Tag: kesehatan hewan

USG Hewan Peliharaan, Perlukah?

Ultrasonografi atau USG identik dengan mengecek kehamilan, entah itu pada manusia maupun hewan. Namun tahukah kalian bahwa USG berguna untuk pengecekan berbagai kondisi kesehatan hewan peliharaan.

Selain pengecekan kehamilan, USG digunakan untuk mendiagnosa atau mengevaluasi masalah yang berkaitan dengan organ internal hewan peliharaan. Spesialis perawatan hewan di Huntersville, North Carolina menggunakannya untuk mengidentifikasi penyumbatan, tumor, juga masalah lain pada struktur organ hewan peliharaan.

Teknologi diagnostik pada USG bekerja dengan cara mentransmisikan gelombang suara ke tubuh anjing atau kucing untuk menghasilkan gambar secara real-time dari area tubuh yang dituju.

USG Darurat dan Ekokardiogram

Umumnya para dokter hewan menggunakan teknologi diagnostik USG untuk USG darurat dan ekokardiogram. Teknologi ini sangat membantu para dokter untuk mendiagnosis masalah dengan cepat dan merencanakan pengobatan yang efektif.

Jika hewan peliharaan berada dalam kondisi darurat, ultrasound akan fokus ditujukan pada perut dan dada. Tindakan seperti ini dilakukan untuk mengidentifikasi apakah terjadi pendarahan internal serius atau pneumotoraks yakni kondisi dimana udara berkumpul disekitar paru-paru anjing atau kucing.

Ekokardiogram juga disebut sebagai ultrasonografi jantung, digunakan untuk menilai jantung dan struktur di sekitarnya, termasuk kantung perikardial dengan cermat. Hasilnya akan diketahui apakah jantung berfungsi dengan baik atau terjadi kerusakan pada jantung.

USG Sangat Diperlukan Jika Hewan Peliharaan Mengalami Kondisi-Kondisi Berikut
  • Timbulnya masalah jantung.
  • Hasil tes darah atau tes urine tidak normal.
  • Perlu identifikasi cedera dan penyakit pada jaringan lunak seperti mata, tendon, ligamen, viabilitas, atau kelenjar tiroid.
  • Kecelakaan, tertabrak mobil atau terserang oleh hewan lain.
  • Pembengkakan di area perut.
  • Nyeri ketika perut hewan peliharaan menerima sentuhan.
  • Terdapat benjolan di perut dekat organ ginjal dan hati.

Diagnosis dengan teknologi diagnostik ultrasound ini perlu dilakukan segera ketika kondisi-kondisi tersebut ditemukan pada hewan peliharaan untuk kemudian merencanakan pengobatan selanjutnya. Konsultasi dan pemeriksaan ultrasound pada hewan peliharaan dapat Anda lakukan dengan menghubungi layanan dokter hewan terdekat dari Pet Care melalui call center atau social media Pet Care.

Pemprov DKI: Pemilik Hewan Harus Vaksin Peliharaan Tepat Waktu Sesuai Jadwal

Sebagai pemilik hewan penting untuk melakukan rangkaian vaksin untuk peliharaan mereka tepat waktu sesuai jadwal yang telah ditetapkan. Tidak hanya melindungi kesehatan hewan peliharaan dari berbagai penyakit berbaya, vaksin juga dapat mencegah penularan virus dari hewan ke manusia.

Dilansir dari Antara News, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melalui Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan, dan Perikanan (KPKP) DKI Jakarta mengimbau kepada warga untuk melakukan vaksinasi terhadap hewan peliharaan miliknya sesuai jadwal.

“Jadi kita mengimbau jangan hanya ingin memelihara saja, namun juga bertanggung jawab selaku pemilik hewan harus tepat memberikan jadwal vaksinasi atau pengobatan,” kata Kepala Dinas KPKP DKI Jakarta Suharini Eliawati pada Konferensi Kesejahteraan Hewan Indonesia (14/12/2022).

Kepala Dinas KPKP DKI Jakarta menambahkan, penting bagi para pemilik hewan untuk mengetahui jadwal vaksin hewan peliharaan mereka seperti kucing, anjing, dan hewan peliharaan lainnya berdasarkan usia.

Pentingnya Vaksin Hewan Peliharaan Tepat Waktu

Asosiasi Dokter Hewan Amerika mengungkap alasan betapa pentingnya melakukan vaksinasi hewan peliharaan.

  • Mencegah banyak penyakit hewan peliharaan.
  • Membantu menghindari biaya pengobatan mahal karena serangan penyakit parah dapat dicegah.
  • Mencegah penularan penyakit antara hewan dan antara hewan ke manusia.
  • Dengan vaksin, penyakit yang lazim menyerang satwa liar seperti rabies dan distemper dapat dihindari.
  • Mematuhi peraturan pemerintah, karena dibeberapa daerah vaksin diwajibkan untuk diberikan pada hewan peliharaan.

Vaksinasi efektif untuk mencegah penyakit atau mengurangi gejala klinis yang parah. Sehingga, penting bagi pemilik hewan untuk mengikuti jadwal vaksinasi hewan peliharaan yang sudah disarankan oleh dokter hewan tepat waktu.

Vaksinasi terhadap penyakit menular dan mematikan seperti rabies, canine parvovirus, canine distemper, canine bordetella, feline leukemia, feline panleukopenia, dan penyakit serius lainnya penting untuk melindungi kesehatan hewan peliharaan. Jenis vaksinasi dan frekuensi inokulasi dapat bervariasi berdasarkan usia dan kondisi medis hewan peliharaan.

Silakan diskusikan rencana vaksinasi sesuai dengan rekomendasi dokter hewan setelah dilakukan pemeriksaan kesehatan rutin. Layanan vaksinasi dapat Anda peroleh melalui layanan vaksin hewan dari Pet Care dengan menghubungi call center Pet Care.

Bahaya Mewarnai Bulu Hewan Peliharaan Menurut Dokter

Tampilan hewan peliharaan dengan bulu warna-warni memang terlihat lucu dan menggemaskan. Namun, tahukah kamu jika mewarnai bulu hewan peliharaan dapat membahayakan kesehatan mereka?

Dokter hewan dan ahli toksikologi, Justine A. Lee mengatakan bahwa produk pewarna bulu mengandung bahan kimia yang dapat membahayakan kesehatan hewan. Penggunaan pewarna bulu dapat mengganggu metabolisme hati karena tidak mampu mengurai obat dan bahan kimia tertentu dengan baik.

Metabolisme hati hewan peliharaan seperti kucing tergolong unik. Produk rumah tangga deterjen pakaian saja dapat memberikan efek korosif dan beracun bagi kucing. Wag Walking juga mengungkap pewarna bulu juga dapat menyebabkan iritasi kulit yang menyebabkan rasa gatal dan sensasi terbakar pada kulit.

Beberapa pemilik hewan tetap menginginkan untuk mewarnai bulu hewan peliharaan, agar terlihat lucu dan menggemaskan. Dokter Justine menyarankan untuk menggunakan pewarna yang aman jika tetap ingin mewarnai bulu hewan peliharaan.

“Produk apa pun yang Anda gunakan pada kucing, pastikan produk tersebut bebas gula dan tidak mengandung xylitol,” kata Justine dilansir melalui Pet Health Network.

Dokter Justine menambahkan, produk pewarna bulu alami juga tidak selalu aman dipergunakan untuk hewan peliharaan. Seperti bahan alami minyak esensial, bahan ini dapat menyebabkan kesulitan bernapas, luka bakar korosif, hingga gagal fungsi hati.

Sebuah studi dokter hewan menemukan bahwa anjing yang menelan pewarna rambut alami berbahan pacar mengalami keracunan parah hingga anemia yang berakibat kematian. Sehingga, bahan alami sekalipun bukan berarti aman untuk digunakan sebagai pewarna bulu hewan peliharaan.

Waspada Reaksi Pewarna Bulu Hewan

Jika Anda ingin mewarnai bulu hewan peliharaan, konsultasikanlah terlebih dahulu dengan dokter hewan. Konsultasi seperti ini dapat dilakukan melalui layanan dokter hewan terdekat dari Pet Care dengan menghubungi call center Pet Care. Kemudian pantau selalu kemunculan gejala-gejala klinis dari reaksi pewarna bulu, seperti:

  • Mulut berbusa
  • Mengiler berlebihan
  • Tidak nafsu makan
  • Lesu
  • Kemerahan pada kulit
  • Gatal-gatal
  • Muntah
  • Diare
  • Sulit bernapas

Pertolongan pertama ketika Anda menemukan tanda-tanda tersebut adalah segera bersihkan sisa-sisa pewarna bulu yang masih menempel. Jika gejala tidak kunjung membaik, segera hubungi dokter hewan terdekat untuk memperoleh pertolongan lebih lanjut.

7 Penyakit Anjing Tua Yang Perlu Diwaspadai

Pertambahan usia kadangkala memberikan perubahan pada anjing kesayangan yang kita pelihara. Mulai dari perubahan perilaku, suasana hati, hingga kesehatan. Perubahan kesehatan sering dialami oleh anjing yang telah berusia lanjut. Seekor anjing digolongkan sebagai anjing tua ketika telah menginjak usia 7 tahun.

Umumnya, anjing dengan ras besar cenderung memiliki usia lebih pendek jika dibandingkan dengan anjing dengan ras kecil. Tetapi panjangnya usia anjing turut dipengaruhi oleh berbagai faktor lain yang berkaitan dengan kesehatan. Sehingga dokter hewan sangat menyarankan para pemilik anjing yang telah berusia lanjut untuk memeriksakan kesehatan anjing mereka, minimal 2 kali dalam setahun.

Layanan dokter hewan terdekat dari Pet-Care dapat membantu Anda untuk melakukan pemeriksaan kesehatan anjing berusia lanjut. Cukup dengan menghubungi Call Center Pet-Care, Anda dapat terhubung dengan dokter hewan terdekat tanpa perlu keluar rumah. Selain itu, Anda juga tidak perlu khawatir karena dokter hewan Pet-Care telah bersertifikat dan berpengalaman.

Perlu diwaspadai oleh para pemilik hewan, berikut ini adalah 7 penyakit yang dapat menyerang kesehatan anjing tua dilansir dari laman Pet MD.

1. Radang Sendi

Arthritis atau radang sendi terjadi akibat adanya kerusakan pada tulang rawan yang bertindak sebagai penyangga diantara persendian. Radang sendi dapat menyebabkan pembengkakan, kekakuan, dan nyeri di sekitar area radang. Gejala yang timbul akibat radang sendi adalah pincang atau perubahan cara berjalan dan kesulitan ketika bergerak, berdiri, atau berjalan. Anjing dengan radang sendi biasanya akan menunjukkan perilaku menjilati atau menggigit-gigit area sendi yang sakit, serta bersifat lebih mudah marah dan agresif.

2. Radang Gusi

Gingivitis atau radang gusi biasanya merupakan awal dari penyakit gusi. Peradangan gusi terjadi akibat bakteri pada mulut yang berubah menjadi plak atau karang gigi. Jika dibiarkan, plak yang menyebar di area gusi lama kelamaan akan menimbulkan pembengkakan. Kemudian, pembengkakan yang dibiarkan saja tanpa penanganan lebih lanjut dapat menyebabkan gusi terlepas, infeksi, hingga gigi keropos. Gejala yang timbul ketika anjing mengalami radang gusi adalah gusi berdarah, lunak, merah, dan juga bengkak. Radang gusi perlu diwaspadai karena dapat menyebarkan infeksi pada aliran darah dan menjadi penyebab kerusakan serius pada organ tubuh anjing.

3. Diabetes

Diabetes terjadi akibat produksi dan fungsi insulin yang abnormal. Seringkali diabetes dialami pada anjing ketika berusia 8 atau 9 tahun. Ras anjing yang rentan terkena diabetes adalah Samoyed, Cairn Terrier, Pugs, Toys Poodles, dan Miniature Schnauzers. Gejala yang dapat dikenali pada anjing dengan diabetes adalah sering harus, intensitas buang air meningkat, penurunan berat badan, kelelahan, mudah marah, infeksi berulang, pengliharan kabur, serta luka dan memar yang sulit sembuh.

4. Kebutaan

Kebutaan pada anjing tidak terjadi secara langsung, tetapi penurunan kualitas penglihatan yang berangsur memburuk dari waktu ke waktu. Tanda awal dari kebutaan biasanya adalah katarak. Anjing yang mengalami kebutaan dapat dikenali melalui perubahan perilaku seperti sering menabrak benda, sering terjatuh, pupil mata melebar, mata merah, dan iritasi.

5. Penyakit Ginjal

Banyak hal yang mengakibatkan ginjal gagal melakukan tugasnya (gagal ginjal). Salah satunya adalah batu ginjal yang menyumbat saluran kemih. Anjing dengan gejala batu ginjal biasanya akan minum lebih banyak air, buang air kecil lebih banyak, menunjukkan sikap apatis, kehilangan nafsu makan, penurunan berat badan, muntah, perubahan warna lidah, hingga terciumnya bau amonia pada hembusan napas anjing.

6. Kanker

Kanker menjadi salah satu penyakit yang paling umum terjadi pada anjing tua. Selain itu, kanker juga menjadi penyebab utama kematian pada anjing. Tes darah sulit untuk mendeteksi kanker pada anjing, sehingga perlu diamati adakah benjolan-benjolan tertentu pada tubuh anjing, perubahan berat badan, luka yang sulit sembuh, sering terengah-engah, kesulitan makan, atau kelelahan ekstrim. Tanda lain yang perlu diwaspadai yaitu diare, sembelit, dan munculnya darah atau lendir pada feses. Pengobatan kanker pada anjing akan berhasil jika ditangani sedini mungkin.

7. Demensia

Demensia merupakan kondisi medis yang mengakibatkan penderitanya kehilangan ingatan, mengalami perubahan kepribadian, merasa kebingungan dan disorientasi. Gejala demensia pada anjing dapat dikenali ketika anjing melupakan mainan yang telah dikenanya sekian lama. Anjing tua dengan demensia juga mungkin akan melupakan beberapa permainan yang biasa dimainkan dengan pemiliknya, melupakan nama mereka, lebih sering melamun dan melakukan kegiatan berulang seperti mondar-mandir atau berjalan berputar-putar.

Reverse Sneezing atau Bersin Terbalik pada Anjing dan Kucing, Apakah Normal?

Reverse sneezing atau bersin terbalik adalah suatu kondisi yang tidak biasa pada anjing dan kucing ketika bersin. Kondisi bersin terbalik lebih sering dialami oleh anjing daripada kucing. Pada kondisi normal, anjing atau kucing yang bersin akan mengeluarkan bersin tersebut tetapi pada kondisi reverse sneezing bersin tidak dikeluarkan melainkan dihirup.

Dokter Hewan Krista Williams dari VCA Animal Hospitals mengatakan bahwa reverse sneezing merupakan kondisi yang berkaitan dengan respirasi paroksismal. Umumnya dikenal sebagai kondisi bersin terbalik. “Pada kondisi ini, anjing menghirup udara melalui hidung dengan cepat. Berbeda dengan bersin biasa yang mendorong udara keluar melalui hidung dengan cepat,” Kata Dokter Krista.

Melalui laman media sosial Tiktok, Dokter ArRan mengedukasi audiensnya tentang reverse sneezing pada anjing maupun kucing. Menurutnya, kondisi ini terjadi karena adanya iritan atau gangguan pada hidung, sinus, atau pangkal tenggorokan yang merangsang terjadinya bersin terbalik. Kondisi ini juga biasanya dipicu oleh adanya mites atau tungau, debu, rumput, maupun bulu anjing atau kucing itu sendiri pada bagian-bagian tersebut. 

Pet MD mengungkap kemungkinan lain yang menyebabkan iritasi yang memicu terjadinya bersin terbalik pada anjing maupun kucing. Diantaranya yaitu alergi, produk rumah tangga (pengharum, pembersih, atau penyegar udara), terdapat benda asing di tenggorokan, juga makanan atau minuman yang dikonsumsi.

Konsultasi mengenai kondisi bersin terbalik pada anjing atau kucing kesayangan dapat dilakukan melalui layanan dokter hewan terdekat dari Pet-Care dengan menghubungi Call Center Pet-Care.

Normalkah Anjing atau Kucing Mengalami Reverse Sneezing?

Sebenarnya, reverse sneezing atau bersin terbalik adalah hal normal dan tidak berbahaya bagi anjing atau kucing. Tetapi jika terjadi secara terus-menerus, kondisi ini dapat mengiritasi saluran hidung, sinus, atau pangkal tenggorokan. 

Jika anjing atau kucing kesayangan Anda mengalami bersin terbalik dalam jangka waktu yang lama dan terjadi secara terus-menerus. Sebaiknya hubungi dokter hewan terdekat untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut. Dokter hewan akan memberikan anti inflamasi, anti radang, atau anti histamin untuk mengurangi gejala-gejala dari bersin terbalik pada anjing atau kucing.

Konsultasi pemberian obat-obatan ini dapat dilakukan melalui layanan dokter hewan terdekat dari Pet-Care tanpa perlu keluar rumah. Cukup menghubungi Call Center Pet-Care, layanan dokter hewan langsung ke rumah atau lokasi Anda.

Penanganan Mandiri Reverse Sneezing oleh Pemilik Hewan

Sebelum membawa anjing atau kucing ke dokter hewan, pemilik hewan peliharaan juga dapat mengaplikasikan penanganan mandiri berikut ini untuk mengurangi kebiasaan bersin terbalik pada anjing maupun kucing. 

  1. Menengadahkan kepala anjing atau kucing ke arah atas
  2. Tenangkan anjing atau kucing dengan mengusap-usap bagian leher anjing atau kucing saat kepalanya sedang ditengadahkan
  3. Menutup salah satu lobang hidung anjing atau kucing yang sedang mengalami reverse sneezing, namun hal ini opsional jadi dapat dilakukan dan juga tidak.

Selain cara-cara tersebut, pemilik hewan juga perlu memastikan kebersihan lingkungan tempat tinggal anjing dan kucing. Serta menjauhkan hewan peliharaan dari benda-benda atau hal yang memicu terjadinya bersin terbalik pada anjing maupun kucing.

Namun, jika penanganan mandiri tidak kunjung membawa kesembuhan bagi kucing maupun anjing. Segera hubungi dokter hewan terdekat untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut seperti rontgen dada atau rinoskopi dari tenaga ahli. Anda dapat menggunakan layanan dokter hewan terdekat dari Pet-Care untuk berkonsultasi terkait hal ini. Konsultasi dapat dilakukan dengan menghubungi Call Center Pet-Care, tanpa perlu keluar rumah. 

HIV AIDS pada Kucing, Vaksinnya Belum Tersedia di Indonesia! Cegah dengan Steril

Feline immunodeficiency virus atau FIV merupakan infeksi virus pada kucing yang kerap disebut sebagai HIV atau AIDS pada kucing. Hal ini karena virus FIV dan HIV sama-sama menyerang sistem imun, FIV menyerang sistem imun kucing dan HIV menyerang sistem imun manusia.

Melansir laman Pets Web MD, virus ini pertama kali ditemukan pada kucing Amerika Serikat. Hal yang mengejutkan adalah kucing yang positif terinfeksi virus FIV sulit dideteksi karena dapat hidup selama bertahun-tahun tanpa menunjukkan gejala.

Virus FIV bekerja dengan cara merusak sel-sel dalam sistem kekebalan tubuh kucing, terutama sel darah putih. Kerusakan yang dilakukan oleh virus FIV secara terus-menerus dapat berakibat pada melemahnya sistem kekebalan tubuh kucing. Sehingga, tubuh kucing lebih rentan terhadap infeksi penyakit sekunder.

Bagi Anda yang memerlukan bantuan tenaga medis terutama dokter hewan dapat hubungi kami, melalui Call Center Pet-Care. Tidak perlu repot keluar rumah, kami menyediakan layanan dokter hewan terdekat dan menghadirkan pelayanan dokter hewan langsung ke lokasi Anda.

Virus FIV Masih Satu Keluarga dengan Virus HIV

Maulana Ar Raniri Putra, seorang dokter hewan yang kerap disapa Dokter ArRan memberikan edukasi seputar virus FIV pada kucing melalui laman media sosial Tiktok miliknya. FIV (Feline Immunodeficiency Virus) adalah virus pada kucing yang memiliki kekeluargaan dekat dengan virus HIV (Human Immunodeficiency Virus) pada manusia.

Virus FIV masih tergolong dalam genus dengan HIV-1 dan HIV-2. Kedekatan kedua virus ini mengakibatkan adanya persamaan gejala yaitu penurunan sistem imun, sama halnya dengan manusia yang terinfeksi HIV. 

Namun penularan FIV dan HIV tidak sama. Seperti yang kita ketahui, penularan HIV pada manusia salah satunya disebabkan oleh hubungan seksual. Sedangkan FIV pada kucing, penularan utamanya melalui gigitan yang dalam. Oleh sebab itu, virus FIV ini seringkali ditemukan pada stray cat yang sering berkelahi.

Gejala Virus FIV pada Kucing

Dokter ArRan juga memaparkan gejala dari virus FIV pada kucing yang terbagi menjadi 3 fase. 

Fase pertama yang disebut sebagai fase akut. Pada fase ini, kucing baru saja terinfeksi oleg virus FIV. Umumnya kucing akan memunculkan beberapa gejala klinis seperti demam, lesu, anoreksia (kehilangan nafsu makan), dan pembengkakan kelenjar pertahanan. Segera hubungi dokter hewan terdekat bila Anda mendapati gejala-gejala tersebut.

Fase kedua, disebut sebagai fase asymtopmatis. Pada fase ini, kucing yang terifeksi virus tidak menunjukkan gejala klinis dan terlihat sehat layaknya kucing normal. Namun fase ini akan berlangsung dalam kurun waktu yang lama. 

Fase ketiga yaitu fase Feline AIDS atau AIDS pada kucing. Pada fase ini, tubuh kucing menjadi sangat rentan terhadap infeksi sekunder. Pada fase ini juga, kucing akan menunjukkan beberapa gejala seperti flu yang tidak kunjung membaik dan infeksi pada gusi, lidah, atau langit-langit mulutnya. Selain itu, beberapa kucing juga menjadi sangat sensitif terhadap infeksi parasit darah (toksoplasma).

Pencegahan Virus FIV

Sebelumnya telah disebutkan bahwa penularan virus FIV terjadi melalui luka gigitan. Maka, pencegahan dapat dilakukan dengan mengawasi kucing agar tidak berkelahi dengan kucing lainnya.

Namun perlu diketahui bahwa salah satu faktor kucing berkelahi, terutama kucing jantan adalah memperebutkan kucing betina. Oleh karena itu, tindakan sterilisasi atau mengebiri kucing dapat dilakukan untuk mencegah penularan virus FIV.

Hingga saat ini, steril menjadi salah satu pencegahan virus FIV pada kucing paling efektif. Hal ini karena vaksinasi untuk virus FIV belum beredar di Indonesia. 

Anjing Tidak Nafsu Makan, Dokter Hewan: Indikator Masalah Medis hingga Makanan

Kekhawatiran kerap dihadapi oleh para pemilik hewan peliharaan, terutama ketika anjing kesayangan mereka kehilangan nafsu makan. Layaknya manusia, anjing juga dapat kehilangan nafsu makan. Melewatkan waktu makan dapat berakibat pada kurangnya asupan nutrisi hingga gangguan pada metabolisme tubuh.

Perubahan kebiasaan makan hewan juga dapat menjadi sebuah indikator adanya penyakit. Berikut adalah beberapa kemungkinan penyebab anjing tidak nafsu makan menurut dokter hewan yang perlu Anda ketahui.

Penyebab Anjing Tidak Nafsu Makan

Penurunan nafsu makan atau dalam dunia medis disebut sebagai hiporexia. Dokter Hewan Ellen Malmanger mengungkapkan beberapa kemungkinan penyebab dari kondisi hiporexia yaitu adanya masalah medis, masalah perilaku, atau masalah makanan. 

Penurunan nafsu makan akibat masalah medis adalah berbagai penyakit dengan gejala rasa sakit, mual, lesu, atau stress. Kemungkinan hilangnya nafsu makan pada anjing dikarenakan adanya penyakit gigi, sakit mulut, mual, muntah, diare, parasit usus, pankreatitis, sakit perut akibat salah konsumsi makanan, infeksi, demam, kanker, penyakit hati, penyakit ginjal, radang usus, gagal jantung kongestif, hingga penyakit paru-paru. 

Penurunan nafsu makan akibat masalah perilaku berkaitan dengan rasa cemas, stres, atau takut. Perasaan tersebut dapat muncul akibat hal-hal kecil seperti perubahan rutinitas, kehadiran orang baru, kegiatan bepergian, suara bising, hingga intimidasi dari hewan lain. Umumnya, anjing akan melakukan penyesuaian terhadap hal-hal ini selama 2 hari. Tetapi jika tak kunjung berkurang atau membaik, maka anjing memerlukan penanganan medis.

Pernurunan nafsu makan akibat masalah dengan makanan. Kemungkinan makanan anjing kadaluarsa, anjing bosan dengan jenis makanan yang diberikan, atau mengganti makanan anjing secara tiba-tiba. Penggantian makanan secara tiba-tiba tanpa penyesuaian dapat mengakibatkan nafsu makan berkurang, muntah, atau diare. 

Apa yang harus dilakukan jika anjing kesayangan tidak nafsu makan?

Melansir laman FETCH by Pet MD, untuk membantu anjing dengan kondisi tidak nafsu makan akibat masalah medis Anda memerlukan bantuan tenaga medis. Pemeriksaan oleh dokter hewan perlu dilakukan untuk mengetahui penyebab secara pasti. 

Jika disebabkan oleh adanya penyakit, maka dokter hewan akan memberikan resep makanan yang telah disesuaikan dengan kondisi kesehatan anjing. Agar kebutuhan nutrisi anjing tetap dapat terpenuhi. 

Namun jika kondisi tidak kunjung membaik kemungkinan dokter hewan akan memberikan obat penambah nafsu makan. Pada kondisi lebih lanjut dokter hewan akan merekomendasikan untuk memberikan makanan cair melalui suntikan makanan atau selang makanan. 

Dokter hewan dari Pet-Care dapat membantu Anda menangani anjing yang kehilangan nafsu makan. Hubungi Call Center Pet-Care untuk mendapatkan layanan dokter hewan tanpa harus keluar rumah.

Penanganan anjing tidak nafsu makan secara mandiri

Penanganan secara mandiri dapat Anda lakukan jika anjing kesayangan tidak nafsu makan karena perubahan perilaku atau kebiasaan yang menimbulkan kecemasan, stres, atau ketakutan pada anjing. Selain menerapkan upaya ini, hindari anjing dari hal-hal yang memicu rasa cemas, stres, atau takut pada anjing.

  • Berikan makan secara teratur, minimal 2 kali sehari.
  • Buatlah waktu makan jadi lebih menyenangkan.
  • Ajak anjing jalan-jalan dahulu sebelum makan.
  • Coba untuk mengubah bentuk wadah makanan.
  • Berikan jenis makanan yang berbeda dari biasanya atau menambahkan sedikit air hangat pada dry food.

Namun, apabila nafsu makan anjing tidak kunjung membaik setelah memberikan upaya penanganan mandiri diatas, sebaiknya kunjungi dokter hewan terdekat atau hubungi layanan Pet-Care panggil dokter hewan ke rumah melalui Call-Center Pet-Care.

Berniat Vaksin Kitten? Yuk Kenali Serba Serbi Vaksinasi Anak Kucing!

Kitten atau anak kucing baru saja menginjak fase awal kehidupannya. Pada fase ini, tubuh anak kucing masing sangat rentan terhadap berbagai jenis kuman, virus, hingga penyakit berbahaya. Kerentanan tubuh mereka disebabkan oleh sistem kekebalan tubuh yang belum berkembang secara sempurna.

Tubuh anak kucing yang rentan ini memerlukan perlindungan tambahan untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan. Pencegahan dapat dilakukan dengan memberikan anak kucing rangkaian vaksinasi lengkap. Rangkaian vaksinasi dapat diberikan sedini mungkin ketika anak kucing sudah berada pada usia yang cukup.

Selain usia yang cukup, vaksinasi anak kucing juga dapat dilakukan setelah melakukan konsultasi dengan dokter hewan. Konsultasi perlu dilakukan untuk memastikan jadwal vaksinasi sesuai dengan kondisi kesehatan anak kucing. Serta memperoleh petunjuk dan anjuran secara lengkap.

Konsultasi vaksinasi anak kucing dapat dilakukan menggunakan layanan Pet-Care panggil dokter hewan ke rumah. Pemeriksaan lengkap ini dapat dilakukan di rumah atau lokasi Anda. Tidak perlu repot keluar rumah, cukup menghubungi Call Center Pet-Care atau melalui aplikasi Pet-Care.

Tidak hanya layanan konsultasi, Pet-Care juga memberikan layanan vaksin kucing dan anjing di rumah. Seluruh tenaga medis dari Pet-Care telah memiliki sertifikasi lengkap dan berpengalaman. Jadi, tidak perlu ragu dan khawatir terhadap kinerja dokter hewan Pet-Care.

Melansir laman Vets4Pets, kesehatan anak kucing dipengaruhi oleh banyak faktor selain pemberian vaksin. Diantaranya yaitu pengobatan kutu dan pemberian obat cacing. Kedua hal ini juga harus diberikan pada anak kucing demi kesehatan tubuhnya. Berikut Pet-Care rangkumkan serba-serbi vaksinasi anak kucing yang berguna sebagai petunjuk awal bagi para pemilik hewan. Yuk mari kita simak!

Seberapa Penting Vaksin Kitten?

Melalui edukasi media sosial Tiktok, Dokter Hewan Maulana Ar Raniri Putra (ArRan) mengungkapkan beberapa alasan penting mengapa anak kucing perlu mendapatkan vaksinasi lengkap. Pertama, pemberian vaksin dimaksudkan untuk membentuk antibodi yang berguna melawan virus. Kedua, hanya antibodi yang mampu melawan penyakit virus secara optimal pada tubuh anjing dan kucing. Ketiga, vaksinasi diberikan sebagai tindakan preventif karena mencegah lebih baik daripada mengobati.

Terakhir, Dokter ArRan mengingatkan satu hal penting. Meski hewan peliharaan tidak pernah keluar rumah atau berinteraksi dengan hewan luar manapun, mereka tetap memiliki risiko tertular virus yang mungkin saja terbawa oleh manusia ke dalam rumah.

Pendapat serupa juga diungkapkan pada laman Greencross Vets dan Hill’s, pemberian vaksin pada anak kucing sangat penting sebagai cara mencegah masuknya penyakit berbahaya yang memiliki potensi kematian. Serta sebagai cara membangun sistem kekebalan tubuh anak kucing sedini mungkin.

Namun, VCA Animal Hospital mengatakan bahwa vaksinasi anak kucing akan efektif apabila diberikan rangkaian vaksin dengan interval waktu yang tepat sesuai jadwal yang ditentukan oleh dokter hewan. Layanan Pet-Care vaksin kucing dan anjing di rumah dapat membantu Anda untuk menjadwalkan vaksinasi anak kucing sesuai dengan kondisi kesehatannya.

Ragam Vaksin Kitten

Terdapat beberapa jenis vaksin yang harus diberikan pada anak kucing. VCA Animal Hospital mengategorikan jenis vaksin untuk anak kucing ke dalam dua golongan yaitu vaksin inti dan vaksin non-inti. Kemudian melansir laman Hill’s, vaksin yang dapat diberikan untuk anak kucing diantaranya yaitu vaksin leukemia, feline parovirus, flu, chlamydia, rabies, dan bordetella.

Pet Smart mengatakan bahwa ragam vaksin ini dapat diberikan pada anak kucing dengan menyesuaikan kondisi tubuh, lingkungan, dan saran dokter hewan. Berikut adalah ragam vaksin yang telah disesuaikan dengan panduan jadwal vaksinasi berdasarkan usia anak kucing.

Usia 6-8 mingguVaksinasi pertamaHerpes, Calicivirus, Panleukopaenia, (FIV)
Usia 10-12 mingguVaksinasi boosterHerpes, Calicivirus, Panleukopaenia, (FIV), (Leukemia, Chlamydia)
Usia 14-16 mingguVaksinasi akhir anak kucingHerpes, Calicivirus, Panleukopaenia, (FIV), (Leukemia, Chlamydia)
Greencross Vets

Hal ini juga diungkap pada laman Hill’s, dokter hewan merekomendasikan anak kucing untuk memperoleh ketika berusia 8-9 minggu dan 11-12 minggu. VCA Animal Hospital, juga menyarankan untuk memberikan anak kucing rangkaian vaksinasi pada usia 6-8 minggu dan dilakukan pengulangan setiap 3-4 minggu sampai anak kucing berusia 4 bulan.

Setelah melakukan vaksin, mungkin saja anak kucing akan merasakan beberapa efek samping, seperti lesu, hilangnya nafsu makan, reaksi alergi seperti iritasi kulit, muntah, dan diare. Efek samping tersebut adalah hal normal yang dapat terjadi pada anak kucing setelah vaksin. Namun, jika efek samping sudah terjadi berlebih dan dalam jangka waktu yang lama sebaiknya segera bawa anak kucing ke dokter hewan terdekat.

4 Manfaat Baik Steril Hewan Peliharaan

Steril merupakan salah satu cara terbaik yang dapat terapkan pemilik hewan peliharaan agar mereka tetap sehat. Steril pada hewan peliharaan, baik itu anjing, kucing, maupun hewan lain sama artinya dengan memandulkan atau mengebiri. 

American Animal Hospital Association (AAHA) menyarankan para pemilik hewan agar mensteril kucing pada usia 5 bulan. Untuk anjing dengan ras kecil berukuran kurang dari 45 pon atau sekitar 20 kilogram sebaiknya disteril ketika berusia 5 atau 6 bulan. Sedangkan untuk anjing dengan ras besar berukuran lebih dari 45 pon sebaiknya disteril ketika berusia 9 sampai 15 bulan.

Namun, untuk menyesuaikan dengan kondisi kesehatan masing-masing hewan peliharaan sebaiknya konsultasikan terlebih dahulu kepada dokter hewan terdekat. Untuk saat ini, konsultasi dan steril belum dapat dilakukan melalui layanan Pet-Care panggil dokter hewan ke rumah

4 Manfaat Baik Steril Hewan Peliharaan

Tidak hanya menyehatkan hewan peliharaan, steril atau mengebiri hewan peliharaan juga membawa manfaat lain seperti panjang umur dan membantu melawan overpopulasi. Simak penjelasan manfaat baik dari steril hewan peliharaan dari Web MD secara lengkap berikut ini. 

1. Hewan Peliharaan Lebih Panjang Umur

Hewan peliharaan betina yang telah disteril antara usia 3 sampai 6 bulan tidak memiliki risiko kanker payudara ketika berusia tua nanti. Tidak hanya itu, steril pada hewan peliharaan betina juga dapat mencegah infeksi dan kanker pada rahim dan indung telur. 

Selain itu, anjing atau kucing yang telah disteril juga tidak memiliki kemungkinan untuk mengembangkan beberapa jenis kanker dalam tubuh mereka. Kanker tersebut diantaranya yaitu pyometra hingga infeksi rahim.

Sebuah riset yang dilakukan terhadap 460.000 kucing dan 2,2 juta anjing menemukan bahwa kucing yang telah disteril memiliki usia hidup 36 persen lebih lama. Kemudian, anjing yang telah disteril memiliki usia hidup 23 persen lebih lama. Jika dibandingkan dengan hewan peliharaan yang tidak disteril.

2. Hewan Peliharaan Lebih Sehat

Anjing yang disteril lebih sehat karena tidak memiliki potensi untuk mengembangkan kanker testis dan kanker pankreas dalam tubuh mereka. Penyakit ini umum terjadi pada anjing dengan usia tua pada kondisi tidak disteril atau belum disteril. 

Selain itu, mereka juga memiliki risiko kanker pankreas jauh lebih rendah. Serta meningkatkan harapan hidup hingga 18 persen. 

3. Hewan Peliharaan Lebih Bahagia

Salah satu alasan kucing jantan harus disteril adalah mereka cenderung tidak berkeliaran jauh keluar dari rumah dan tidak berkelahi dengan kucing jantan lainnya. Hal ini karena proses steril menghentikan produksi hormon testosteron yang merupakan penyebab dari timbulnya perilaku agresif pada kucing jantan.

Hal serupa juga terjadi pada anjing jantan yang telah disteril. Mereka cenderung tidak berkeliaran untuk mencari pasangan dan tidak memiliki risiko tertabrak kendaraan atau berkelahi dengan anjing lainnya. 

4. Membantu Melawan Overpopulasi

Setiap tahun, banyak sekali kucing dan anjing yang berakhir di tempat penampungan hewan. Kegiatan mensteril, mengebiri, atau memandulkan hewan peliharaan sama artinya dengan membantu mengurangi jumlah populasi hewan yang membutuhkan tempat berlindung. Hal ini juga membantu meringankan tugas tempat penampungan hewan.

Berbeda dengan manusia, anjing bereproduksi 15 kali lebih cepat. Sedangkan kucing bereproduksi 45 kali lebih cepat dibandingkan dengan manusia. Artinya, tingkat euthanasia atau suntik mati kemungkinan lebih besar terjadi di daerah-daerah dengan banyaknya jumlah hewan namun tidak ada pilihan untuk mensteril, memandulkan, atau mengebiri.

Selain keempat hal tersebut, mensteril hewan peliharaan ternyata membawa manfaat bagi para pemiliknya yaitu lebih hemat. Mensteril hewan sama artinya dengan investasi jangka panjang. Lebih baik mencegah beragam masalah kesehatan serius yang mungkin terjadi dikemudian hari pada hewan peliharaan daripada harus mengobatinya. Hal ini karena biaya mensteril hewan peliharaan lebih terjangkau.

Amankah Anjing atau Kucing Mengonsumsi Buah-Buahan?

Selain menyehatkan, konsumsi buah-buahan juga membawa banyak manfaat bagi manusia. Mungkan Anda sebagai pemilik hewan pernah memberikan sedikit buah yang dimakan pada anjing atau kucing kesayangan. Tapi apakah konsumsi buah pada anjing maupun kucing dapat memberikan manfaat?

Perlu diingat bahwa beberapa jenis buah dapat menjadi racun dalam tubuh hewan. Jadi penting bagi Anda untuk berkonsultasi dengan dokter hewan sebelum memberikan hewan peliharaan buah-buahan. Namun yang lebih penting dari memberikan buah pada hewan peliharaan adalah menjaga konsumsi makanan dan memastikan gizinya seimbang.

Konsultasi hewan peliharaan dapat dengan mudah dilakukan tanpa harus keluar rumah. Cukup hubungi Call Center Pet-Care, kemudian Anda dapat terhubung dengan dokter hewan terdekat. Tidak perlu khawatir, layanan Pet-Care panggil dokter hewan kerumah menghadirkan para dokter hewan dengan sertifikasi lengkap dan berpengalaman.

Dapatkan Anjing Konsumsi Buah?

Melansir laman Hills Pet, anjing dapat konsumsi buah tetapi dalam jumlah terbatas dan hanya jenis buah tertentu saja. Konsumsi buah berlebihan dapat menyebabkan iritasi usus, diare, atau kembung.

Dokter Hewan juga menyarankan konsumsi makanan di luar nutrisi utama anjing hanya diperbolehkan 10 persen dari total asupan kalori. Usahakan untuk selalu berkonsultasi dengan dokter hewan perihal makanan yang dikonsumsi anjing kesayangan Anda.

Apabila Anda memberikan buah pada anjing, pastikan untuk memotong-motong buah dengan ukuran yang mudah dicerna. Hal ini dilakukan agar anjing terhindar dari bahaya tersedak.

Berikut adalah daftar buah-buahn yang aman bagi anjing dengan rekomendasi ukuran porsi makan yang baik.

  • Apel (1-2 iris)
  • Aprikot (1 iris)
  • Pisang (1-2 buah)
  • Blackberry (2-3 berry)
  • Blueberry (2-3 berry)
  • Blewah (1 buah)
  • Cranberry (1-2 sendok makan)
  • Kiwi (1/2 iris)
  • Mangga (1-2 iris)
  • Persik (2-3 potong)
  • Pir (2-3 buah)
  • Nanas (2-3 buah)
  • Stroberi (1/2 berry)
  • Semangka (1 irisan, tanpa biji)

Dapatkan Kucing Konsumsi Buah?

Berbeda dengan anjing, kucing tidak tertarik pada rasa manis buah. Hal ini karena kucing tidak memiliki reseptor rasa manis di lidah mereka. Vetstreet menyarankan untuk tidak memberi kucing buah-buahan terlalu banyak.

Berikut ini adalah buah-buahan yang aman untuk diberikan pada kucing sebagai camilan yang menyegarkan. Porsi buah yang diberikan juga harus dipotong kecil-kecil, sesuai dengan ukuran gigitan kucing agar tidak tersedak.

  • Apel
  • Pisang
  • Bluberi
  • Blewah
  • Stroberi
  • Semangka (tanpa biji)

Buah yang Harus Dihindari Anjing dan Kucing

Konsumsi makanan yang mengandung bahan nabati tidak sesuai, dapat menimbulkan risiko berbahaya untuk kesehatan anjing dan kucing kesayangan Anda. Berikut adalah buah-buahan dengan kandungan nabati berbahaya untuk anjing dan kucing.

  • Ceri (kandungan sianidanya beracun untuk anjing dan berisiko terhadap kematian)
  • Anggur dan kismis (buah ini dapat menyebabkan masalah pencernaan serius pada hewan peliharaan, termasuk diare, muntah, lesu, hingga gagal ginjal akut)
  • Tomat Hijau (beberapa tomat hijau mengandung racun yang dapat membuat hewan peliharaan sakit)