilaksis yang paling umum terjadi pada kucing adalah gangguan pernapasan, sistem pencernaan seperti kerongkongan, lambung, hati, pankreas, dan saluran usus.

Gejala Anafilaksis pada Kucing

48 jam setelah vaksin dialukan, kita bisa mengecek keadaan kucing kita untuk mengidentifikasi alergi anafilaksis yang terjadi. Berikut gejala alergi pada kucing setelah vaksin:

Gejala Umum

Tanda-tanda anafilaksis yang paling umum terjadi dalam hitungan detik hingga menit dapat dideteksi sebagai berikut:

  • Gangguan pernapasan yang parah hingga kesulitan bernapas
  • Diare
  • Muntah
  • Mengeluarkan air liur yang berlebihan
  • Terlalu bersemangat atau terlalu lemas
  • Gusi pucat
  • Tungkai dingin
  • Pembengkakan wajah
  • Kulit gatal di sekitar kepala dan wajah
  • Kejang
  • Koma

Gejala pada Sistem Tubuh

Selain sistem pernapasan dan pencernaan, anafilaksis dapat mempengaruhi sistem tubuh sebagai berikut:

  • Gatal-gatal di tubuh, terutama terlihat di area dimana alergen bersentuhan dengan kulit dan, pembengkakan wajah
  • Gusi pucat, anggota tubuh dingin akibat dari sistem kardiovaskular terganggu
  • Kejang-kejang, tremor, gelisah, agitasi,dan  koma apabila menyerang sistem saraf
  • Kemerahan pada mata

Jika kucing anda menunjukan gejala alergi setelah vaksin segera hubungi dokter hewan terdekat lewat layanan Pet Care. Dengan menghubungi call center Pet Care, dokter hewan akan langsung datang untuk melakukan pemeriksaan. 

Dokter hewan  akan melakukan pemeriksaan fisik secara menyeluruh untuk melihat tanda-tanda vital kucing, dan apabila diperlukan akan dilakukan tes darah untuk melihat peningkatan enzim hati dan sel inflamasi yang berlebihan.

Dokter hewan dapat mencurigai adanya syok jika gejala-gejala khas muncul secara tiba-tiba setelah terpapar alergen yang diketahui atau dicurigai.

Dengan pengetahuan yang baik tentang anafilaksis pada kucing, Anda dapat dengan cepat mengidentifikasi gejala dan memberikan perawatan yang diperlukan. Jangan ragu untuk menghubungi dokter hewan terdekat melalui layanan Pet Care. 

Kucing Muntah? Inilah Penyebab dan Solusinya

Kucing muntah adalah peristiwa yang sering terjadi. Tidak perlu khawatir, jika kucing kesayangan anda mengalami hal ini karena wajar terjasi. Bahkan kucing yang sehat pun cbisa mengalaminya.

Namun jika kucing mulai rewel dan memuntahkan apa pun yang ditelan, maka anda perlu waspada dan melakukan kunjungan ke dokter hewan terdekat .

Jika kucing muntah lebih dari sekali dalam seminggu atau menunjukan gejala lesu, lemah, nafsu makan berkurang, muntah darah dan diare secara bersamaan, segera periksakan ke dokter hewan terdekat .

Hal ini bisa menjadi pertanda adanya masalah kesehatan yang perlu segera ditangani. Berikut adalah beberapa hal yang perlu anda ketahui.

Penyebab Kucing Muntah yang Berkelanjutan

Ada beberapa faktor yang bisa menjadi penyebab muntah terus-menerus. Beberapa di antaranya termasuk masalah pencernaan seperti konsumsi makanan yang tidak cocok, masalah pada saluran pencernaan, atau adanya parasit dalam tubuh kucing. 

Penyebab lainnya kucing mengkonsumsi makanan busuk, obat-obatan manusia, tali atau benang, makanan tertentu seperti cokelat atau bawang, dan lain sebagainya.

Selain itu, penyakit serius seperti masalah ginjal, diabetes, atau masalah hati juga bisa menjadi penyebab penyakit yang berkelanjutan.

Muntah Kuning pada Kucing

Muntah kuning pada kucing dapat menjadi indikasi adanya cairan empedu dalam perut. Hal ini bisa disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk gangguan pada sistem pencernaan atau kondisi seperti infeksi saluran pencernaan.

Jika kucing anda mengalami hal ini, penting untuk segera menghubungi dokter hewan terdekat lewat layanan Pet Care. Dengan menghubungi call center Pet Care kucing anda akan mendapatkan penanganan yang tepat.

Warna Muntah pada Kucing yang Keracunan

Jika kucing mengalami keracunan, muntahnya bisa menunjukkan warna-warna yang berbeda tergantung pada bahan apa yang dikonsumsi. 

Misalnya, jika kucing mengkonsumsi racun tikus, muntahnya mungkin tampak berwarna biru atau hijau karena kandungan racun tersebut.

Jika kamu curiga kucingmu telah terpapar racun, segera bawa ke dokter hewan untuk mendapatkan pertolongan darurat.

Mengetahui tanda-tanda dan penyebab muntah pada kucing sangat penting untuk menjaga kesehatan dan kenyamanan mereka. Jika kucing anda mengalami gejala yang mencurigakan, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter hewan terdekat.

Ingatlah selalu bahwa perhatian dan perawatan yang tepat dapat membantu menjaga kesehatan dan kebahagiaan kucing kesayanganmu.

Waspada Bahaya Salmonella pada Anjing

Salmonella adalah bakteri yang menginfeksi saluran pencernaan dan dapat menyebabkan diare parah pada manusia. Pada anjing, infeksi salmonella (disebut salmonellosis). 

Tidak banyak kasus terjadi dan seringkali tidak menunjukkan gejala, kecuali anjing tersebut memiliki sistem kekebalan yang lemah atau masih anak-anak.

Sebagian besar bakteri salmonella pada anjing menempel pada inang, artinya anjing yang terinfeksi tidak akan menularkan hewan lain. Sebagai contoh, sapi yang terinfeksi salmonella tidak akan membuat anjing yang sehat menjadi sakit, dan sebaliknya.

Meskipun penyakit akibat salmonella jarang terjadi pada anjing, risikonya dapat meningkat ketika daging mentah yang tidak diolah dengan baik menjadi makanan anjing.

Ketika anjing terinfeksi salmonella akan mengalami diare, dehidrasi, sepsis, bahkan kematian jika tidak diobati. Pemilik harus segera menghubungi dokter hewan terdekat lewat layanan Pet Care. Dengan menghubungi call center Pet Care anjing anda akan segera mendapat penanganan. 

Gejala Salmonella pada Anjing

Salmonella pada anjing dapat menyebabkan penyakit pada  sistem tubuh, gejalanya paling sering terlihat ketika mengganggu saluran pencernaan. Gejala salmonellosis meliputi:

– Diare tiba-tiba yang parah

– Diare berdarah (hematochezia)

– Muntah

– Lesu

– Demam

– Penurunan nafsu makan, dengan atau tanpa kehilangan berat badan

– Dehidrasi

Penyebab Salmonella pada Anjing

Biasanya, salmonella ditularkan ketika anjing menelan kotoran dari hewan yang terinfeksi atau produk yang terkontaminasi oleh bakteri. 

Anjing di lingkungan pertanian berisiko lebih tinggi terinfeksi, begitu pula anjing yang diet  dengan daging mentah. 

Gangguan ringan biasanya tidak memerlukan perhatian medis, namun sebagai pemilik hewan kita harus memantau gejala yang muncul pada anjing dengan.

Salmonellosis sulit didiagnosa karena gejala yang sama dengan penyakit lain. Selain itu, anjing sering tidak menunjukkan gejala. 

Pengobatan dan Pemulihan Salmonella pada Anjing

Seperti banyak penyebab peradangan saluran pencernaan lainnya, pengobatan salmonellosis sebagian besar berupa perawatan pendukung, yaitu:

– Hidrasi dengan terapi cairan

– Mengendalikan mual dan muntah

– Mencegah infeksi/detoksifikasi darah dengan antibiotik

Beberapa penderita mungkin memerlukan perawatan yang lebih intensif, seperti penggunaan tabung makanan, obat penekan demam, probiotik, atau transplantasi tinja untuk mengembalikan flora usus yang normal.

Pemulihan tergantung pada tingkat keparahan infeksi. Kasus ringan mungkin akan mendapat perawatan pendukung selama beberapa hari, sementara anjing dengan infeksi lanjutan dan infeksi darah mungkin memerlukan beberapa minggu perawatan intensif termasuk cairan intravena, antibiotik, dan tabung makanan.

Anjing dapat menyebarkan salmonella kepada manusia melalui feses atau saliva, sehingga penyakit ini menjadi zoonosis yang perlu diperhatikan. 

Pencegahan penting dilakukan untuk menghindari salmonellosis termasuk memberikan makanan yang diolah dengan baik, menghindari makanan mentah, dan memasak daging secara sempurna sebelum memberikannya kepada hewan peliharaan.

Jika anjing anda menunjukan gejala salmonellosis, segera bawa ke dokter hewan terdekat atau hubungi  call center Pet Care untuk diagnosis dan perawatan yang tepat.

Kenali Demam pada Kucing dan Cara Pengobatannya

Demam pada kucing dapat menjadi tanda masalah yang serius. Kucing adalah hewan peliharaan yang menawan dan penuh karakter. Namun, seperti manusia, mereka juga dapat mengalami masalah kesehatan, termasuk demam. 

Cara Mengidentifikasi Demam pada Kucing

Penting untuk mengenali tanda demam pada kucing. Selain mengamati gejala seperti kurangnya aktivitas dan nafsu makan, kita juga dapat mencurigai adanya demam jika kucing terasa lebih hangat saat disentuh daripada biasanya. 

Cara terbaik untuk mengonfirmasi demam adalah dengan mengukur suhu tubuhnya. Gunakan termometer rektal atau termometer telinga yang dirancang khusus untuk hewan peliharaan.

Penggunaan termometer rektal lebih akurat daripada suhu aural (telinga) dan bisa dilakukan dengan mudah jika kucing relatif tenang. Pastikan untuk mengikuti petunjuk pada termometer untuk menentukan kapan pembacaan selesai. Ingatlah bahwa termometer yang digunakan pada hewan tidak boleh digunakan pada manusia.

Penyebab Demam pada Kucing

Ada banyak penyebab potensial demam pada kucing, termasuk:

1. Infeksi bakteri, virus, atau jamur yang mempengaruhi organ dalam tubuh kucing.

2. Parasit dapat menyebabkan demam pada kucing.

3. Beberapa jenis kanker juga dapat memicu demam.

4. Penyakit autoimun yang melibatkan sistem kekebalan tubuh yang berubah menjadi penyebab demam.

5. Trauma kecelakaan atau cedera fisik serius dapat menyebabkan demam.

6. Beberapa obat mungkin memiliki efek samping berupa demam.

Ketika Anda merasa kucing mengalami demam, penting untuk menghubungi dokter hewan terdekat lewat layanan Pet Care. Dengan menghubungi call center Pet Care, dokter hewan akan melakukan langkah-langkah berikut:

1. Dokter hewan akan meminta riwayat kesehatan kucing dan gejala yang dialaminya.

2. Dokter hewan akan memeriksa kucing secara fisik, termasuk pengukuran suhu tubuh menggunakan termometer rektal atau telinga.

3. Jika pemeriksaan fisik tidak cukup untuk menentukan penyebab demam, dokter hewan dapat merekomendasikan tes darah, tes virus seperti Feline Leukemia Virus (FeLV) dan Feline Immunodeficiency Virus (FIV), serta tes urinalisis dan lainnya.

4. Dalam beberapa kasus, dokter hewan mungkin perlu melakukan rontgen atau ultrasonografi (USG) untuk mencari kelainan pada organ atau tulang.

Pengobatan dan Pemulihan Deman pada Kucing

Pengobatan demam pada kucing tergantung pada penyebabnya. Jika penyebab demam sudah diketahui, dokter hewan akan mengobati penyebabnya. 

Selain itu, langkah-langkah pengobatan yang mungkin dilakukan meliputi:

1. Kucing mungkin memerlukan cairan untuk mengatasi atau mencegah dehidrasi.

2. Dokter hewan dapat meresepkan obat untuk meredakan gejala dan menurunkan suhu tubuh.

3. Pemberian dukungan nutrisi mungkin diperlukan jika kucing kehilangan nafsu makan.

4. Kucing yang mengalami demam yang sangat tinggi atau menolak makan dan minum mungkin perlu dirawat di rumah sakit untuk perawatan dan pemantauan yang lebih ketat.

Banyak kucing akan pulih dari demam dengan perawatan yang tepat dalam satu hingga lima hari, kecuali jika penyebabnya sangat serius. 

Demam yang dialami kucing adalah masalah kesehatan yang perlu diperhatikan oleh pemilik hewan. Cara terbaik untuk mengenali gejala demam adalah dengan mengukur suhu tubuh kucing menggunakan termometer atau mengecek suhu telinga kucing.

Pengobatan demam pada kucing dapat menjadi tanda adanya masalah kesehatan yang serius. Oleh karena itu, pemilik kucing harus selalu mengawasi kesehatan dan segera menghubungi dokter hewan terdekat lewat layanan Pet Care dengan menghubungi call center.

Dengan perawatan yang tepat penanganan yang cepat, kucing dapat sembuh dari demam dan menjalani kehidupan yang sehat serta bahagia.