Tag: kesehatan kucing

Sebenarnya, Kucing Itu Perlu Mandi Nggak Sih?

Pada dasarnya kucing punya kebiasaan untuk self grooming atau memandikan dirinya sendiri, dengan cara menjilati bulu-bulu dan bagian tubuh lain. Bila kucing punya kebiasaan seperti ini, apakah kita sebagai pemilik hewan masih perlu untuk memandikannya? Banyak dari pemilik hewan yang rajin memandikan atau membawa kucing peliharaan mereka ke vet untuk grooming. Lalu kebiasaan memandikan kucing itu baik atau buruk ya? Mari simak penjelasannya berikut ini.

Sebenarnya kucing itu tidak butuh dimandikan, kata dokter hewan Maulana Ar Raniri Putra (ArRan) ketika memberikan edukasi seputar kesehatan kucing melalui laman media sosial Tiktok. Hal ini dikarenakan kucing itu sendiri memiliki lidah yang dilengkapi dengan duri-duri kecil halus. Dokter ArRan menjelaskan bahwa fungsi dari lidah kucing yakni sebagai alat untuk membersihkan kotoran-kotoran yang menempel pada bulu. 

Namun pada kondisi tertentu kucing perlu dimandikan. Seperti pada kucing yang terjangkit ektoparasit atau parasit yang hidup di bagian luar tubuh inangnya. Ektoparasit yang umum dijumpai hidup pada bulu-bulu kucing yakni kutu, tungau, dan pinjal. Keberadaan ektoparasit ini dapat mengganggu kesehatan kulit kucing, sehingga membutuhkan bantuan untuk dibersihkan dengan cara memandikannya. 

Selain ektoparasit, kotoran yang sangat lekat pada bulu kucing dan sulit untuk dibersihkan juga perlu ditangani dengan cara memandikan mereka. Tetapi ada pula kucing dengan karakter malas untuk self grooming sehingga keadaan bulunya cenderung lebih kotor. Biasanya terjadi pada kucing obesitas atau kelebihan berat badan dan pada kucing senior atau berusia lanjut. 

Jika masih perlu untuk dimandikan, bagaimana menentukan jadwal mandi kucing?

Tidak ada jawaban pasti untuk menentukan jadwal mandi kucing. Jadwal mandi ditentukan dari ras kucing dan kondisi kesehatannya. Kucing ras berbulu panjang membutuhkan mandi lebih sering, dibandingkan dengan kucing ras berbulu pendek. Jika Anda membutuhkan layanan grooming kucing, Anda dapat menguhubungi call center atau melalui social media Pet Care.

Pertimbangan kesehatan kucing sebelum memandikannya juga penting. Terlalu sering memandikan kucing bahkan hingga lebih dari satu kali dalam satu minggu, dapat menyebabkan kulit mereka jauh lebih kering. Selain itu, terlalu sering mandi juga dapat menjadi penyebab stres pada kucing.

Dokter ArRan menegaskan bahwa yang paling dibutuhkan oleh kucing bukan perihal mandi saja. Rutin menyikat dan menyisir bulu kucing lebih penting karena bulu-bulu rontok yang sudah seharusnya gugur perlu dibersihkan. Menyisir bulu kucing dengan rutin juga dapat mengurangi kerontokan bulu dan meningkatkan kesehatan kulit, sehingga terhindar dari parasit.

Jangan Berikan Tulang Ayam Pada Anjing dan Kucing!

Tontonan anak-anak kerap menunjukkan adegan anjing dan kucing sedang memakan tulang dengan lahap. Padahal tulang ayam maupun ikan bukanlah makanan ideal untuk anak bulu. Selain tulang ayam, terdapat beberapa makanan lain yang sebaiknya tidak diberikan pada anjing dan kucing karena dapat membahayakan kesehatan mereka.

Dokter hewan Novi Wulandari mengatakan bahwa, “Tulang ayam, khususnya untuk anjing, saat digigit hancur dan serpihannya tajam bisa merobek tenggorokan”. Walaupun seripihan tulang yang telah dikunyah dapat melewati saluran pencernaan dan masuk ke lambung, ada kemungkinan serpihan-serpihan tajam tersebut melukai lambung. Ketika lambing terluka, kemungkinan luka menjadi lebih parah kemudian meradang bisa saja terjadi.

Jika Anda tidak berniat memberikan tulang sebagai makanan tetapi hanya untuk mainan anak bulu, sebaiknya ganti dengan mainan khusus anjing dan kucing. Sehingga ketika anak bulu menggigit atau menggerogotinya tidak akan membahayakan, karena telah didesain sebagai mainan khusus anjing dan kucing.

Selain tulang, cokelat juga tidak disarankan untuk anjing dan kucing.

Cokelat mengandung zat yang dapat meninggalkan residu pada tubuh anjing dan kucing. Ketika residu dari zat tersebut perlahan menumpuk, efeknya anak bulu menjadi sakit. Bahkan konsumsi cokelat pada anak bulu juga dapat menyebabkan kematian. Maka sangat tidak disarankan untuk memberikan makanan yang mengandung cokelat pada mereka. Sama halnya seperti cokelat, bawang juga tergolong jenis makanan yang dapat membahayakan kesehatan anak bulu.

Berikan makanan sesuai kebutuhan nutrisi anjing dan kucing.

Makanan yang paling ideal untuk diberikan pada anjing dan kucing adalah makanan khusus yang memang diperuntukan sebagai makanan hewan. Juga telah disesuaikan porsinya dengan berat badan anak bulu. Ketentuan porsi biasanya sudah tertera pada kemasan makanan.

Walaupun beberapa anak bulu lahap ketika diberikan makanan manusia seperti nasi, sebaiknya tidak diberikan jika bukan dalam kondisi yang amat sangat mendesak. Pasalnya nasi bukan santapan ideal anjing dan kucing karena komponen nutrisi yang dibutuhkan hewan berbeda dengan manusia.

Pada manusia, karbohidrat menjadi salah satu sumber energi utama tubuh. Sedangkan anjing dan kucing, sumber energi utama tubuh mereka diperoleh melalui makanan yang mengandung protein tinggi. Dokter Novi juga mengatakan bahwa, manusia tergolong omnivora, kucing karnivora, dan anjing berada diantaranya yaitu semi omnivora.

Berbagai jenis makanan telah tersedia dengan perbedaan formula yang dapat disesuaikan dengan ras anjing atau kucing yang Anda pelihara. Selain menyesuaikan formula makanan, tidak lupa untuk memberikan anak bulu makanan secara rutin sesuai jadawal yang telah ditentukan. Porsi makanan juga harus disesuaikan dengan usia anak bulu agar nutrisi harian mereka terpenuhi

Kucing Pandai Sembunyikan Rasa Sakit, Lalu Bagaimana Cara Mengenali Kucing yang Sedang Sakit?

Secara alami, kucing memiliki kemampuan untuk menyembunyikan rasa sakit dengan sangat baik. Kemampuan ini muncul sebagai bentuk perlindungan diri. Kucing dikenal sebagai hewan pemburu dan pemangsa yang hebat, namun kucing juga merupakan mangsa dari hewan besar lainnya. Kebiasaan menyembunyikan rasa sakit dilakukan oleh kucing agar tidak terlihat lemah dihadapan pemangsa yakni hewan-hewan bertubuh besar.

Hal tersebut yang mengakibatkan para pemilik hewan tidak jarang mengalami kesulitan untuk mengidentifikasi penyakit pada kucing peliharaannya. Meskipun kucing tidak menunjukan rasa sakit yang dideritanya, kucing sakit tetap memiliki ciri khusus yang dapat dikenali. Ketika berbagai gejala dibawah ini muncul segera periksakan kucing ke dokter hewan untuk memperoleh tindakan lebih lanjut sesuai dengan penyakit yang dideritanya.

Cara Mengenali Kucing Sakit

Berikut beberapa cara mengenali kucing sakit dilansir melalui laman Pet MD.

1. Perubahan Porsi Makan

Gejala kucing sakit dapat diidentifikasi jika secara tiba-tiba mereka merubah porsi makan, entah itu menjadi lebih banyak, lebih sedikit, atau tidak makan sama sekali. Peningkatan nafsu makan secara drastis dapat disebabkan oleh adanya parasit pada usus, hipertiroidisme, diabetes, dan penyakit saluran cerna lain yang mengakibatkan penyerapan nutrisi tidak berjalan dengan baik. Sedangkan, penurunan nafsu makan terjadi akibat rasa tidak nyaman yang dirasakan oleh kucing, seperti mual, demam, dan nyeri mulut.

2. Minum Lebih Banyak dari Biasanya

Minum secara berlebihan merupakan tanda dari tingkat rasa haus berlebihan yang dirasakan oleh kucing. Kehausan merupakan gejala dari penyakit diabetes, ginjal, hipertiroidisme, peningkatan kalsium, atau penyakit endokrin. Namun kehausan juga dapat terjadi jika kucing sedang menjalani pengobatan tertentu yang berkaitan dengan urin.

3. Mengeong Lebih Sering

Memang benar terdapat kucing yang memiliki kebiasaan mengeong lebih sering atau dikenal dengan kucing cerewet. Namun, sebagai pemilik pastinya Anda mampu menyadari kucing yang mengeong normal seperti hari-hari biasa, dengan kucing yang mengeong lebih sering seakan-akan sedang memberikan sinyal untuk mengomunikasikan rasa sakit di dalam tubuhnya. Frekuensi mengeong juga dapat berubah seiring dengan pertambahan usia kucing. Semakin bertambahnya usia, kucing dapat mengalami disfungsi kognitif atau kepikunan. Hal ini yang menyebabkan kucing semakin cerewet ketika menua.

3. Buang Air di Luar Kotak Pasir

Ketika kucing yang terbiasa buang air di dalam kotak pasir tidak lagi mau untuk buang air di dalam kotak secara tiba-tiba, dapat menjadi pertanda adanya anomali di dalam tubuh mereka. Kucing berhenti menggunakan kotak pasirnya untuk buang air dan menganggap ketika buang air di dalam kotak pasir timbul rasa sakit. Sehingga, kucing mengasosiasikan rasa sakit yang mereka rasakan timbul akibat dari penggunaan kotak pasir. Hal ini berkaitan dengan penyakit infeksi kandung kemih, gastrointestinal, diare, sembeli, atau nyeri sendi.

4. Muntah dan Diare

Muntah dan diare merupakan tanda kucing sedang sakit yang paling mudah dikenali. Umumnya, muntah dan diare terjadi akibat adanya obstruksi gastrointesnial atau keberadaan benda asing, parasit usus, sensitivitas makanan, intoleransi atau alergi, penyakit ginjal dan pankreas, radang usus, infeksi bakter, racun, kanker, dan sembelit. Beragamnya penyakit dengan gejala muntah dan diare memerlukan pemeriksaan khusus oleh tenaga ahli untuk memastikan penyakit apa yang diderita kucing.

Beberapa tanda lain yang dapat dikenali sebagai ciri dari kucing sakit adalah overgrooming atau berlebihan ketika mandi dengan menjilati tubuh, hingga muncul botak pada area tertentu. Munculnya bau mulut, perubahan mood atau suasana hati secara tiba-tiba, perubahan tingkat energi (lesu atau hyperactive), penurunan berat badan, perubahan ukuran pupil mata, pernapasan terganggu, muncul kotoran berlebih pada mata dan telinga, hingga sering bersembunyi juga menjadi ciri dari kucing yang sakit. Segera hubungi dokter hewan terdekat apabila menemukan salah satu ciri tersebut pada kucing kesayangan Anda.

Kiat-Kiat Menyisir Bulu Kucing dengan Benar

Menyisir bulu kucing jadi kegiatan harian yang dilakukan oleh para pemilik anabul. Tidak hanya kucing, anjing juga perlu untuk disisir bulunya secara rutin. Meskipun terlihat santai nyatanya menyisir bulu-bulu kucing memerlukan cara yang baik dan benar.

Kenyamanan kucing bisa jadi faktor penentu keberhasilan menyisir bulu. Jika tidak nyaman, alih-alih kerapihan yang diperoleh justru bulu kucing akan mengalami kerontokan bahkan kusut. Jika sudah seperti ini, maka perlu dikoreksi bagaimana cara menyisir bulu yang dilakukan. Apakah sudah sesuai atau belum.

Memang kerontokan pada bulu kucing adalah hal yang normal terjadi, karena pertumbuhan bulu anabul memiliki siklus untuk bertumbuh, bertahan, dan berguguran untuk kemudian digantikan dengan bulu-bulu baru. Namun yang perlu dikhawatirkan ketika kerontokan sudah berlebihan hingga mengakibatkan gumpalan kusut pada bulu dan sulit untuk dilepaskan. Berikut ini adalah kiat-kiat menyisir bulu kucing dengan benar yang dapat diaplikasikan oleh para pemilik hewan.

Kiat-Kiat Menyisir Bulu Kucing

Menyisir bulu kucing perlu dilakukan secara rutin dan teratur agar kebersihan serta kesehatan kucing selalu terjaga. Menyisir bulu kucing secara teratur juga mampu meminimalisir tertelannya gumpalan bulu atau yang dikenal sebagai hairball. Selain itu, dengan menyisir bulu kucing para pemilik hewan mampu mengidentifikasi adanya kutu, cacing, atau parasit lainnya.

Pilih Sisir Sesuai dengan Jenis Bulu Kucing

Beda jenis bulu, berbeda pula sisir yang dipergunakan. Dokter hewan menyarankan untuk menggunakan sisir yang telah disesuaikan. Kucing dengan ras berbulu pendek lebih cocok menggunakan sisir dengan batang berukuran kecil dan jarak yang dekat. Sedangkan, kucing dengan ras berbulu panjang lebih cocok menggunakan sisir dengan batang berukuran besar dan berjarak lebih longgar.

Utamakan Kenyamanan Kucing

Kucing yang akan disisir bulunya perlu merasanya nyaman. Waktu yang tepat untuk menyisir yaitu ketika kucing sedang bersantai atau ketika kucing sedang mengantuk. Diwaktu-waktu tersebut biasanya kucing akan merasa lebih rileks dan tenang. Kemudian, mulai dengan membelai bulu secara perlahan dan gerakan yang lembut. Awali kegiatan menyisir bulu kucing dengan sapuan panjang, lambat, dan lembut.

Sisir Bulu Mati Kucing

Bulu-bulu mati yang telah gugur secara alami tidak selalu rontok ke lantai, ada pula bulu mati yang tetap bertahan disela-sela bulu sehat. Untuk membersihkan bulu mati, pemilik hewan dapat melakukannya dengan cara menyisir bulu kucing ke arah berlawanan dengan arah tumbuh bulu. Kemudian, dilanjutkan dengan menyisir bulu kucing ke arah yang sesuai dengan pertumbuhan bulu. Lakukan secara berulang untuk memastikan bulu mati terangkat seluruhnya.

Pisahkan Penggunaan Sisir untuk Tiap Kucing

Memisahkan sisir kucing yang satu dengan kucing yang lain penting untuk dilakukan. Hal ini dikarenakan penularan penyakit kulit pada kucing dapat terjadi melalui perantara sisir. Serta selalu jaga kebersihan sisir dan tidak lupa untuk membersihkannya secara rutin.

Mengatasi Bulu Kusut

Jika sudah terlanjur kusut, akibat kesalahan teknik menyisir bulu kucing maka Anda dapat menggunakan bagian ujung sisir untuk memisahkan kusut secara perlahan. Jangan langsung menarik gumpalan kusut secara paksa karena khawatir akan rontok di satu area dan terlihat botak. Apabila kucing meronta ketika dilakukan sesi ini, segera hentikan dan biarkan kucing hingga merasa tenang. Anda dapat melanjutkan kembali ketika kucing sudah benar-benar merasa tenang atau gunakan tips sebelumnya yaitu ketika kucing sedang mengantuk atau ketika terlelap.

Sisir Bulu Secara Rutin

Ingat, menyisir bulu kucing menjadi kegiatan harian yang sangat penting untuk dilakukan dan jangan sampai terlewatkan. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa kegiatan ini juga merupakan upaya menjaga kebersihan tubuh kucing. Dokter hewan menyarankan untuk menjadwalkan kegiatan menyisir sesuai dengan jenis bulu kucing. Bulu kucing pendek perlu disisir satu sampai dua kali sehari. Sedangkan bulu kucing panjang perlu disisir dua sampai tiga kali sehari.

4 Tipe Parasit Kucing dan Anjing

Sebagai pemilik hewan penting bagi kita untuk lebih peduli dan lebih memperhatikan kesehatan hewan peliharaan, terutama seputar parasit. Makhluk hidup satu ini dapat menganggu kesehatan hewan peliharaan secara keseluruhan. Parasit dapat hidup dan mengganggu kesehatan saluran pencernaan, jantuh, serta organ tubuh hewan lainnya.

Pencegahan parasit pada kucing dan anjing dapat dilakukan melalui layanan dokter hewan terdekat dari Pet Care, dengan menghubungi Call Center atau melalui Social Media Pet Care. Penularan parasit pada kucing dan anjing dapat terjadi tanpa kita sadari. Parasit tidak hanya ditularkan dari hewan ke hewan, tapi juga dapat terjadi penularan antara hewan dan manusia seperti pada parasit Zoonosis. Berikut ini adalah 4 tipe parasit zoonosis yang umum ditemukan pada kucing dan anjing, beserta tips untuk mencegahannya.

1. Cacing Pita

Cacing pita dapat menginfeksi manusia yang menyentuh kucing maupun anjing yang memiliki kutu. Hal ini karena siklus hidup cacing pita harus menjadi kutu sebelum berubah menjadi parasit berupa cacing. Jika manusia menyentuh hewan dengan kutu dari cacing pita kemudian makan tanpa mencuci tangan, maka kemungkinan terinfeksi sangat besar. Anak kecil yang sedang berada pada tahap sering memasukkan berbagai benda ke dalam mulutnya, menjadi pihak yang memiliki risiko paling tinggi untuk terinfeksi cacing pita.

2. Cacing Gelang

Cacing gelang hidup pada usus kucing, anjing, dan berbagai spesies satwa liar. Telur dari cacing gelang sangat kuat hingga mampu bertahan dari sinar matahari dan suhu dingin selama bertahun-tahun di dalam tanah. Telur cacing gelang akan terus bertahan dalam jangka waktu yang lama sampai menemukan manusia atau hewan untuk diinfeksi. Ketika seseorang menelan telur cacing gelang akibat dari memegang hewan peliharaan atau tanah yang terkontaminasi tanpa mencuci tangan, telur itu akan menetas di dalam usus manusia. Kemungkinan terburuk dari hidupnya cacing pita di dalam usus adalah kista.

3. Toxoplasma

Toxoplasma merupakan parasit usus yang umumnya ditemukan pada kucing. Penyebaran toxoplasma terjadi melalui media tanah yang terkontaminasi dengan daging atau kotoran hewan-hewan yang hidup di tanah. Kebersihan kotak pasir media buang air hewan peliharaan sangat perlu dijaga, untuk menghindari parasit jenis ini hidup. Manusia juga dapat tertular parasit toxoplasma karena melakukan kontak langsung dengan hewan peliharaan dan kemudian makan tanpa mencuci tangan. Seseorang yang terinfeksi parasit jenis ini akan mengalami gejala nyeri otot dan gejala-gejala lain serupa dengan gejala flu. Kemungkinan buruk dari infeksi parasit toxoplasma pada manusia adalah kerusakan otak. Hal ini terjadi melalui penularan parasit pada bayi melalui ibunya ketika hamil.

4. Cacing Tambang

Cacing tambang hidup pada usus kucing dan anjing. Penularan cacing tambang terjadi ketika mereka menyentuh tanah yang telah terkontaminasi tinja. Ketika bersentuhan, larva akan mendiami kulit dan menyebabkan rasa gatal disertai infeksi. Jika seseorang mengucek-ucek bagian mata dengan tangan kotor yang teinfeksi cacing tambang, larva dapat berpindah ke mata.

Disinilah pentingnya untuk selalu menjaga kebersihan tangan, baik itu sebelum maupun sesudah bermain dengan hewan peliharaan. Tidak hanya itu, kebersihan hewan peliharaan beserta tempat tinggalnya juga perlu dijaga demi kebaikan semua pihak. Pencegahan parasit pada kucing dan anjing dapat dilakukan melalui layanan dokter hewan terdekat dari Pet Care, dengan menghubungi Call Center atau melalui Social Media Pet Care.

Hati-Hati FLUTD Pada Kucing, Sulit Buang Air Kecil Jadi Gejalanya!

FLUTD atau Feline Lower Urinary Tract Disease merupakan gangguan kesehatan kucing yang berkaitan dengan kondisi pada kandung kemih dan uretra. Infeksi pada saluran kemih kucing dapat disebabkan oleh bakteri, jamur, parasit, dan juga virus.

Kucing yang mengalami kondisi ini umumnya akan menunjukkan tanda-tanda seperti sulit buang air kecil dan timbul rasa sakit ketika buang air kecil. Tidak hanya itu, frekuensi buang air kecil juga mengalami peningkatan. Kadangkala kemunculan darah pada urin dapat saja terjadi.

American Veterinary Medical Association menambahkan beberapa kebiasaan yang dilakukan oleh kucing dengan FLUTD. Seperti berlebihan ketika menjilati tubuhnya (overgrooming) dan buang air di luar kotak kotorannya. Kondisi seperti ini dapat terjadi pada kucing di berbagai usia. Sehingga para pemilik hewan perlu lebih waspada dan memperhatikan gaya hidup kucing. Jangan sampai mereka mengalami kelebihan berat badan, stres, atau berada pada lingkungan yang kotor.

Gejala Sulit Buang Air Kecil Pada Kucing
  • Mengejan ketika buang air kecil
  • Volume urin ketika buang air kecil sedikit
  • Terlalu sering buang air kecil
  • Menangis atau terlihat menahan rasa sakit ketika buang air kecil
  • Menjilati area genital secara berlebihan
  • Buang air kecil di luar kotak pasir
  • Terdapat darah dalam urin
Diagnosis FLUTD

Penyakit ini memiliki banyak penyebab, sehingga sulit untuk mendiagnosisnya. Melalui catatan gejala-gejala yang timbul pada kucing, dokter hewan akan melakukan pemeriksaan fisik. Mulai dari pemeriksaan urinalisis untuk menilai kadar pH urin, konsentrasi urin, dan mendeteksi ada atau tidaknya kristal, pendarahan, pendarahan, hingga infeksi dalam urin.

Jika penyebab belum juga ditemukan setelah dilakukannya rangkaian pemeriksaan tersebut, maka dokter hewan akan melakukan tes lain seperti kultur urin, rontgen, pemeriksaan darah, dan tes urin tambahan. Upaya pemeriksaan dan diagnosis ini dapat dilakukan melalui layanan dokter hewan terdekat dari Pet Care, dengan menghubungi Call Center atau melalui Social Media Pet Care.

Pengobatan kucing dengan FLUTD menurut Pet MD disesuaikan dengan diagnosis dokter sebelumnya. Kemudian disandingkan dengan beberapa perawatan umum, seperti meningkatkan konsumsi air, mengubah jenis makanan dari dry food atau makanan kering ke wet food atau makanan basah, dan menjalankan program penurunan berat badan apabila diperlukan. Jika kucing masih melakukan kebiasaan buang air di luar kotak pasirnya, maka berikan beberapa pilihan kotak pasir dan selalu arahkan kucing untuk buang air di tempat yang seharusnya.

Mengapa Kucing Menjulurkan Lidah Terus-Menerus?

Pada dasarnya, menjulurkan lidah adalah kegiatan normal yang dilakukan oleh kucing. Ketika menjulurkan lidah kucing dapat merasakan makanan dan minumannya. Selain itu, ketika tidur atau membersihkan tubuhnya kucing juga kerap menjulurkan lidah. 

Namun, menjulurkan lidah ini dikatakan normal apabila hanya dilakukan sesekali. Bukan dalam jangka waktu lama dan terus-menerus. Jika kucing terus-menerus mengeluarkan lidahnya seperti anjing kemungkinan terdapat masalah dengan kesehatan mereka.

Melansir laman Hills Pet, masalah kesehatan yang berkaitan dengan kebiasaan menjulurkan lidah tidak normal adalah adanya infeksi pada saluran pernapasan. Sehingga, ketika bernapas kucing akan merasa terengah-engah lalu menjulurkan lidahnya. 

Dokter Hewan Justine A. Lee dari Pet Health Network mengungkapkan beberapa gangguan kesehatan lain yang  mungkin saja terjadi pada kucing dengan kebiasaan mengeluarkan lidahnya dalam waktu yang lama. Diantaranya yaitu penyakit gigi, gagal ginjal, keracunan, luka, atau goresan. 

Gejala Dari Suatu Penyakit

Kucing dengan kebiasaan menjulurkan lidah disertai terengah-engah karena kesulitan bernapas (disapnea) dapat disebabkan oleh suhu tubuh tinggi, ketakutan, dan stres. Terdapat beberapa penyebab lain yang mungkin saja terjadi selain hal-hal tersebut, seperti anemia, penyakit jantung, ketidakseimbangan hormon, gangguan endokrin, dan lainnya. 

Begitu banyak kemungkinan masalah kesehatan yang terjadi ketika kucing sering menjulurkan lidahnya. Sehingga, untuk memastikan penyebabnya para pemilik hewan perlu mengunjungi dokter hewan untuk memperoleh penanganan yang tepat. Layanan dokter hewan terdekat dari Pet-Care dapat membantu para pemilik hewan untuk memeriksakan kondisi kesehatan kucing dengan gejala menjulurkan lidah. 

Pemeriksaan, konsultasi, dan pengobatan dengan layanan dokter hewan terdekat Pet-Care dapat Anda peroleh dengan menghubungi Call Center atau melalui media sosial Pet-Care. Anda tidak perlu khawatir karena tenaga kesehatan dari Pet-Care telah bersertifikasi dan berpengalaman.

Hospital Veterinari menyarankan beberapa pertolongan pertama yang dapat dilakukan oleh para pemilik hewan ketika menemukan kucing mereka terus-menerus menjulurkan lidahnya. Pertama, pastikan agar kucing memperoleh asupan cairan yang cukup agar terus terhidrasi dengan baik. Kedua, awasi kucing agar tidak menelan zat-zat beracun dan selalu perhatikan makanannya. Ketiga, kontrol selalu berat badan kucing. Terakhir, pastikan untuk melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin ke dokter hewan terdekat. 

Bulu Kucing Mudah Rontok? Simak Cara Ampuh Mengatasinya!

Apakah kucing kesayangan Anda mengalami kerontokan bulu secara terus-menerus, terlalu banyak, bahkan terlihat tidak normal? Sebenarnya banyak sekali faktor-faktor yang mempengaruhi kekuatan bulu kucing.

Umumnya, kerontokan ini disebabkan oleh alergi, parasit seperti kutu atau tungau, infeksi jamur, stres hingga kecemasan berlebih. Namun kerontokan pada bulu-bulu kucing juga dapat sebabkan oleh faktor langka yang berkaitan dengan genetika, sistem kekebalan tubuh, dan masalah kesehatan.

Untuk mengetahui penyebab pasti mengapa bulu kucing peliharaan Anda mengalami kerontokan parah sebaiknya mintalah bantuan dokter hewan. Pet-Care menyediakan layanan dokter hewan terdekat yang dapat membantu Anda dalam melakukan pemeriksaan terkait rontoknya bulu kucing.

Anda dapat dengan mudah memperoleh layanan dokter hewan terdekat tanpa perlu keluar rumah. Cukup hubungi Call Center Pet-Care dan Anda sudah dapat terhubung dengan dokter hewan bersertifikasi juga berpengalaman.

Gejala Bulu Kucing Rontok Yang Perlu Diwaspadai
  • Kucing berlebihan ketika menjilat dan menggaruk tubuhnya
  • Bulu terlihat menipis
  • Perubahan warna kulit
  • Muncul kemerahan pada kulit
  • Kulit kucing tampak menebal
Cara Mengatasi Bulu Kucing Rontok

Penanganan secara mandiri dapat dilakukan dengan cara mengurangi grooming atau perawatan bulu kucing yang berlebihan. Namun bukan berarti tidak memandikan kucing sama sekali, kucing dengan bulu rontok tetap harus mandi secara rutin untuk menjaga kebersihan tubuhnya.

Jika kerontokan disebabkan oleh kutu, Anda dapat menggunakan obat kutu untuk mengatasinya. Selain itu, Anda juga dapat mengganti produk makanan kucing yang membantu mengatasi kerontokan bulu.

Jika penanganan mandiri tidak membuahkan hasil, segera kunjungi dokter hewan terdekat untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut.

Sebelumnya dokter hewan akan melakukan pemeriksaan secara lengkap terlebih dahulu. Mulai dari pemeriksaan darah, pemeriksaan fungsi tiroid, hingga pemeriksaan urin.

Kemudian dokter hewan akan menyarankan pengobatan yang paling cocok untuk kucing kesayangan Anda. Berikut adalah beberapa jenis pengobatan kucing dengan bulu rontok menurut Pet MD.

  • Perawatan parasitisida untuk menghilangkan parasit bulu (kutu atau tungau) yang telah diresepkan untuk kucing selama 8 minggu ke depan
  • Pengobatan topikal dengan sampo khusus atau salep
  • Pemberian antibiotik sistemik atau anti jamur
  • Resep makanan untuk 8 hingga 12 minggu ke depan, apabila rontok disebabkan oleh alergi makanan.
  • Serta pemberian obat untuk mengurangi rasa gatal dan mengubah perilaku serta gaya hidup untuk lebih memerhatikan kebersihan tempat makan minu, kotak pasir, juga mainan kucing.

Kucing Makan Terus tapi Tetap Kurus? Dokter Hewan: 6 Hal Ini Bisa Jadi Penyebabnya 

Sebagai pemilik hewan peliharaan, mengkhawatirkan bila melihat kucing kesayangan kita terlihat kurus. Padahal, pemberian pakan telah dilakukan secara rutin setiap harinya. Serta kucing nampak selalu nafsu makan dan sering mengeong untuk meminta makan.

Kucing kurus ditandai dengan kondisi fisik tulang rusuk dan tulang punggung yang timbul dan teraba dengan jelas. Juga terdapat cekungan yang dalam pada tubuh bagian pinggang.

Sering makan namun tubuh tetap kurus pada kucing bisa jadi tanda adanya penyakit. Berikut adalah 6 penyakit yang mungkin terjadi jika kucing sering makan tetapi tubuhnya tetap terlihat kurus menurut Dokter Hewan Maulana Ar Raniri Putra (ArRan).

1. Cacingan

Investasi parasit atau yang kerap disebut sebagai cacingan menyebabkan proses penyerapan nutrisi pada tubuh kucing jadi terganggu. Akibatnya kucing akan terus merasa lapar dan banyak makan, tapi tubuhnya tetap terlihat kecil tidak berisi. Maka pastikan untuk selalu memberikan kucing kesayangan Anda obat cacing secara rutin. Pemberian obat cacing pada kucing dapat dilakukan melalui layanan dokter hewan terdekat dari Pet-Care dengan menghubungi Call Center Pet-Care.

2. Diabetes Melitus

Saat ini penyakit diabetes melitus menjadi salah satu penyakit endokrin yang sedang marak terjadi. Penyebabnya tidak lain adalah karena obsesi para pemilik hewan peliharaan, khususnya kucing yang ingin hewan peliharaanya terlihat gemuk karena dianggap lebih menggemaskan.

3. Tiroid

Hyperthyroidism merupakan penyakit pada kucing yang terjadi akibat adanya gangguan pada kelenjar tiroid. Penyakit ini menyebabkan produksi hormon tiroid menjadi berlebihan. Hormon tiroid sendiri berfungsi untuk mengatur metabolisme tubuh, sehingga kucing yang mengidap tiroid metabolisme tubuhnya akan jauh lebih cepat. Inilah yang mengakibatkan kucing terus merasa kelaparan namun tubuhnya tetap kurus. Selain tubuh yang terlihat kurus, tiroid juga ditandai dengan kucing yang hiperaktif dan jantung berdebar lebih kencang.

4. Kanker

Kanker pada kucing seringkali sulit untuk didiagnosa, khususnya pada kanker stadium awal. Hal ini terjadi akibat perilaku kucing yang sangat ahli dalam menyembunyikan rasa sakit. Gejala utama yang seringkali terlihat pada kucing dengan kanker adalah tubuhnya yang semakin lama semakin kurus.

5. Kesalahan Pemberian Makanan

Pemberian makanan yang kurang tepat dapat menjadi penyebab kucing menjadi kurus dan terus merasa lapar. Hal ini terjadi karena ketidakseimbangan nutrisi dalam tubuh. Sehingga nutrisi yang diserap oleh tubuh kucing dari makanannya hanya sedikit. Maka pemilik hewan perlu memperhatikan bagaimana komponen nutrisi utama dan komposisi yang seimbang pada makanan kucing.

6. Kucing Tua

Tubuh kurus menjadi hal yang umum terjadi pada kucing tua karena tubuhnya mengalami penyusutan massa otot. Namun, hal ini dapat diatasi dengan pemberian makanan yang sesuai dengan usia kucing.

Penyebab Lain dari Kucing Kurus

Berikut adalah penyakit lain yang menjadi penyebab kucing kurus dilansir dari laman Pets Web MD.

  • Kecemasan, stres, atau depresi yang diakibatkan oleh kebisingan lingkungan sekitar atau tempat tinggal kucing yang kotor.
  • Penyakit kencing manis yang disebabkan oleh kegagalan produksi hormon insulin.
  • Peritonis menular atau FIP.
  • Masalah pencernaan yang ditandai dengan gejala diare, nafsu makan berkurang, atau muntah-muntah.
  • Gagal ginjal.
  • Tumor jinak.
  • Sakit gigi dan mulut, atau radang gusi yang ditandai dengan keluarnya air liur secara terus-menerus dari mulut kucing.
Penanganan Kucing Kurus

Apabila kondisi berat badan kucing semakin mengkhawatirkan sebaiknya periksakan kucing kesayangan Anda pada dokter hewan terdekat. Biasanya setelah pemeriksaan awal akan dilakukan pemeriksaan lanjutan seperti tes sampel darah, urin, feses, hingga rontgen bila diperlukan.

Pemeriksaan tersebut dapat dilakukan melalui layanan dokter hewan terdekat dari Pet-Care. Anda dapat menghubungi Call Center Pet-Care untuk kemudian terhubung langsung dengan dokter hewan terdekat tanpa perlu keluar rumah. Tidak perlu khawatir, dokter hewan Pet-Care telah bersertifikat serta berpengalaman.

Bola Mata Kucing Membesar? Segera Tangani Agar Terhindar dari Kebutaan

Glaukoma merupakan suatu kondisi dimana terjadi peningkatan cairan di dalam bola mata kucing. Sehingga bola mata kucing terlihat membesar di satu sisi. Keluhan bola mata membesar di satu sisi yang disertai dengan kornea mata terlihat keruh, menandakan terjadinya peningkatan tekanan bola mata. 

Glaukoma juga dapat menimbulkan rasa sakit dan tidak nyaman pada kucing. Kucing dengan diagnosa Glaukoma biasanya akan terlihat lebih banyak diam dan tidak nyaman ketika area bola matanya disentuh. Konsultasi pengobatan Glaukoma dapat dilakukan melalui layanan dokter hewan terdekat dari Pet-Care dengan menghubungi Call Center atau mengunjungi laman media sosial Instagram Pet-Care.

Sebagai upaya antisipasi dan pencegahan, berikut adalah penyebab, gejala-gejala, dan pengobatan Glaukoma pada kucing yang telah Pet-Care rangkumkan untuk para pemilik hewan peliharaan.

Penyebab Glaukoma pada Kucing

Hills Pet memaparkan bahwa penyebab Glaukoma pada kucing terbagi menjadi dua, yaitu Glaukoma Primer dan Glaukoma Sekunder. Glaukoma Primer disebabkan oleh ketidakmampuan mata kucing dalam mengalirkan cairan, sedangkan Glaukoma Sekunder disebabkan oleh adanya suatu penyakit yang menghalangi aliran normal cairan pada mata. 

Selain itu, terdapat juga beberapa penyakit yang menyebabkan Glaukoma pada kucing. Diantaranya yaitu neoplasia (pertumbuhan jaringan tidak normal), uveitis anterior (peradangan bagian depan mata), dan pendarahan pada mata bagian dalam yang disebabkan oleh tekanan darah tinggi atau trauma tertentu. 

Konsultasi pengobatan Glaukoma dapat dilakukan melalui layanan dokter hewan terdekat dari Pet-Care dengan menghubungi Call Center atau mengunjungi laman media sosial Instagram Pet-Care.

Gejala Glaukoma pada Kucing

Dilansir melalui laman Pets Web MD, berikut adalah gejala-gejala Glaukoma pada kucing yang dapat dikenali oleh para pemilik hewan.

  • Nyeri di sekitar mata
  • Pupil melebar, tidak bergerak, atau bergerak lambat
  • Kemerahan di bagian putih mata
  • Pembengkakan dan perubahan warna pada kornea
  • Bola mata membesar 

Apabila menemukan gejala-gejala tersebut pada kucing kesayangan Anda, segera hubungi dokter hewan terdekat untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut. Pet-Care menghadirkan layanan dokter hewan terdekat yang datang langsung ke rumah atau ke lokasi Anda. Cukup dengan menghubungi Call Center Pet-Care, Anda sudah dapat terhubung dengan dokter hewan terdekat tanpa perlu repot keluar rumah. 

Kadangkala sulit untuk mendeteksi kucing terkena Glaukoma atau tidak. Hal ini dikarenakan perkembangan kondisi Glaukoma terjadi dalam jangka waktu yang lama, hitungan bulan bahkan lebih. Sulitnya mendeteksi penyakit ini juga dipengaruhi oleh perilaku kucing yang tetap berperilaku normal meskipun matanya tidak nyaman. 

Namun, pada kasus Glaukoma yang berkaitan dengan uveitis atau radang mata akan lebih mudah terdeteksi. Hal ini dikarenakan kucing mungkin akan menunjukkan tanda-tanda kesakitan, berbeda dengan Glaukoma pada umumnya. 

Pengobatan Glaukoma pada Kucing

Menurut Dokter Hewan Tammy Hunter dan Dokter Hewan Cherly Yuill, penanganan Glaukoma pada kucing perlu dilakukan dengan cara mengurangi cairan pada bola mata sesegera mungkin. Hal ini bertujuan agar risiko kerusakan permanen atau kebutaan dapat dihindari. Namun pada kondisi Glaukoma lebih parah kemungkinan dokter hewan akan melakukan pembedahan dan pengangkatan mata. 

Biasanya, dokter hewan akan meresepkan Analgesik untuk mengurangi rasa sakit dan tidak nyaman pasca perawatan medis. Juga obat-obatan lain yang berguna untuk mengurangi produksi cairan pada mata. Konsultasi pengobatan Glaukoma dapat dilakukan melalui layanan dokter hewan terdekat dari Pet-Care dengan menghubungi Call Center atau mengunjungi laman media sosial Instagram Pet-Care.