Tag: kesehatan kucing

Bulu Kucing Mudah Rontok? Simak Cara Ampuh Mengatasinya!

Apakah kucing kesayangan Anda mengalami kerontokan bulu secara terus-menerus, terlalu banyak, bahkan terlihat tidak normal? Sebenarnya banyak sekali faktor-faktor yang mempengaruhi kekuatan bulu kucing.

Umumnya, kerontokan ini disebabkan oleh alergi, parasit seperti kutu atau tungau, infeksi jamur, stres hingga kecemasan berlebih. Namun kerontokan pada bulu-bulu kucing juga dapat sebabkan oleh faktor langka yang berkaitan dengan genetika, sistem kekebalan tubuh, dan masalah kesehatan.

Untuk mengetahui penyebab pasti mengapa bulu kucing peliharaan Anda mengalami kerontokan parah sebaiknya mintalah bantuan dokter hewan. Pet-Care menyediakan layanan dokter hewan terdekat yang dapat membantu Anda dalam melakukan pemeriksaan terkait rontoknya bulu kucing.

Anda dapat dengan mudah memperoleh layanan dokter hewan terdekat tanpa perlu keluar rumah. Cukup hubungi Call Center Pet-Care dan Anda sudah dapat terhubung dengan dokter hewan bersertifikasi juga berpengalaman.

Gejala Bulu Kucing Rontok Yang Perlu Diwaspadai
  • Kucing berlebihan ketika menjilat dan menggaruk tubuhnya
  • Bulu terlihat menipis
  • Perubahan warna kulit
  • Muncul kemerahan pada kulit
  • Kulit kucing tampak menebal
Cara Mengatasi Bulu Kucing Rontok

Penanganan secara mandiri dapat dilakukan dengan cara mengurangi grooming atau perawatan bulu kucing yang berlebihan. Namun bukan berarti tidak memandikan kucing sama sekali, kucing dengan bulu rontok tetap harus mandi secara rutin untuk menjaga kebersihan tubuhnya.

Jika kerontokan disebabkan oleh kutu, Anda dapat menggunakan obat kutu untuk mengatasinya. Selain itu, Anda juga dapat mengganti produk makanan kucing yang membantu mengatasi kerontokan bulu.

Jika penanganan mandiri tidak membuahkan hasil, segera kunjungi dokter hewan terdekat untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut.

Sebelumnya dokter hewan akan melakukan pemeriksaan secara lengkap terlebih dahulu. Mulai dari pemeriksaan darah, pemeriksaan fungsi tiroid, hingga pemeriksaan urin.

Kemudian dokter hewan akan menyarankan pengobatan yang paling cocok untuk kucing kesayangan Anda. Berikut adalah beberapa jenis pengobatan kucing dengan bulu rontok menurut Pet MD.

  • Perawatan parasitisida untuk menghilangkan parasit bulu (kutu atau tungau) yang telah diresepkan untuk kucing selama 8 minggu ke depan
  • Pengobatan topikal dengan sampo khusus atau salep
  • Pemberian antibiotik sistemik atau anti jamur
  • Resep makanan untuk 8 hingga 12 minggu ke depan, apabila rontok disebabkan oleh alergi makanan.
  • Serta pemberian obat untuk mengurangi rasa gatal dan mengubah perilaku serta gaya hidup untuk lebih memerhatikan kebersihan tempat makan minu, kotak pasir, juga mainan kucing.

Kucing Makan Terus tapi Tetap Kurus? Dokter Hewan: 6 Hal Ini Bisa Jadi Penyebabnya 

Sebagai pemilik hewan peliharaan, mengkhawatirkan bila melihat kucing kesayangan kita terlihat kurus. Padahal, pemberian pakan telah dilakukan secara rutin setiap harinya. Serta kucing nampak selalu nafsu makan dan sering mengeong untuk meminta makan.

Kucing kurus ditandai dengan kondisi fisik tulang rusuk dan tulang punggung yang timbul dan teraba dengan jelas. Juga terdapat cekungan yang dalam pada tubuh bagian pinggang.

Sering makan namun tubuh tetap kurus pada kucing bisa jadi tanda adanya penyakit. Berikut adalah 6 penyakit yang mungkin terjadi jika kucing sering makan tetapi tubuhnya tetap terlihat kurus menurut Dokter Hewan Maulana Ar Raniri Putra (ArRan).

1. Cacingan

Investasi parasit atau yang kerap disebut sebagai cacingan menyebabkan proses penyerapan nutrisi pada tubuh kucing jadi terganggu. Akibatnya kucing akan terus merasa lapar dan banyak makan, tapi tubuhnya tetap terlihat kecil tidak berisi. Maka pastikan untuk selalu memberikan kucing kesayangan Anda obat cacing secara rutin. Pemberian obat cacing pada kucing dapat dilakukan melalui layanan dokter hewan terdekat dari Pet-Care dengan menghubungi Call Center Pet-Care.

2. Diabetes Melitus

Saat ini penyakit diabetes melitus menjadi salah satu penyakit endokrin yang sedang marak terjadi. Penyebabnya tidak lain adalah karena obsesi para pemilik hewan peliharaan, khususnya kucing yang ingin hewan peliharaanya terlihat gemuk karena dianggap lebih menggemaskan.

3. Tiroid

Hyperthyroidism merupakan penyakit pada kucing yang terjadi akibat adanya gangguan pada kelenjar tiroid. Penyakit ini menyebabkan produksi hormon tiroid menjadi berlebihan. Hormon tiroid sendiri berfungsi untuk mengatur metabolisme tubuh, sehingga kucing yang mengidap tiroid metabolisme tubuhnya akan jauh lebih cepat. Inilah yang mengakibatkan kucing terus merasa kelaparan namun tubuhnya tetap kurus. Selain tubuh yang terlihat kurus, tiroid juga ditandai dengan kucing yang hiperaktif dan jantung berdebar lebih kencang.

4. Kanker

Kanker pada kucing seringkali sulit untuk didiagnosa, khususnya pada kanker stadium awal. Hal ini terjadi akibat perilaku kucing yang sangat ahli dalam menyembunyikan rasa sakit. Gejala utama yang seringkali terlihat pada kucing dengan kanker adalah tubuhnya yang semakin lama semakin kurus.

5. Kesalahan Pemberian Makanan

Pemberian makanan yang kurang tepat dapat menjadi penyebab kucing menjadi kurus dan terus merasa lapar. Hal ini terjadi karena ketidakseimbangan nutrisi dalam tubuh. Sehingga nutrisi yang diserap oleh tubuh kucing dari makanannya hanya sedikit. Maka pemilik hewan perlu memperhatikan bagaimana komponen nutrisi utama dan komposisi yang seimbang pada makanan kucing.

6. Kucing Tua

Tubuh kurus menjadi hal yang umum terjadi pada kucing tua karena tubuhnya mengalami penyusutan massa otot. Namun, hal ini dapat diatasi dengan pemberian makanan yang sesuai dengan usia kucing.

Penyebab Lain dari Kucing Kurus

Berikut adalah penyakit lain yang menjadi penyebab kucing kurus dilansir dari laman Pets Web MD.

  • Kecemasan, stres, atau depresi yang diakibatkan oleh kebisingan lingkungan sekitar atau tempat tinggal kucing yang kotor.
  • Penyakit kencing manis yang disebabkan oleh kegagalan produksi hormon insulin.
  • Peritonis menular atau FIP.
  • Masalah pencernaan yang ditandai dengan gejala diare, nafsu makan berkurang, atau muntah-muntah.
  • Gagal ginjal.
  • Tumor jinak.
  • Sakit gigi dan mulut, atau radang gusi yang ditandai dengan keluarnya air liur secara terus-menerus dari mulut kucing.
Penanganan Kucing Kurus

Apabila kondisi berat badan kucing semakin mengkhawatirkan sebaiknya periksakan kucing kesayangan Anda pada dokter hewan terdekat. Biasanya setelah pemeriksaan awal akan dilakukan pemeriksaan lanjutan seperti tes sampel darah, urin, feses, hingga rontgen bila diperlukan.

Pemeriksaan tersebut dapat dilakukan melalui layanan dokter hewan terdekat dari Pet-Care. Anda dapat menghubungi Call Center Pet-Care untuk kemudian terhubung langsung dengan dokter hewan terdekat tanpa perlu keluar rumah. Tidak perlu khawatir, dokter hewan Pet-Care telah bersertifikat serta berpengalaman.

Bola Mata Kucing Membesar? Segera Tangani Agar Terhindar dari Kebutaan

Glaukoma merupakan suatu kondisi dimana terjadi peningkatan cairan di dalam bola mata kucing. Sehingga bola mata kucing terlihat membesar di satu sisi. Keluhan bola mata membesar di satu sisi yang disertai dengan kornea mata terlihat keruh, menandakan terjadinya peningkatan tekanan bola mata. 

Glaukoma juga dapat menimbulkan rasa sakit dan tidak nyaman pada kucing. Kucing dengan diagnosa Glaukoma biasanya akan terlihat lebih banyak diam dan tidak nyaman ketika area bola matanya disentuh. Konsultasi pengobatan Glaukoma dapat dilakukan melalui layanan dokter hewan terdekat dari Pet-Care dengan menghubungi Call Center atau mengunjungi laman media sosial Instagram Pet-Care.

Sebagai upaya antisipasi dan pencegahan, berikut adalah penyebab, gejala-gejala, dan pengobatan Glaukoma pada kucing yang telah Pet-Care rangkumkan untuk para pemilik hewan peliharaan.

Penyebab Glaukoma pada Kucing

Hills Pet memaparkan bahwa penyebab Glaukoma pada kucing terbagi menjadi dua, yaitu Glaukoma Primer dan Glaukoma Sekunder. Glaukoma Primer disebabkan oleh ketidakmampuan mata kucing dalam mengalirkan cairan, sedangkan Glaukoma Sekunder disebabkan oleh adanya suatu penyakit yang menghalangi aliran normal cairan pada mata. 

Selain itu, terdapat juga beberapa penyakit yang menyebabkan Glaukoma pada kucing. Diantaranya yaitu neoplasia (pertumbuhan jaringan tidak normal), uveitis anterior (peradangan bagian depan mata), dan pendarahan pada mata bagian dalam yang disebabkan oleh tekanan darah tinggi atau trauma tertentu. 

Konsultasi pengobatan Glaukoma dapat dilakukan melalui layanan dokter hewan terdekat dari Pet-Care dengan menghubungi Call Center atau mengunjungi laman media sosial Instagram Pet-Care.

Gejala Glaukoma pada Kucing

Dilansir melalui laman Pets Web MD, berikut adalah gejala-gejala Glaukoma pada kucing yang dapat dikenali oleh para pemilik hewan.

  • Nyeri di sekitar mata
  • Pupil melebar, tidak bergerak, atau bergerak lambat
  • Kemerahan di bagian putih mata
  • Pembengkakan dan perubahan warna pada kornea
  • Bola mata membesar 

Apabila menemukan gejala-gejala tersebut pada kucing kesayangan Anda, segera hubungi dokter hewan terdekat untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut. Pet-Care menghadirkan layanan dokter hewan terdekat yang datang langsung ke rumah atau ke lokasi Anda. Cukup dengan menghubungi Call Center Pet-Care, Anda sudah dapat terhubung dengan dokter hewan terdekat tanpa perlu repot keluar rumah. 

Kadangkala sulit untuk mendeteksi kucing terkena Glaukoma atau tidak. Hal ini dikarenakan perkembangan kondisi Glaukoma terjadi dalam jangka waktu yang lama, hitungan bulan bahkan lebih. Sulitnya mendeteksi penyakit ini juga dipengaruhi oleh perilaku kucing yang tetap berperilaku normal meskipun matanya tidak nyaman. 

Namun, pada kasus Glaukoma yang berkaitan dengan uveitis atau radang mata akan lebih mudah terdeteksi. Hal ini dikarenakan kucing mungkin akan menunjukkan tanda-tanda kesakitan, berbeda dengan Glaukoma pada umumnya. 

Pengobatan Glaukoma pada Kucing

Menurut Dokter Hewan Tammy Hunter dan Dokter Hewan Cherly Yuill, penanganan Glaukoma pada kucing perlu dilakukan dengan cara mengurangi cairan pada bola mata sesegera mungkin. Hal ini bertujuan agar risiko kerusakan permanen atau kebutaan dapat dihindari. Namun pada kondisi Glaukoma lebih parah kemungkinan dokter hewan akan melakukan pembedahan dan pengangkatan mata. 

Biasanya, dokter hewan akan meresepkan Analgesik untuk mengurangi rasa sakit dan tidak nyaman pasca perawatan medis. Juga obat-obatan lain yang berguna untuk mengurangi produksi cairan pada mata. Konsultasi pengobatan Glaukoma dapat dilakukan melalui layanan dokter hewan terdekat dari Pet-Care dengan menghubungi Call Center atau mengunjungi laman media sosial Instagram Pet-Care.

Reverse Sneezing atau Bersin Terbalik pada Anjing dan Kucing, Apakah Normal?

Reverse sneezing atau bersin terbalik adalah suatu kondisi yang tidak biasa pada anjing dan kucing ketika bersin. Kondisi bersin terbalik lebih sering dialami oleh anjing daripada kucing. Pada kondisi normal, anjing atau kucing yang bersin akan mengeluarkan bersin tersebut tetapi pada kondisi reverse sneezing bersin tidak dikeluarkan melainkan dihirup.

Dokter Hewan Krista Williams dari VCA Animal Hospitals mengatakan bahwa reverse sneezing merupakan kondisi yang berkaitan dengan respirasi paroksismal. Umumnya dikenal sebagai kondisi bersin terbalik. “Pada kondisi ini, anjing menghirup udara melalui hidung dengan cepat. Berbeda dengan bersin biasa yang mendorong udara keluar melalui hidung dengan cepat,” Kata Dokter Krista.

Melalui laman media sosial Tiktok, Dokter ArRan mengedukasi audiensnya tentang reverse sneezing pada anjing maupun kucing. Menurutnya, kondisi ini terjadi karena adanya iritan atau gangguan pada hidung, sinus, atau pangkal tenggorokan yang merangsang terjadinya bersin terbalik. Kondisi ini juga biasanya dipicu oleh adanya mites atau tungau, debu, rumput, maupun bulu anjing atau kucing itu sendiri pada bagian-bagian tersebut. 

Pet MD mengungkap kemungkinan lain yang menyebabkan iritasi yang memicu terjadinya bersin terbalik pada anjing maupun kucing. Diantaranya yaitu alergi, produk rumah tangga (pengharum, pembersih, atau penyegar udara), terdapat benda asing di tenggorokan, juga makanan atau minuman yang dikonsumsi.

Konsultasi mengenai kondisi bersin terbalik pada anjing atau kucing kesayangan dapat dilakukan melalui layanan dokter hewan terdekat dari Pet-Care dengan menghubungi Call Center Pet-Care.

Normalkah Anjing atau Kucing Mengalami Reverse Sneezing?

Sebenarnya, reverse sneezing atau bersin terbalik adalah hal normal dan tidak berbahaya bagi anjing atau kucing. Tetapi jika terjadi secara terus-menerus, kondisi ini dapat mengiritasi saluran hidung, sinus, atau pangkal tenggorokan. 

Jika anjing atau kucing kesayangan Anda mengalami bersin terbalik dalam jangka waktu yang lama dan terjadi secara terus-menerus. Sebaiknya hubungi dokter hewan terdekat untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut. Dokter hewan akan memberikan anti inflamasi, anti radang, atau anti histamin untuk mengurangi gejala-gejala dari bersin terbalik pada anjing atau kucing.

Konsultasi pemberian obat-obatan ini dapat dilakukan melalui layanan dokter hewan terdekat dari Pet-Care tanpa perlu keluar rumah. Cukup menghubungi Call Center Pet-Care, layanan dokter hewan langsung ke rumah atau lokasi Anda.

Penanganan Mandiri Reverse Sneezing oleh Pemilik Hewan

Sebelum membawa anjing atau kucing ke dokter hewan, pemilik hewan peliharaan juga dapat mengaplikasikan penanganan mandiri berikut ini untuk mengurangi kebiasaan bersin terbalik pada anjing maupun kucing. 

  1. Menengadahkan kepala anjing atau kucing ke arah atas
  2. Tenangkan anjing atau kucing dengan mengusap-usap bagian leher anjing atau kucing saat kepalanya sedang ditengadahkan
  3. Menutup salah satu lobang hidung anjing atau kucing yang sedang mengalami reverse sneezing, namun hal ini opsional jadi dapat dilakukan dan juga tidak.

Selain cara-cara tersebut, pemilik hewan juga perlu memastikan kebersihan lingkungan tempat tinggal anjing dan kucing. Serta menjauhkan hewan peliharaan dari benda-benda atau hal yang memicu terjadinya bersin terbalik pada anjing maupun kucing.

Namun, jika penanganan mandiri tidak kunjung membawa kesembuhan bagi kucing maupun anjing. Segera hubungi dokter hewan terdekat untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut seperti rontgen dada atau rinoskopi dari tenaga ahli. Anda dapat menggunakan layanan dokter hewan terdekat dari Pet-Care untuk berkonsultasi terkait hal ini. Konsultasi dapat dilakukan dengan menghubungi Call Center Pet-Care, tanpa perlu keluar rumah. 

Kucing Juga Bisa Menstruasi, Kenali Tanda-Tanda dan Penanganannya!

Berbeda dengan manusia yang mengalami menstruasi karena terjadinya prose peluruhan dinding rahim, kemudian berakhir pada proses pendarahan. Menstruasi pada kucing tidak selalu mengalami pendarahan karena pendarahan hanya salah satu dari efek samping siklus reproduksi pada kucing betina yang jarang terjadi.

Seperti mamalia betina pada umumnya, kucing juga memiliki siklus reproduksi. Pada kucing, siklus reproduksi ini disebut sebagai esterus atau umumnya dikenal sebagai masa birahi. Namun, masa reproduksi hanya akan dialami oleh kucing-kucing betina yang belum disteril.

Renee Rucinsky, seorang dokter hewan sekaligus ketua dari Dewan Praktisi Kedokteran Hewan Amerika mengatakan bahwa seekor kucing betina tidak mengalami menstruasi seperti manusia karena kucing merupakan hewan yang tergolong dalam ovulator yang diinduksi. Maka, kucing betina tidak akan berovulasi jika tidak mendapat rangsangan dari kucing jantan.

Sebagai pemilik hewan, penting untuk mengetahui serba-serbi menstruasi pada kucing. Berikut adalah waktu terjadinya menstruasi pada kucing betina, tanda-tanda yang muncul ketika kucing betina mengalami menstruasi, dan saran penanganan yang tepat pada kucing betina menstruasi.

Kapan Menstruasi Terjadi pada Kucing?

Melansir laman Purina, mentruasi atau siklus reproduksi kucing betina terjadi pertama kali pada usia 5 sampai 6 bulan. Namun waktu ini tidak selalu pasti, dapat terjadi lebih cepat atau lebih lambat bergantung pada kondisi tubuh kucing itu sendiri.

Siklus reproduksi kucing terjadi beberapa kali dalam setahun. Umumnya, 2 hingga 3 minggu dalam satu siklus yaitu di masa-masa subur kucing betina. Siklus ini akan terus berulang hingga akhirnya kucing betina hamil atau berakhir karena proses sterilisasi.

Tidak hanya masa subur, siklus reproduksi kucing juga dipengaruhi oleh faktor geografis dan lingkungan seperti suhu udara dan panjang waktu di siang hari. Kucing yang tinggal di daerah hangat dapat mengalami siklus reproduksi sepanjang tahun, sedangkan kucing yang tinggal di daerah dingin hanya mengalami siklus reproduksi pada awal musim dingin hingga akhir musim gugur.

Tanda-Tanda Kucing Menstruasi

Kucing menstruasi ditandai dengan beberapa perubahan perilaku, diantaranya yaitu:

  • Lebih sering melolong atau mengeong sebagai bentuk perilaku mencari pasangan kawin atau kucing jantan.
  • Sering menggosokkan badan pada benda-benda atau pada tubuh pemiliknya karena kucing betina pada siklus ini membutuhkan perhatian lebih.
  • Kucing menjadi lebih sering buang air kecil, karena urine kucing betina mengandung feromon dan hormon-hormon lain yang dapat memberikan sinyal siap bereproduksi atau siap kawin pada kucing jantan.
  • Terdapat sedikit darah seperti menstruasi pada manusia, namun tanda ini jarang terjadi.

Jika terjadi pendarahan secara terus-menerus dalam jumlah berlebih segera hubungi dokter hewan terdekat. Konsultasi ini dapat dilakukan dengan layanan dokter hewan terdekat dari Pet-Care dengan menghubungi Call Center Pet-Care.

Penanganan Kucing Menstruasi

Hills Pet mengungkap bahwa siklus reproduksi atau masa-masa birahi kucing dapat menimbulkan beberapa risiko penyakit, seperti kanker serviks, payudara, atau ovarium. Penyakit tersebut timbuh akibat adanya pertumbuhan hormon pada tubuh kucing betina.

Sehingga, steril menjadi langkah bijak untuk mengurangi risiko penyakit-penyakit tersebut juga berkontribusi dalam mengurangi populasi kucing yang berlebih. Steril dapat dilakukan sebelum kucing betina mengalami siklus reproduksi pertamanya.

Namun, untuk memastikan waktu steril yang tepat pada kucing kesayangan Anda sebaiknya konsultasikan terlebih dahulu pada dokter hewan terdekat. Konsultasi ini dapat dilakukan dengan layanan dokter hewan terdekat dari Pet-Care dengan menghubungi Call Center Pet-Care.

HIV AIDS pada Kucing, Vaksinnya Belum Tersedia di Indonesia! Cegah dengan Steril

Feline immunodeficiency virus atau FIV merupakan infeksi virus pada kucing yang kerap disebut sebagai HIV atau AIDS pada kucing. Hal ini karena virus FIV dan HIV sama-sama menyerang sistem imun, FIV menyerang sistem imun kucing dan HIV menyerang sistem imun manusia.

Melansir laman Pets Web MD, virus ini pertama kali ditemukan pada kucing Amerika Serikat. Hal yang mengejutkan adalah kucing yang positif terinfeksi virus FIV sulit dideteksi karena dapat hidup selama bertahun-tahun tanpa menunjukkan gejala.

Virus FIV bekerja dengan cara merusak sel-sel dalam sistem kekebalan tubuh kucing, terutama sel darah putih. Kerusakan yang dilakukan oleh virus FIV secara terus-menerus dapat berakibat pada melemahnya sistem kekebalan tubuh kucing. Sehingga, tubuh kucing lebih rentan terhadap infeksi penyakit sekunder.

Bagi Anda yang memerlukan bantuan tenaga medis terutama dokter hewan dapat hubungi kami, melalui Call Center Pet-Care. Tidak perlu repot keluar rumah, kami menyediakan layanan dokter hewan terdekat dan menghadirkan pelayanan dokter hewan langsung ke lokasi Anda.

Virus FIV Masih Satu Keluarga dengan Virus HIV

Maulana Ar Raniri Putra, seorang dokter hewan yang kerap disapa Dokter ArRan memberikan edukasi seputar virus FIV pada kucing melalui laman media sosial Tiktok miliknya. FIV (Feline Immunodeficiency Virus) adalah virus pada kucing yang memiliki kekeluargaan dekat dengan virus HIV (Human Immunodeficiency Virus) pada manusia.

Virus FIV masih tergolong dalam genus dengan HIV-1 dan HIV-2. Kedekatan kedua virus ini mengakibatkan adanya persamaan gejala yaitu penurunan sistem imun, sama halnya dengan manusia yang terinfeksi HIV. 

Namun penularan FIV dan HIV tidak sama. Seperti yang kita ketahui, penularan HIV pada manusia salah satunya disebabkan oleh hubungan seksual. Sedangkan FIV pada kucing, penularan utamanya melalui gigitan yang dalam. Oleh sebab itu, virus FIV ini seringkali ditemukan pada stray cat yang sering berkelahi.

Gejala Virus FIV pada Kucing

Dokter ArRan juga memaparkan gejala dari virus FIV pada kucing yang terbagi menjadi 3 fase. 

Fase pertama yang disebut sebagai fase akut. Pada fase ini, kucing baru saja terinfeksi oleg virus FIV. Umumnya kucing akan memunculkan beberapa gejala klinis seperti demam, lesu, anoreksia (kehilangan nafsu makan), dan pembengkakan kelenjar pertahanan. Segera hubungi dokter hewan terdekat bila Anda mendapati gejala-gejala tersebut.

Fase kedua, disebut sebagai fase asymtopmatis. Pada fase ini, kucing yang terifeksi virus tidak menunjukkan gejala klinis dan terlihat sehat layaknya kucing normal. Namun fase ini akan berlangsung dalam kurun waktu yang lama. 

Fase ketiga yaitu fase Feline AIDS atau AIDS pada kucing. Pada fase ini, tubuh kucing menjadi sangat rentan terhadap infeksi sekunder. Pada fase ini juga, kucing akan menunjukkan beberapa gejala seperti flu yang tidak kunjung membaik dan infeksi pada gusi, lidah, atau langit-langit mulutnya. Selain itu, beberapa kucing juga menjadi sangat sensitif terhadap infeksi parasit darah (toksoplasma).

Pencegahan Virus FIV

Sebelumnya telah disebutkan bahwa penularan virus FIV terjadi melalui luka gigitan. Maka, pencegahan dapat dilakukan dengan mengawasi kucing agar tidak berkelahi dengan kucing lainnya.

Namun perlu diketahui bahwa salah satu faktor kucing berkelahi, terutama kucing jantan adalah memperebutkan kucing betina. Oleh karena itu, tindakan sterilisasi atau mengebiri kucing dapat dilakukan untuk mencegah penularan virus FIV.

Hingga saat ini, steril menjadi salah satu pencegahan virus FIV pada kucing paling efektif. Hal ini karena vaksinasi untuk virus FIV belum beredar di Indonesia. 

Kucing Terjangkit Abses, Bagaimana Pertolongan Pertama yang Efektif dan Aman?

Kucing kesayangan didiagnosa terjangkit abses? Tapi, apa itu abses? Secara sederhana, abses digambarkan sebagai “kantong nanah” yang muncul dalam bentuk pembengkakan di beberapa bagian tubuh. Kantong nanah ini dapat berbentuk besar atau kecil, serta keras atau lembek. 

Berikut ini adalah serba-serbi abses kucing yang telah Pet-Care rangkum. Mulai dari penyebab, gejala, hingga penanganannya. Yuk mari kita simak!

Penyebab Abses pada Kucing

Melansir laman VCA Animal Hospital, penyebab abses pada kucing dapat beragam tapi satu yang paling umum adalah gigitan dari hewan lain. Gigitan ini membawa bakteri ke dalam luka, kemudian infeksi, dan berakhir dengan timbulnya abses. Tidak hanya melalui gigitan, luka akibat benda mati juga dapat menyebabkan infeksi dan abses.

Selain abses pada kulit akibat gigitan dan luka, terdapat beberapa organ tubuh kucing yang sering terjangkit abses. Diantaranya yaitu abses hati yang terjadi akibat penularan infeksi melalui darah, abses akar gigi yang terjadi akibat kerusakan pada gigi, abses paru yang terjadi akibat menghirup benda asing atau pneumonia atau peradangan paru-paru berat, dan abses otak yang terjadi akibat infeksi telinga bagian dalam, infeksi sinus, atau infeksi mulut.

Gejala Abses pada Kucing

Sebelum melakukan pertolongan pertama pada kucing dengan abses, Anda perlu mengetahui tanda-tanda yang terlihat sebagai gejala abses. Berikut ini adalah gejala abses jika terjadi pada jaringan kulit di bagian luar tubuh yang dilansir melalui laman Purina.co.uk.

  • Terjadi pembengkakan yang terlokalisir pada suatu area.
  • Kemerahan disekitar abses.
  • Terasa sakit pada abses.
  • Rambut atau bulu-bulu disekitar abses mengalami kerontokan.
  • Jika abses telah pecah, akan terlihat cairan pada abses yang disertai dengan bau busuk.

Beda lokasi abses, maka berbeda pula gejalanya. Berikut ini adalah gejala abses jika terjadi pada jaringan mulut atau gigi. 

  • Bau mulut
  • Liur terus mengalir (ngiler)
  • Pembengkakan wajah
  • Nafsu makan berkurang
  • Penurunan berat badan
  • Gigi goyang
  • Demam

Jika menemukan gejala lain, segera hubungi dokter hewan terdekat untuk memperoleh penanganan lebih lanjut. Pet-Care menyediakan layanan panggil dokter hewan ke rumah untuk membantu keluhan terkait hewan peliharaan, seperti abses. Cukup hubungi Call Center Pet-Care, Anda dapat terhubung dan menggunakan jasa dokter hewan tanpa perlu keluar rumah.

Pertolongan Pertama pada Kucing yang Terjangkit Abses

Upaya perawatan pada pertolongan pertama perlu dilakukan agar infeksi tidak menyebar ke bagian tubuh atau organ lain. Oleh karena itu, selama masa pengobatan kebersihan kucing perlu dijaga. Berikut adalah beberapa pertolongan pertama dari Wedgewood Pharmacy dapat Anda lakukan sebelum membawa kucing kesayangan ke dokter hewan. 

  • Potong rambut atau bulu-bulu kucing di sekitar abses.
  • Kompres abses dengan kain bersih yang telah direndam pada air hangat.
  • Tidak dianjurkan untuk memberikan alkohol pada bagian abses dan obat abses manusia.

Penanganan lebih lanjut akan dilakukan oleh tenaga ahli yakni dokter hewan berpengalaman. Pet MD memaparkan rangkaian tindakan yang akan diberikan oleh dokter hewan pada area abses.

  • Apabila abses telah mengering, akan dilakukan pembersihan area abses secara menyeluruh.
  • Apabila abses belum mengering, kucing akan diberikan obat bius dan dilanjutkan dengan tindakan operasi sederhana.
  • Pemberian antibiotik
  • Pembersihan dan perawatan lanjutan ketika area abses telah sembuh sesuai dengan instruksi dokter. 

Setelah mendapat penanganan dari dokter hewan, Anda juga perlu memerhatikan perawatan pasca pengobatan dengan selalu menjaga kebersihan kandang dan lingkungan sekitar tempat tinggal kucing. Masa penyembuhan membutuhkan waktu sekitar 5 sampai 7 hari. Namun, jika selama waktu tersebut abses kucing belum kunjung sembuh sebaiknya segera hubungi dokter hewan terdekat untuk memastikan kondisi kesehatan kucing baik-baik saja.

Berniat Vaksin Kitten? Yuk Kenali Serba Serbi Vaksinasi Anak Kucing!

Kitten atau anak kucing baru saja menginjak fase awal kehidupannya. Pada fase ini, tubuh anak kucing masing sangat rentan terhadap berbagai jenis kuman, virus, hingga penyakit berbahaya. Kerentanan tubuh mereka disebabkan oleh sistem kekebalan tubuh yang belum berkembang secara sempurna.

Tubuh anak kucing yang rentan ini memerlukan perlindungan tambahan untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan. Pencegahan dapat dilakukan dengan memberikan anak kucing rangkaian vaksinasi lengkap. Rangkaian vaksinasi dapat diberikan sedini mungkin ketika anak kucing sudah berada pada usia yang cukup.

Selain usia yang cukup, vaksinasi anak kucing juga dapat dilakukan setelah melakukan konsultasi dengan dokter hewan. Konsultasi perlu dilakukan untuk memastikan jadwal vaksinasi sesuai dengan kondisi kesehatan anak kucing. Serta memperoleh petunjuk dan anjuran secara lengkap.

Konsultasi vaksinasi anak kucing dapat dilakukan menggunakan layanan Pet-Care panggil dokter hewan ke rumah. Pemeriksaan lengkap ini dapat dilakukan di rumah atau lokasi Anda. Tidak perlu repot keluar rumah, cukup menghubungi Call Center Pet-Care atau melalui aplikasi Pet-Care.

Tidak hanya layanan konsultasi, Pet-Care juga memberikan layanan vaksin kucing dan anjing di rumah. Seluruh tenaga medis dari Pet-Care telah memiliki sertifikasi lengkap dan berpengalaman. Jadi, tidak perlu ragu dan khawatir terhadap kinerja dokter hewan Pet-Care.

Melansir laman Vets4Pets, kesehatan anak kucing dipengaruhi oleh banyak faktor selain pemberian vaksin. Diantaranya yaitu pengobatan kutu dan pemberian obat cacing. Kedua hal ini juga harus diberikan pada anak kucing demi kesehatan tubuhnya. Berikut Pet-Care rangkumkan serba-serbi vaksinasi anak kucing yang berguna sebagai petunjuk awal bagi para pemilik hewan. Yuk mari kita simak!

Seberapa Penting Vaksin Kitten?

Melalui edukasi media sosial Tiktok, Dokter Hewan Maulana Ar Raniri Putra (ArRan) mengungkapkan beberapa alasan penting mengapa anak kucing perlu mendapatkan vaksinasi lengkap. Pertama, pemberian vaksin dimaksudkan untuk membentuk antibodi yang berguna melawan virus. Kedua, hanya antibodi yang mampu melawan penyakit virus secara optimal pada tubuh anjing dan kucing. Ketiga, vaksinasi diberikan sebagai tindakan preventif karena mencegah lebih baik daripada mengobati.

Terakhir, Dokter ArRan mengingatkan satu hal penting. Meski hewan peliharaan tidak pernah keluar rumah atau berinteraksi dengan hewan luar manapun, mereka tetap memiliki risiko tertular virus yang mungkin saja terbawa oleh manusia ke dalam rumah.

Pendapat serupa juga diungkapkan pada laman Greencross Vets dan Hill’s, pemberian vaksin pada anak kucing sangat penting sebagai cara mencegah masuknya penyakit berbahaya yang memiliki potensi kematian. Serta sebagai cara membangun sistem kekebalan tubuh anak kucing sedini mungkin.

Namun, VCA Animal Hospital mengatakan bahwa vaksinasi anak kucing akan efektif apabila diberikan rangkaian vaksin dengan interval waktu yang tepat sesuai jadwal yang ditentukan oleh dokter hewan. Layanan Pet-Care vaksin kucing dan anjing di rumah dapat membantu Anda untuk menjadwalkan vaksinasi anak kucing sesuai dengan kondisi kesehatannya.

Ragam Vaksin Kitten

Terdapat beberapa jenis vaksin yang harus diberikan pada anak kucing. VCA Animal Hospital mengategorikan jenis vaksin untuk anak kucing ke dalam dua golongan yaitu vaksin inti dan vaksin non-inti. Kemudian melansir laman Hill’s, vaksin yang dapat diberikan untuk anak kucing diantaranya yaitu vaksin leukemia, feline parovirus, flu, chlamydia, rabies, dan bordetella.

Pet Smart mengatakan bahwa ragam vaksin ini dapat diberikan pada anak kucing dengan menyesuaikan kondisi tubuh, lingkungan, dan saran dokter hewan. Berikut adalah ragam vaksin yang telah disesuaikan dengan panduan jadwal vaksinasi berdasarkan usia anak kucing.

Usia 6-8 mingguVaksinasi pertamaHerpes, Calicivirus, Panleukopaenia, (FIV)
Usia 10-12 mingguVaksinasi boosterHerpes, Calicivirus, Panleukopaenia, (FIV), (Leukemia, Chlamydia)
Usia 14-16 mingguVaksinasi akhir anak kucingHerpes, Calicivirus, Panleukopaenia, (FIV), (Leukemia, Chlamydia)
Greencross Vets

Hal ini juga diungkap pada laman Hill’s, dokter hewan merekomendasikan anak kucing untuk memperoleh ketika berusia 8-9 minggu dan 11-12 minggu. VCA Animal Hospital, juga menyarankan untuk memberikan anak kucing rangkaian vaksinasi pada usia 6-8 minggu dan dilakukan pengulangan setiap 3-4 minggu sampai anak kucing berusia 4 bulan.

Setelah melakukan vaksin, mungkin saja anak kucing akan merasakan beberapa efek samping, seperti lesu, hilangnya nafsu makan, reaksi alergi seperti iritasi kulit, muntah, dan diare. Efek samping tersebut adalah hal normal yang dapat terjadi pada anak kucing setelah vaksin. Namun, jika efek samping sudah terjadi berlebih dan dalam jangka waktu yang lama sebaiknya segera bawa anak kucing ke dokter hewan terdekat.

4 Manfaat Baik Steril Hewan Peliharaan

Steril merupakan salah satu cara terbaik yang dapat terapkan pemilik hewan peliharaan agar mereka tetap sehat. Steril pada hewan peliharaan, baik itu anjing, kucing, maupun hewan lain sama artinya dengan memandulkan atau mengebiri. 

American Animal Hospital Association (AAHA) menyarankan para pemilik hewan agar mensteril kucing pada usia 5 bulan. Untuk anjing dengan ras kecil berukuran kurang dari 45 pon atau sekitar 20 kilogram sebaiknya disteril ketika berusia 5 atau 6 bulan. Sedangkan untuk anjing dengan ras besar berukuran lebih dari 45 pon sebaiknya disteril ketika berusia 9 sampai 15 bulan.

Namun, untuk menyesuaikan dengan kondisi kesehatan masing-masing hewan peliharaan sebaiknya konsultasikan terlebih dahulu kepada dokter hewan terdekat. Untuk saat ini, konsultasi dan steril belum dapat dilakukan melalui layanan Pet-Care panggil dokter hewan ke rumah

4 Manfaat Baik Steril Hewan Peliharaan

Tidak hanya menyehatkan hewan peliharaan, steril atau mengebiri hewan peliharaan juga membawa manfaat lain seperti panjang umur dan membantu melawan overpopulasi. Simak penjelasan manfaat baik dari steril hewan peliharaan dari Web MD secara lengkap berikut ini. 

1. Hewan Peliharaan Lebih Panjang Umur

Hewan peliharaan betina yang telah disteril antara usia 3 sampai 6 bulan tidak memiliki risiko kanker payudara ketika berusia tua nanti. Tidak hanya itu, steril pada hewan peliharaan betina juga dapat mencegah infeksi dan kanker pada rahim dan indung telur. 

Selain itu, anjing atau kucing yang telah disteril juga tidak memiliki kemungkinan untuk mengembangkan beberapa jenis kanker dalam tubuh mereka. Kanker tersebut diantaranya yaitu pyometra hingga infeksi rahim.

Sebuah riset yang dilakukan terhadap 460.000 kucing dan 2,2 juta anjing menemukan bahwa kucing yang telah disteril memiliki usia hidup 36 persen lebih lama. Kemudian, anjing yang telah disteril memiliki usia hidup 23 persen lebih lama. Jika dibandingkan dengan hewan peliharaan yang tidak disteril.

2. Hewan Peliharaan Lebih Sehat

Anjing yang disteril lebih sehat karena tidak memiliki potensi untuk mengembangkan kanker testis dan kanker pankreas dalam tubuh mereka. Penyakit ini umum terjadi pada anjing dengan usia tua pada kondisi tidak disteril atau belum disteril. 

Selain itu, mereka juga memiliki risiko kanker pankreas jauh lebih rendah. Serta meningkatkan harapan hidup hingga 18 persen. 

3. Hewan Peliharaan Lebih Bahagia

Salah satu alasan kucing jantan harus disteril adalah mereka cenderung tidak berkeliaran jauh keluar dari rumah dan tidak berkelahi dengan kucing jantan lainnya. Hal ini karena proses steril menghentikan produksi hormon testosteron yang merupakan penyebab dari timbulnya perilaku agresif pada kucing jantan.

Hal serupa juga terjadi pada anjing jantan yang telah disteril. Mereka cenderung tidak berkeliaran untuk mencari pasangan dan tidak memiliki risiko tertabrak kendaraan atau berkelahi dengan anjing lainnya. 

4. Membantu Melawan Overpopulasi

Setiap tahun, banyak sekali kucing dan anjing yang berakhir di tempat penampungan hewan. Kegiatan mensteril, mengebiri, atau memandulkan hewan peliharaan sama artinya dengan membantu mengurangi jumlah populasi hewan yang membutuhkan tempat berlindung. Hal ini juga membantu meringankan tugas tempat penampungan hewan.

Berbeda dengan manusia, anjing bereproduksi 15 kali lebih cepat. Sedangkan kucing bereproduksi 45 kali lebih cepat dibandingkan dengan manusia. Artinya, tingkat euthanasia atau suntik mati kemungkinan lebih besar terjadi di daerah-daerah dengan banyaknya jumlah hewan namun tidak ada pilihan untuk mensteril, memandulkan, atau mengebiri.

Selain keempat hal tersebut, mensteril hewan peliharaan ternyata membawa manfaat bagi para pemiliknya yaitu lebih hemat. Mensteril hewan sama artinya dengan investasi jangka panjang. Lebih baik mencegah beragam masalah kesehatan serius yang mungkin terjadi dikemudian hari pada hewan peliharaan daripada harus mengobatinya. Hal ini karena biaya mensteril hewan peliharaan lebih terjangkau.

Amankah Anjing atau Kucing Mengonsumsi Buah-Buahan?

Selain menyehatkan, konsumsi buah-buahan juga membawa banyak manfaat bagi manusia. Mungkan Anda sebagai pemilik hewan pernah memberikan sedikit buah yang dimakan pada anjing atau kucing kesayangan. Tapi apakah konsumsi buah pada anjing maupun kucing dapat memberikan manfaat?

Perlu diingat bahwa beberapa jenis buah dapat menjadi racun dalam tubuh hewan. Jadi penting bagi Anda untuk berkonsultasi dengan dokter hewan sebelum memberikan hewan peliharaan buah-buahan. Namun yang lebih penting dari memberikan buah pada hewan peliharaan adalah menjaga konsumsi makanan dan memastikan gizinya seimbang.

Konsultasi hewan peliharaan dapat dengan mudah dilakukan tanpa harus keluar rumah. Cukup hubungi Call Center Pet-Care, kemudian Anda dapat terhubung dengan dokter hewan terdekat. Tidak perlu khawatir, layanan Pet-Care panggil dokter hewan kerumah menghadirkan para dokter hewan dengan sertifikasi lengkap dan berpengalaman.

Dapatkan Anjing Konsumsi Buah?

Melansir laman Hills Pet, anjing dapat konsumsi buah tetapi dalam jumlah terbatas dan hanya jenis buah tertentu saja. Konsumsi buah berlebihan dapat menyebabkan iritasi usus, diare, atau kembung.

Dokter Hewan juga menyarankan konsumsi makanan di luar nutrisi utama anjing hanya diperbolehkan 10 persen dari total asupan kalori. Usahakan untuk selalu berkonsultasi dengan dokter hewan perihal makanan yang dikonsumsi anjing kesayangan Anda.

Apabila Anda memberikan buah pada anjing, pastikan untuk memotong-motong buah dengan ukuran yang mudah dicerna. Hal ini dilakukan agar anjing terhindar dari bahaya tersedak.

Berikut adalah daftar buah-buahn yang aman bagi anjing dengan rekomendasi ukuran porsi makan yang baik.

  • Apel (1-2 iris)
  • Aprikot (1 iris)
  • Pisang (1-2 buah)
  • Blackberry (2-3 berry)
  • Blueberry (2-3 berry)
  • Blewah (1 buah)
  • Cranberry (1-2 sendok makan)
  • Kiwi (1/2 iris)
  • Mangga (1-2 iris)
  • Persik (2-3 potong)
  • Pir (2-3 buah)
  • Nanas (2-3 buah)
  • Stroberi (1/2 berry)
  • Semangka (1 irisan, tanpa biji)

Dapatkan Kucing Konsumsi Buah?

Berbeda dengan anjing, kucing tidak tertarik pada rasa manis buah. Hal ini karena kucing tidak memiliki reseptor rasa manis di lidah mereka. Vetstreet menyarankan untuk tidak memberi kucing buah-buahan terlalu banyak.

Berikut ini adalah buah-buahan yang aman untuk diberikan pada kucing sebagai camilan yang menyegarkan. Porsi buah yang diberikan juga harus dipotong kecil-kecil, sesuai dengan ukuran gigitan kucing agar tidak tersedak.

  • Apel
  • Pisang
  • Bluberi
  • Blewah
  • Stroberi
  • Semangka (tanpa biji)

Buah yang Harus Dihindari Anjing dan Kucing

Konsumsi makanan yang mengandung bahan nabati tidak sesuai, dapat menimbulkan risiko berbahaya untuk kesehatan anjing dan kucing kesayangan Anda. Berikut adalah buah-buahan dengan kandungan nabati berbahaya untuk anjing dan kucing.

  • Ceri (kandungan sianidanya beracun untuk anjing dan berisiko terhadap kematian)
  • Anggur dan kismis (buah ini dapat menyebabkan masalah pencernaan serius pada hewan peliharaan, termasuk diare, muntah, lesu, hingga gagal ginjal akut)
  • Tomat Hijau (beberapa tomat hijau mengandung racun yang dapat membuat hewan peliharaan sakit)