Tag: dokter hewan terdekat

Kucing Makan Terus tapi Tetap Kurus? Dokter Hewan: 6 Hal Ini Bisa Jadi Penyebabnya 

Sebagai pemilik hewan peliharaan, mengkhawatirkan bila melihat kucing kesayangan kita terlihat kurus. Padahal, pemberian pakan telah dilakukan secara rutin setiap harinya. Serta kucing nampak selalu nafsu makan dan sering mengeong untuk meminta makan.

Kucing kurus ditandai dengan kondisi fisik tulang rusuk dan tulang punggung yang timbul dan teraba dengan jelas. Juga terdapat cekungan yang dalam pada tubuh bagian pinggang.

Sering makan namun tubuh tetap kurus pada kucing bisa jadi tanda adanya penyakit. Berikut adalah 6 penyakit yang mungkin terjadi jika kucing sering makan tetapi tubuhnya tetap terlihat kurus menurut Dokter Hewan Maulana Ar Raniri Putra (ArRan).

1. Cacingan

Investasi parasit atau yang kerap disebut sebagai cacingan menyebabkan proses penyerapan nutrisi pada tubuh kucing jadi terganggu. Akibatnya kucing akan terus merasa lapar dan banyak makan, tapi tubuhnya tetap terlihat kecil tidak berisi. Maka pastikan untuk selalu memberikan kucing kesayangan Anda obat cacing secara rutin. Pemberian obat cacing pada kucing dapat dilakukan melalui layanan dokter hewan terdekat dari Pet-Care dengan menghubungi Call Center Pet-Care.

2. Diabetes Melitus

Saat ini penyakit diabetes melitus menjadi salah satu penyakit endokrin yang sedang marak terjadi. Penyebabnya tidak lain adalah karena obsesi para pemilik hewan peliharaan, khususnya kucing yang ingin hewan peliharaanya terlihat gemuk karena dianggap lebih menggemaskan.

3. Tiroid

Hyperthyroidism merupakan penyakit pada kucing yang terjadi akibat adanya gangguan pada kelenjar tiroid. Penyakit ini menyebabkan produksi hormon tiroid menjadi berlebihan. Hormon tiroid sendiri berfungsi untuk mengatur metabolisme tubuh, sehingga kucing yang mengidap tiroid metabolisme tubuhnya akan jauh lebih cepat. Inilah yang mengakibatkan kucing terus merasa kelaparan namun tubuhnya tetap kurus. Selain tubuh yang terlihat kurus, tiroid juga ditandai dengan kucing yang hiperaktif dan jantung berdebar lebih kencang.

4. Kanker

Kanker pada kucing seringkali sulit untuk didiagnosa, khususnya pada kanker stadium awal. Hal ini terjadi akibat perilaku kucing yang sangat ahli dalam menyembunyikan rasa sakit. Gejala utama yang seringkali terlihat pada kucing dengan kanker adalah tubuhnya yang semakin lama semakin kurus.

5. Kesalahan Pemberian Makanan

Pemberian makanan yang kurang tepat dapat menjadi penyebab kucing menjadi kurus dan terus merasa lapar. Hal ini terjadi karena ketidakseimbangan nutrisi dalam tubuh. Sehingga nutrisi yang diserap oleh tubuh kucing dari makanannya hanya sedikit. Maka pemilik hewan perlu memperhatikan bagaimana komponen nutrisi utama dan komposisi yang seimbang pada makanan kucing.

6. Kucing Tua

Tubuh kurus menjadi hal yang umum terjadi pada kucing tua karena tubuhnya mengalami penyusutan massa otot. Namun, hal ini dapat diatasi dengan pemberian makanan yang sesuai dengan usia kucing.

Penyebab Lain dari Kucing Kurus

Berikut adalah penyakit lain yang menjadi penyebab kucing kurus dilansir dari laman Pets Web MD.

  • Kecemasan, stres, atau depresi yang diakibatkan oleh kebisingan lingkungan sekitar atau tempat tinggal kucing yang kotor.
  • Penyakit kencing manis yang disebabkan oleh kegagalan produksi hormon insulin.
  • Peritonis menular atau FIP.
  • Masalah pencernaan yang ditandai dengan gejala diare, nafsu makan berkurang, atau muntah-muntah.
  • Gagal ginjal.
  • Tumor jinak.
  • Sakit gigi dan mulut, atau radang gusi yang ditandai dengan keluarnya air liur secara terus-menerus dari mulut kucing.
Penanganan Kucing Kurus

Apabila kondisi berat badan kucing semakin mengkhawatirkan sebaiknya periksakan kucing kesayangan Anda pada dokter hewan terdekat. Biasanya setelah pemeriksaan awal akan dilakukan pemeriksaan lanjutan seperti tes sampel darah, urin, feses, hingga rontgen bila diperlukan.

Pemeriksaan tersebut dapat dilakukan melalui layanan dokter hewan terdekat dari Pet-Care. Anda dapat menghubungi Call Center Pet-Care untuk kemudian terhubung langsung dengan dokter hewan terdekat tanpa perlu keluar rumah. Tidak perlu khawatir, dokter hewan Pet-Care telah bersertifikat serta berpengalaman.

Bola Mata Kucing Membesar? Segera Tangani Agar Terhindar dari Kebutaan

Glaukoma merupakan suatu kondisi dimana terjadi peningkatan cairan di dalam bola mata kucing. Sehingga bola mata kucing terlihat membesar di satu sisi. Keluhan bola mata membesar di satu sisi yang disertai dengan kornea mata terlihat keruh, menandakan terjadinya peningkatan tekanan bola mata. 

Glaukoma juga dapat menimbulkan rasa sakit dan tidak nyaman pada kucing. Kucing dengan diagnosa Glaukoma biasanya akan terlihat lebih banyak diam dan tidak nyaman ketika area bola matanya disentuh. Konsultasi pengobatan Glaukoma dapat dilakukan melalui layanan dokter hewan terdekat dari Pet-Care dengan menghubungi Call Center atau mengunjungi laman media sosial Instagram Pet-Care.

Sebagai upaya antisipasi dan pencegahan, berikut adalah penyebab, gejala-gejala, dan pengobatan Glaukoma pada kucing yang telah Pet-Care rangkumkan untuk para pemilik hewan peliharaan.

Penyebab Glaukoma pada Kucing

Hills Pet memaparkan bahwa penyebab Glaukoma pada kucing terbagi menjadi dua, yaitu Glaukoma Primer dan Glaukoma Sekunder. Glaukoma Primer disebabkan oleh ketidakmampuan mata kucing dalam mengalirkan cairan, sedangkan Glaukoma Sekunder disebabkan oleh adanya suatu penyakit yang menghalangi aliran normal cairan pada mata. 

Selain itu, terdapat juga beberapa penyakit yang menyebabkan Glaukoma pada kucing. Diantaranya yaitu neoplasia (pertumbuhan jaringan tidak normal), uveitis anterior (peradangan bagian depan mata), dan pendarahan pada mata bagian dalam yang disebabkan oleh tekanan darah tinggi atau trauma tertentu. 

Konsultasi pengobatan Glaukoma dapat dilakukan melalui layanan dokter hewan terdekat dari Pet-Care dengan menghubungi Call Center atau mengunjungi laman media sosial Instagram Pet-Care.

Gejala Glaukoma pada Kucing

Dilansir melalui laman Pets Web MD, berikut adalah gejala-gejala Glaukoma pada kucing yang dapat dikenali oleh para pemilik hewan.

  • Nyeri di sekitar mata
  • Pupil melebar, tidak bergerak, atau bergerak lambat
  • Kemerahan di bagian putih mata
  • Pembengkakan dan perubahan warna pada kornea
  • Bola mata membesar 

Apabila menemukan gejala-gejala tersebut pada kucing kesayangan Anda, segera hubungi dokter hewan terdekat untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut. Pet-Care menghadirkan layanan dokter hewan terdekat yang datang langsung ke rumah atau ke lokasi Anda. Cukup dengan menghubungi Call Center Pet-Care, Anda sudah dapat terhubung dengan dokter hewan terdekat tanpa perlu repot keluar rumah. 

Kadangkala sulit untuk mendeteksi kucing terkena Glaukoma atau tidak. Hal ini dikarenakan perkembangan kondisi Glaukoma terjadi dalam jangka waktu yang lama, hitungan bulan bahkan lebih. Sulitnya mendeteksi penyakit ini juga dipengaruhi oleh perilaku kucing yang tetap berperilaku normal meskipun matanya tidak nyaman. 

Namun, pada kasus Glaukoma yang berkaitan dengan uveitis atau radang mata akan lebih mudah terdeteksi. Hal ini dikarenakan kucing mungkin akan menunjukkan tanda-tanda kesakitan, berbeda dengan Glaukoma pada umumnya. 

Pengobatan Glaukoma pada Kucing

Menurut Dokter Hewan Tammy Hunter dan Dokter Hewan Cherly Yuill, penanganan Glaukoma pada kucing perlu dilakukan dengan cara mengurangi cairan pada bola mata sesegera mungkin. Hal ini bertujuan agar risiko kerusakan permanen atau kebutaan dapat dihindari. Namun pada kondisi Glaukoma lebih parah kemungkinan dokter hewan akan melakukan pembedahan dan pengangkatan mata. 

Biasanya, dokter hewan akan meresepkan Analgesik untuk mengurangi rasa sakit dan tidak nyaman pasca perawatan medis. Juga obat-obatan lain yang berguna untuk mengurangi produksi cairan pada mata. Konsultasi pengobatan Glaukoma dapat dilakukan melalui layanan dokter hewan terdekat dari Pet-Care dengan menghubungi Call Center atau mengunjungi laman media sosial Instagram Pet-Care.

Reverse Sneezing atau Bersin Terbalik pada Anjing dan Kucing, Apakah Normal?

Reverse sneezing atau bersin terbalik adalah suatu kondisi yang tidak biasa pada anjing dan kucing ketika bersin. Kondisi bersin terbalik lebih sering dialami oleh anjing daripada kucing. Pada kondisi normal, anjing atau kucing yang bersin akan mengeluarkan bersin tersebut tetapi pada kondisi reverse sneezing bersin tidak dikeluarkan melainkan dihirup.

Dokter Hewan Krista Williams dari VCA Animal Hospitals mengatakan bahwa reverse sneezing merupakan kondisi yang berkaitan dengan respirasi paroksismal. Umumnya dikenal sebagai kondisi bersin terbalik. “Pada kondisi ini, anjing menghirup udara melalui hidung dengan cepat. Berbeda dengan bersin biasa yang mendorong udara keluar melalui hidung dengan cepat,” Kata Dokter Krista.

Melalui laman media sosial Tiktok, Dokter ArRan mengedukasi audiensnya tentang reverse sneezing pada anjing maupun kucing. Menurutnya, kondisi ini terjadi karena adanya iritan atau gangguan pada hidung, sinus, atau pangkal tenggorokan yang merangsang terjadinya bersin terbalik. Kondisi ini juga biasanya dipicu oleh adanya mites atau tungau, debu, rumput, maupun bulu anjing atau kucing itu sendiri pada bagian-bagian tersebut. 

Pet MD mengungkap kemungkinan lain yang menyebabkan iritasi yang memicu terjadinya bersin terbalik pada anjing maupun kucing. Diantaranya yaitu alergi, produk rumah tangga (pengharum, pembersih, atau penyegar udara), terdapat benda asing di tenggorokan, juga makanan atau minuman yang dikonsumsi.

Konsultasi mengenai kondisi bersin terbalik pada anjing atau kucing kesayangan dapat dilakukan melalui layanan dokter hewan terdekat dari Pet-Care dengan menghubungi Call Center Pet-Care.

Normalkah Anjing atau Kucing Mengalami Reverse Sneezing?

Sebenarnya, reverse sneezing atau bersin terbalik adalah hal normal dan tidak berbahaya bagi anjing atau kucing. Tetapi jika terjadi secara terus-menerus, kondisi ini dapat mengiritasi saluran hidung, sinus, atau pangkal tenggorokan. 

Jika anjing atau kucing kesayangan Anda mengalami bersin terbalik dalam jangka waktu yang lama dan terjadi secara terus-menerus. Sebaiknya hubungi dokter hewan terdekat untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut. Dokter hewan akan memberikan anti inflamasi, anti radang, atau anti histamin untuk mengurangi gejala-gejala dari bersin terbalik pada anjing atau kucing.

Konsultasi pemberian obat-obatan ini dapat dilakukan melalui layanan dokter hewan terdekat dari Pet-Care tanpa perlu keluar rumah. Cukup menghubungi Call Center Pet-Care, layanan dokter hewan langsung ke rumah atau lokasi Anda.

Penanganan Mandiri Reverse Sneezing oleh Pemilik Hewan

Sebelum membawa anjing atau kucing ke dokter hewan, pemilik hewan peliharaan juga dapat mengaplikasikan penanganan mandiri berikut ini untuk mengurangi kebiasaan bersin terbalik pada anjing maupun kucing. 

  1. Menengadahkan kepala anjing atau kucing ke arah atas
  2. Tenangkan anjing atau kucing dengan mengusap-usap bagian leher anjing atau kucing saat kepalanya sedang ditengadahkan
  3. Menutup salah satu lobang hidung anjing atau kucing yang sedang mengalami reverse sneezing, namun hal ini opsional jadi dapat dilakukan dan juga tidak.

Selain cara-cara tersebut, pemilik hewan juga perlu memastikan kebersihan lingkungan tempat tinggal anjing dan kucing. Serta menjauhkan hewan peliharaan dari benda-benda atau hal yang memicu terjadinya bersin terbalik pada anjing maupun kucing.

Namun, jika penanganan mandiri tidak kunjung membawa kesembuhan bagi kucing maupun anjing. Segera hubungi dokter hewan terdekat untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut seperti rontgen dada atau rinoskopi dari tenaga ahli. Anda dapat menggunakan layanan dokter hewan terdekat dari Pet-Care untuk berkonsultasi terkait hal ini. Konsultasi dapat dilakukan dengan menghubungi Call Center Pet-Care, tanpa perlu keluar rumah. 

Kucing Juga Bisa Menstruasi, Kenali Tanda-Tanda dan Penanganannya!

Berbeda dengan manusia yang mengalami menstruasi karena terjadinya prose peluruhan dinding rahim, kemudian berakhir pada proses pendarahan. Menstruasi pada kucing tidak selalu mengalami pendarahan karena pendarahan hanya salah satu dari efek samping siklus reproduksi pada kucing betina yang jarang terjadi.

Seperti mamalia betina pada umumnya, kucing juga memiliki siklus reproduksi. Pada kucing, siklus reproduksi ini disebut sebagai esterus atau umumnya dikenal sebagai masa birahi. Namun, masa reproduksi hanya akan dialami oleh kucing-kucing betina yang belum disteril.

Renee Rucinsky, seorang dokter hewan sekaligus ketua dari Dewan Praktisi Kedokteran Hewan Amerika mengatakan bahwa seekor kucing betina tidak mengalami menstruasi seperti manusia karena kucing merupakan hewan yang tergolong dalam ovulator yang diinduksi. Maka, kucing betina tidak akan berovulasi jika tidak mendapat rangsangan dari kucing jantan.

Sebagai pemilik hewan, penting untuk mengetahui serba-serbi menstruasi pada kucing. Berikut adalah waktu terjadinya menstruasi pada kucing betina, tanda-tanda yang muncul ketika kucing betina mengalami menstruasi, dan saran penanganan yang tepat pada kucing betina menstruasi.

Kapan Menstruasi Terjadi pada Kucing?

Melansir laman Purina, mentruasi atau siklus reproduksi kucing betina terjadi pertama kali pada usia 5 sampai 6 bulan. Namun waktu ini tidak selalu pasti, dapat terjadi lebih cepat atau lebih lambat bergantung pada kondisi tubuh kucing itu sendiri.

Siklus reproduksi kucing terjadi beberapa kali dalam setahun. Umumnya, 2 hingga 3 minggu dalam satu siklus yaitu di masa-masa subur kucing betina. Siklus ini akan terus berulang hingga akhirnya kucing betina hamil atau berakhir karena proses sterilisasi.

Tidak hanya masa subur, siklus reproduksi kucing juga dipengaruhi oleh faktor geografis dan lingkungan seperti suhu udara dan panjang waktu di siang hari. Kucing yang tinggal di daerah hangat dapat mengalami siklus reproduksi sepanjang tahun, sedangkan kucing yang tinggal di daerah dingin hanya mengalami siklus reproduksi pada awal musim dingin hingga akhir musim gugur.

Tanda-Tanda Kucing Menstruasi

Kucing menstruasi ditandai dengan beberapa perubahan perilaku, diantaranya yaitu:

  • Lebih sering melolong atau mengeong sebagai bentuk perilaku mencari pasangan kawin atau kucing jantan.
  • Sering menggosokkan badan pada benda-benda atau pada tubuh pemiliknya karena kucing betina pada siklus ini membutuhkan perhatian lebih.
  • Kucing menjadi lebih sering buang air kecil, karena urine kucing betina mengandung feromon dan hormon-hormon lain yang dapat memberikan sinyal siap bereproduksi atau siap kawin pada kucing jantan.
  • Terdapat sedikit darah seperti menstruasi pada manusia, namun tanda ini jarang terjadi.

Jika terjadi pendarahan secara terus-menerus dalam jumlah berlebih segera hubungi dokter hewan terdekat. Konsultasi ini dapat dilakukan dengan layanan dokter hewan terdekat dari Pet-Care dengan menghubungi Call Center Pet-Care.

Penanganan Kucing Menstruasi

Hills Pet mengungkap bahwa siklus reproduksi atau masa-masa birahi kucing dapat menimbulkan beberapa risiko penyakit, seperti kanker serviks, payudara, atau ovarium. Penyakit tersebut timbuh akibat adanya pertumbuhan hormon pada tubuh kucing betina.

Sehingga, steril menjadi langkah bijak untuk mengurangi risiko penyakit-penyakit tersebut juga berkontribusi dalam mengurangi populasi kucing yang berlebih. Steril dapat dilakukan sebelum kucing betina mengalami siklus reproduksi pertamanya.

Namun, untuk memastikan waktu steril yang tepat pada kucing kesayangan Anda sebaiknya konsultasikan terlebih dahulu pada dokter hewan terdekat. Konsultasi ini dapat dilakukan dengan layanan dokter hewan terdekat dari Pet-Care dengan menghubungi Call Center Pet-Care.

HIV AIDS pada Kucing, Vaksinnya Belum Tersedia di Indonesia! Cegah dengan Steril

Feline immunodeficiency virus atau FIV merupakan infeksi virus pada kucing yang kerap disebut sebagai HIV atau AIDS pada kucing. Hal ini karena virus FIV dan HIV sama-sama menyerang sistem imun, FIV menyerang sistem imun kucing dan HIV menyerang sistem imun manusia.

Melansir laman Pets Web MD, virus ini pertama kali ditemukan pada kucing Amerika Serikat. Hal yang mengejutkan adalah kucing yang positif terinfeksi virus FIV sulit dideteksi karena dapat hidup selama bertahun-tahun tanpa menunjukkan gejala.

Virus FIV bekerja dengan cara merusak sel-sel dalam sistem kekebalan tubuh kucing, terutama sel darah putih. Kerusakan yang dilakukan oleh virus FIV secara terus-menerus dapat berakibat pada melemahnya sistem kekebalan tubuh kucing. Sehingga, tubuh kucing lebih rentan terhadap infeksi penyakit sekunder.

Bagi Anda yang memerlukan bantuan tenaga medis terutama dokter hewan dapat hubungi kami, melalui Call Center Pet-Care. Tidak perlu repot keluar rumah, kami menyediakan layanan dokter hewan terdekat dan menghadirkan pelayanan dokter hewan langsung ke lokasi Anda.

Virus FIV Masih Satu Keluarga dengan Virus HIV

Maulana Ar Raniri Putra, seorang dokter hewan yang kerap disapa Dokter ArRan memberikan edukasi seputar virus FIV pada kucing melalui laman media sosial Tiktok miliknya. FIV (Feline Immunodeficiency Virus) adalah virus pada kucing yang memiliki kekeluargaan dekat dengan virus HIV (Human Immunodeficiency Virus) pada manusia.

Virus FIV masih tergolong dalam genus dengan HIV-1 dan HIV-2. Kedekatan kedua virus ini mengakibatkan adanya persamaan gejala yaitu penurunan sistem imun, sama halnya dengan manusia yang terinfeksi HIV. 

Namun penularan FIV dan HIV tidak sama. Seperti yang kita ketahui, penularan HIV pada manusia salah satunya disebabkan oleh hubungan seksual. Sedangkan FIV pada kucing, penularan utamanya melalui gigitan yang dalam. Oleh sebab itu, virus FIV ini seringkali ditemukan pada stray cat yang sering berkelahi.

Gejala Virus FIV pada Kucing

Dokter ArRan juga memaparkan gejala dari virus FIV pada kucing yang terbagi menjadi 3 fase. 

Fase pertama yang disebut sebagai fase akut. Pada fase ini, kucing baru saja terinfeksi oleg virus FIV. Umumnya kucing akan memunculkan beberapa gejala klinis seperti demam, lesu, anoreksia (kehilangan nafsu makan), dan pembengkakan kelenjar pertahanan. Segera hubungi dokter hewan terdekat bila Anda mendapati gejala-gejala tersebut.

Fase kedua, disebut sebagai fase asymtopmatis. Pada fase ini, kucing yang terifeksi virus tidak menunjukkan gejala klinis dan terlihat sehat layaknya kucing normal. Namun fase ini akan berlangsung dalam kurun waktu yang lama. 

Fase ketiga yaitu fase Feline AIDS atau AIDS pada kucing. Pada fase ini, tubuh kucing menjadi sangat rentan terhadap infeksi sekunder. Pada fase ini juga, kucing akan menunjukkan beberapa gejala seperti flu yang tidak kunjung membaik dan infeksi pada gusi, lidah, atau langit-langit mulutnya. Selain itu, beberapa kucing juga menjadi sangat sensitif terhadap infeksi parasit darah (toksoplasma).

Pencegahan Virus FIV

Sebelumnya telah disebutkan bahwa penularan virus FIV terjadi melalui luka gigitan. Maka, pencegahan dapat dilakukan dengan mengawasi kucing agar tidak berkelahi dengan kucing lainnya.

Namun perlu diketahui bahwa salah satu faktor kucing berkelahi, terutama kucing jantan adalah memperebutkan kucing betina. Oleh karena itu, tindakan sterilisasi atau mengebiri kucing dapat dilakukan untuk mencegah penularan virus FIV.

Hingga saat ini, steril menjadi salah satu pencegahan virus FIV pada kucing paling efektif. Hal ini karena vaksinasi untuk virus FIV belum beredar di Indonesia. 

Apa Penyebab Kucing Menekan Kepala?

Mungkin Anda pernah melihat kucing menekan kepalanya ke dinding, benda-benda keras lain, atau menekan kepala dengan tangannya sendiri. Ternyata kebiasaan menekan kepala ini tidak hanya dilakukan kucing, tetapi juga terjadi pada anjing, kuda, kambing, hingga sapi. 

Kebiasaan menekan kepala ini disebut sebagai head pressing. Kebiasaan ini dapat menjadi pertanda bahwa terdapat penyakit-penyakit tertentu pada tubuh kucing. Terutama sakit di bagian kepala. Simak penyebab penjelasan berikut!

Penyebab Head Pressing pada Kucing

Melansir laman Pet MD, banyak alasan mengapa kucing menekan kepala (head pressing). Salah satu kemungkinan penyebab kucing menekan kepala yakni adanya gangguan metabolisme. 

Gangguan metabolisme pada kucing dapat terjadi karena berbagai hal, diantaranya yaitu:

  • Terlalu banyak atau terlalu sedikit natrium dalam plasma darah di tubuh kucing.
  • Terdapat tumor primer (terletak di otak) atau tumor sekunder (terletak di bagian tubuh lain).
  • Terjadi infeksi pada sistem saraf, seperti rabies atau infeksi jamur.
  • Trauma kepala akibat kecelakaan mobil atau terpapar racun seperti timbal.

Dokter Hewan Maulana Ar Raniri Putra (ArRan) turut mengungkap penyebab dari kebiasaan head pressing atau menekan kepala pada beberapa hewan melalui laman media sosial Tiktok miliknya. Menurutnya, kebiasaan menekan kepala atau head pressing berkaitan dengan gejala penyakit neurologi atau sistem saraf. 

Kebiasaan ini muncul karena terdapat rasa sakit atau nyeri di kepala bagian depan. Selain itu, kebiasaan menekan kepala juga berkaitan dengan tumor, peradangan otak, keracunan timbal, serta gangguan liver.

Kebiasaan head pressing atau menekan kepala tidak selalu dilakukan pada tembok atau bidang tegak yang keras. Head pressing juga terjadi dengan cara kucing menekan kepalanya ke arah lantai atau menekan kepalanya ke arah tangan seperti menunduk.

Penanganan Head Pressing pada Kucing

Apabila kucing peliharaan Anda memiliki kebiasaan menekan kepalanya, segera hubungi dokter hewan terdekat untuk mengetahui penyebab utama rasa sakit atau nyeri pada kepala kucing

Dokter hewan akan melakukan pemeriksaan fundus pada retina dan struktur lain di belakang mata kucing untuk menemukan gangguan di otak, penyakit menular, atau inflamasi. 

Pemeriksaan lain yang dilakukan dokter hewan untuk menemukan penyebab utama head pressing atau menekan kepala adalah dengan mengukur tekanan darah dan pemindaian otak computed tomography (CT) atau magnetic resonance imaging (MRI).

Layanan Pet-Care panggil dokter hewan ke rumah dapat membantu Anda untuk melakukan pemeriksaan kucing dengan kebiasaan menekan kepala. 

Tidak perlu keluar rumah, pelayanan dokter hewan Pet-Care dilakukan dengan mendatangi lokasi Anda. Cukup dengan menghubungi Call Center Pet-Care atau melalui Aplikasi Pet-Care.