Tag: kesehatan kucing

Viral Kucing Berotot, Ini Kata Dokter Hewan dan Sains!

Baru-baru ini, viral video kucing berotot melalui media sosial Tiktok. Mungkin Petlovers sekalian juga melihatnya di FYP (For Your Page). Video ini diunggah oleh pengguna Tiktok dengan nama akun @meowbutler.

Dalam video tersebut, terlihat seekor kucing kecil dengan bulu berwarna orange. Namun, postur tubuh kucing ini terlihat tidak umum dengan otot-otot tangan dan kakinya yang terlihat besar seperti binaragawan.

Reaksi para penonton pun beragam, banyak dari mereka yang terheran-heran. Namun tidak sedikit juga yang merasa khawatir dengan kesehatan kucing dalam video tersebut dan menyarankan untuk melakukan pemeriksaan ke dokter hewan.

Pemeriksaan hewan peliharaan kesayangan dapat dengan mudah dilakukan tanpa harus keluar rumah. Cukup hubungi Call Center Pet-Care, Petlovers dapat terhubung dengan dokter hewan terdekat.

Petlovers tidak perlu khawatir karena layanan Pet-Care panggil dokter hewan kerumah menghadirkan para dokter hewan dengan sertifikasi lengkap dan berpengalaman.

Kata Dokter Hewan tentang Kucing Berotot

Dokter Hewan Maulana Ar Raniri Putra (ArRan), mengungkap salah satu kemungkinan alasan dibalik kondisi kucing berotot. Menurutnya, kucing tersebut mengidap Myostatin-related Muscle Hypertrophy yakni suatu kelainan yang membuat otot kucing membesar. Kelainan ini terjadi karena faktor genetik yang menyebabkan otot kucing berkembang secara berlebihan.

Namun, kemungkinan lain yang mengakibatkan penampilan kucing terlihat berotot adalah adanya penumpukan cairan atau lemak pada kulit. Untuk memastikan diagnosa dokter hewan, kucing dengan kondisi seperti ini memerlukan pemeriksaan lebih lanjut.

Tanpa melakukan usaha apapun, kucing dengan kondisi seperti ini memiliki massa otot yang lebih besar. Dilansir melalui laman Purina, kondisi ini disebut juga sebagai hipertrofi otot yang berkaitan dengan protein myostatin.

Kekurangan protein myostatin mengakibatkan terjadinya mutasi gen. Protein myostatin bekerja untuk menghambat pertumbuhan sel otot. Jika protein myostatin kurang, maka massa otot-oto pada tubuh hewan akan bertumpuk dalam jumlah yang ekstrim.

Sudut Pandang Sains tentang Kucing Berotot

Sains melihat kondisi hewan dengan kelainan seperti ini bukan kondisi yang baik. Terutama jika kelainan ini terjadi pada hewan-hewan yang membutuhkan kecepatan dan kelincahan untuk bertahan hidup dan berkembang biak.

Organisasi Nasional Gangguan Langka mengungkap kondisi hewan seperti ini juga menjadikan tubuh mereka memiliki jumlah massa otot dua kali lebih besar, namun kekurangan lemak tubuh. Kelainan ini akan normal-normal saja apabila tidak menimbulkan masalah pada kesehatan hewan.

Tidak hanya pada kucing, sebuah studi tahun 2016 yang diterbitkan di Scientific Reports menunjukkan otot ganda seperti demikian juga berhasil diaplikasikan pada tikus, kambing, babi, dan sapi.

Pentingnya Pemeriksaan Rutin Anabul ke Dokter Hewan

Pemeriksaan anabul ke dokter hewan, baik itu anjing maupun kucing perlu dilakukan secara rutin. Selain menjaga kesehatan para anabul agar tetap prima, pemeriksaan rutin anabul dilakukan untuk mencegah anjing atau kucing kesayangan Anda dari penyakit dan virus berbahaya.

Melansir laman Purina, pemeriksaan kesehatan anjing dan kucing secara menyeluruh ke dokter hewan sebaiknya dilakukan setiap tahun. Kebiasaan rutin ini akan mempermudah dokter hewan menemukan masalah kesehatan pada tubuh hewan. 

Tidak hanya pemeriksaan kesehatan secara menyeluruh, vaksinasi anjing dan kucing juga perlu dijaga setiap tahunnya. Hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa vaksin tetap bekerja secara efektif melawan virus. Hewan peliharaan yang melakukan pemeriksaan vaksin secara rutin akan jauh lebih sehat, karena kemungkinan tertular virus atau penyakit berbahaya menjadi lebih sedikit. 

Idealnya, dokter hewan perlu melakukan pemeriksaan terhadap anjing peliharaan setahun sekali. Namun intensitas ini akan bertambah seiring dengan pertambahan usia hewan atau jika hewan peliharaan memiliki kebutuhan atau perawatan khusus. 

Pet-Care menghadiran layanan panggil dokter hewan ke rumah untuk mempermudah Anda melakukan pemeriksaan kesehatan rutin hewan peliharaan. Tidak perlu repot keluar rumah, hanya dengan menghubungi Call Center Pet-Care Anda dapat terhubung dengan dokter hewan terdekat.

Jenis Pemeriksaan Berdasarkan Usia Anabul

Dokter Hewan Susan Barrett dari Ohio State University College of Veterinary mengungkapkan bahwa pemeriksaan anjing atau kucing dibedakan berdasarkan usianya. Dimulai dari kitten (anak kucing) dan puppy (anak anjing). Mereka perlu melakukan pemeriksaan mulai dari lahir hingga usia 1 tahun. Pemeriksaan kesehatan pada usia ini biasanya meliputi kelengkapan vaksin, tes indikasi virus, juga konsumsi obat cacing dan kutu.

Kemudian, ketika anjing atau kucing menginjak usia 7 sampai 10 tahun pemeriksaan yang direkomendasikan dokter yaitu pemeriksaan fisik secara menyeluruh dari kepala hingga ekor. Pemeriksaan indikasi adanya cacing hati juga dilakukan dengan mengambil sampel darah hewan. Serta melakukan vaksin booster rabies dan vaksin pencegahan beberapa jenis penyakit.

Pada anjing atau kucing yang berusia diatas 10 tahun, pemeriksaan yang dilakukan oleh dokter hewan tidak hanya pemeriksaan fisik secara menyeluruh saja. Tetapi juga menindaklanjuti penyakit-penyakit tertentu yang muncul karena penurunan kinerja seiring bertambahnya usia, seperti penyakit ginjal atau radang sendi. 

Pet-Care menghadirkan layanan panggil dokter hewan ke rumah untuk mempermudah Anda melakukan pemeriksaan kesehatan rutin terhadap hewan peliharaan. Tidak perlu repot keluar rumah, hanya dengan menghubungi Call Center Pet-Care Anda dapat terhubung dengan dokter hewan terdekat

Mengapa Kucing Sering Melakukan Peregangan? Ini Alasannya

Dalam kesehariannya, kucing kerap kali melakukan peregangan atau stretching. Kebiasaan ini termasuk ke dalam salah satu dari sekian banyak bahasa tubuh kucing. Bahasa tubuh ini digunakan kucing untuk berkomunikasi dengan manusia atau sesama kucing.

Melansir laman Wonderpolis, ketika kucing melakukan peregangan artinya ia sedang merasa nyaman dan santai. Seorang Ahli Anatomi dari Royal Veterinary College London menjelaskan alasan kucing melakukan kebiasaan tersebut. Menurutnya, itu merupakan sebuah tanda kesiapan bereproduksi yang diberikan oleh kucing betina kepada kucing jantan.

Selain itu, kucing juga melakukan peregangan untuk memperoleh banyak manfaat kesehatan tubuh. Diantaranya yaitu bermanfaat untuk meredakan otot yang kaku, melancarkan aliran darah, hingga persiapan memaksimalkan kelincahan tubuh sebelum menerkam mangsa, berlari dan melompat.

Manfaat Peregangan Bagi Kesehatan Kucing

Seorang Psikolog Klinis dari University of Arizona, Rubin Naiman mengungkap bahwa secara alami kucing tidur selama 12 hingga 16 jam setiap hari. Artinya, waktu tidur kucing dua kali lebih banyak daripada waktu tidur manusia.

Ketika bangun dari tidur, kucing sangat membutuhkan peregangan. Hal ini karena selama tidur otot-otot kucing mengalami kekakuan yang berakibat pada kurang lancarnya sirkulasi darah dalam tubuh mereka.

Sehingga, ketika kucing melakukan peregangan otot yang kaku akan mengembalikan kelenturannya dan sirkulasi darah dalam tubuh menjadi lebih lancar. Maka tubuh kucing kembali pada kondisi semula sebelum tidur.

Selama kucing meregangkan tubuhnya, otot-otot tubuh bergerak. Hal ini membuat racun dalam tubuh kucing, seperti asam laktat dan karbon dioksida yang terkumpul selama tidur akan ikut keluar bersamaan dengan melancarnya sirkulasi darah dan getah bening.

Kebiasaan meregangkan tubuh seperti ini ternyata tidak hanya dilakukan oleh kucing, hewan lain seperti anjing, zebra, dan kelinci terkadang juga melakukan hal serupa.

Untuk selalu menjaga kesehatan kucing dalam kondisi yang prima, layanan Pet-Care panggil dokter hewan ke rumah dapat menjadi solusi. Hanya dengan menghubungi Call Center Pet-Care, Anda dapat terhubung langsung dengan dokter hewan terdekat tanpa perlu repot keluar rumah.

Tidak perlu khawatir, dokter hewan Pet-Care telah memiliki sertifikasi lengkap dan berpengalaman.

Anabul Terlambat Vaksin Booster, Harus Bagaimana?

Rangkaian vaksinasi perlu dilakukan sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan oleh dokter hewan. Namun, kesibukan sehari-hari yang dilakukan oleh para pemilik hewan mungkin saja membuat jadwal vaksinasi terlupa.

Selain itu, rangkaian vaksinasi anabul mungkin saja terlambat karena kesulitan untuk membawanya keluar rumah. Kesulitan lain dialami para pemilik hewan ketika menyesuaikan jadwal dengan dokter hewan langganan.

Kondisi pandemi beberapa tahun terakhir juga memengaruhi rangkaian vaksinasi anabul mengalami keterlambatan karena protokol kesehatan yang harus dipatuhi. Lalu apa yang harus dilakukan jika anabul terlambat mendapatkan vaksin booster? Simak penjelasan berikut ini.

Bagaimana jika anabul terlambat vaksin booster?

Saran diberikan pada laman Afford Pet Care. Bila anak anjing atau anak kucing terlambat mendapat suntikan vaksin booster, maka sistem kekebalan tubuh yang sebelumnya terbangun karena vaksin awal tidak akan aktif lagi. Hal ini mengakibatkan respon sistem kekebalan tubuh anjing atau kucing pada vaksin booster menjadi lebih sedikit. 

Dokter hewan akan memberikan tindakan sesuai dengan memperhitungkan seberapa terlambat anjing atau kucing dari waktu vaksinasi booster seharusnya. Jika terlambat lebih dari 3 sampai 4 minggu, anjing atau kucing akan diberikan dua vaksin dalam jarak waktu 2 sampai 3 minggu.

Jika keterlambatan terjadi lebih lama, dokter hewan mungkin akan menyarankan anjing atau kucing mengulang rangkaian vaksinasi dari awal. Hal ini perlu dilakukan untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh anjing atau kucing terhadap penyakit. 

Untuk memastikan anjing atau kucing mendapat penanganan terlambat vaksin booster dengan tepat sesuai dengan usia dan kondisi kekebalan tubuh, sebaiknya konsultasikan langsung kepada dokter hewan. Pet-Care dapat membantu permasalahan anabul terlambat mendapatkan vaksinasi booster melalui layanan dokter hewan ke rumah atau vaksinasi anjing dan kucing di rumah.

Tidak perlu repot keluar rumah, serta meminimalisir interaksi anjing atau kucing dengan hewan lain selama belum mendapat vaksinasi lengkap. Hanya dengan menghubungi Call Center Pet-Care atau melalui Aplikasi Pet-Care, dokter hewan dari Pet-Care dapat membantu langsung ke lokasi Anda.

Apa Penyebab Kucing Menekan Kepala?

Mungkin Anda pernah melihat kucing menekan kepalanya ke dinding, benda-benda keras lain, atau menekan kepala dengan tangannya sendiri. Ternyata kebiasaan menekan kepala ini tidak hanya dilakukan kucing, tetapi juga terjadi pada anjing, kuda, kambing, hingga sapi. 

Kebiasaan menekan kepala ini disebut sebagai head pressing. Kebiasaan ini dapat menjadi pertanda bahwa terdapat penyakit-penyakit tertentu pada tubuh kucing. Terutama sakit di bagian kepala. Simak penyebab penjelasan berikut!

Penyebab Head Pressing pada Kucing

Melansir laman Pet MD, banyak alasan mengapa kucing menekan kepala (head pressing). Salah satu kemungkinan penyebab kucing menekan kepala yakni adanya gangguan metabolisme. 

Gangguan metabolisme pada kucing dapat terjadi karena berbagai hal, diantaranya yaitu:

  • Terlalu banyak atau terlalu sedikit natrium dalam plasma darah di tubuh kucing.
  • Terdapat tumor primer (terletak di otak) atau tumor sekunder (terletak di bagian tubuh lain).
  • Terjadi infeksi pada sistem saraf, seperti rabies atau infeksi jamur.
  • Trauma kepala akibat kecelakaan mobil atau terpapar racun seperti timbal.

Dokter Hewan Maulana Ar Raniri Putra (ArRan) turut mengungkap penyebab dari kebiasaan head pressing atau menekan kepala pada beberapa hewan melalui laman media sosial Tiktok miliknya. Menurutnya, kebiasaan menekan kepala atau head pressing berkaitan dengan gejala penyakit neurologi atau sistem saraf. 

Kebiasaan ini muncul karena terdapat rasa sakit atau nyeri di kepala bagian depan. Selain itu, kebiasaan menekan kepala juga berkaitan dengan tumor, peradangan otak, keracunan timbal, serta gangguan liver.

Kebiasaan head pressing atau menekan kepala tidak selalu dilakukan pada tembok atau bidang tegak yang keras. Head pressing juga terjadi dengan cara kucing menekan kepalanya ke arah lantai atau menekan kepalanya ke arah tangan seperti menunduk.

Penanganan Head Pressing pada Kucing

Apabila kucing peliharaan Anda memiliki kebiasaan menekan kepalanya, segera hubungi dokter hewan terdekat untuk mengetahui penyebab utama rasa sakit atau nyeri pada kepala kucing

Dokter hewan akan melakukan pemeriksaan fundus pada retina dan struktur lain di belakang mata kucing untuk menemukan gangguan di otak, penyakit menular, atau inflamasi. 

Pemeriksaan lain yang dilakukan dokter hewan untuk menemukan penyebab utama head pressing atau menekan kepala adalah dengan mengukur tekanan darah dan pemindaian otak computed tomography (CT) atau magnetic resonance imaging (MRI).

Layanan Pet-Care panggil dokter hewan ke rumah dapat membantu Anda untuk melakukan pemeriksaan kucing dengan kebiasaan menekan kepala. 

Tidak perlu keluar rumah, pelayanan dokter hewan Pet-Care dilakukan dengan mendatangi lokasi Anda. Cukup dengan menghubungi Call Center Pet-Care atau melalui Aplikasi Pet-Care.

Jangan Asal, Begini Penanganan Infeksi Telinga pada Kucing

Mendapati kucing kesayangan sedang menggaruk telinga secara terus-menerus memang mengkhawatirkan. Kebiasaan ini bisa muncul karena kucing mengalami infeksi pada telinga. 

Infeksi telinga bukan tergolong ke dalam penyakit umum yang dialami kucing. Namun, bukan tidak mungkin kucing atau anak kucing tertular infeksi telinga karena berada di satu ruangan yang sama. 

Mengutip laman Daily Paw, infeksi telinga pada kucing terjadi akibat tungau telinga yang menular antara hewan satu ke hewan lainnya. Tungau telinga ini hidup di saluran telinga kucing dan menimbulkan rasa gatal. 

Sehingga, ketika kucing mengalami infeksi telinga ia akan terus-menerus menggaruk telinganya. Apabila dibiarkan, peradangan dapat terjadi di bekas garukan kucing.

Selain itu, infeksi telinga pada kucing dapat terjadi akibat efek samping dari alergi makanan atau lingkungan sekitar. Alergi makanan yang umum terjadi pada kucing adalah alergi sumber protein, seperti ayam, sapi, atau kalkun. Sedangkan alergi lingkungan sekitar biasanya disebabkan oleh debu atau perubahan musim. 

Daily Paw juga mengungkapkan gejala lain yang muncul apabila kucing mengalami infeksi telinga selain kebiasaan menggaruk. Kulit di area telinga kucing terlihat memerah dan terdapat kotoran berwarna hitam, coklat, kuning, atau hijau. 

Apabila Anda menemukan gejala-gejala tersebut pada kucing kesayangan Anda, segera hubungi dokter hewan terdekat. Agar lebih mudah, Anda dapat menggunakan layanan Pet-Care panggil dokter hewan ke rumah dengan menghubungi Call Center Pet-Care atau melalui aplikasi Pet-Care.

Penanganan Infeksi Telinga pada Kucing

Kucing yang mengalami infeksi pada telinganya tidak dapat diberikan obat sembarangan. Hal ini karena infeksi telinga pada kucing memerlukan jenis pengobatan yang tepat. 

Pengobatan dengan obat tetes telinga saja tidak cukup. Kucing harus melakukan pemeriksaan untuk memastikan gendang telinga dalam keadaan utuh dan tidak mengalami masalah. 

Pemberian obat sembarang dapat meningkatkan risiko gendang telinga kucing pecah hingga kehilangan kemampuan mendengar. 

Langkah paling tepat untuk menangani infeksi telinga pada kucing adalah segera berikan kucing perawatan dokter hewan. Jika dibiarkan terlalu lama, infeksi telinga pada kucing dapat menyebar ke bagian dalam telinga dan menimbulkan jaringan parut, serta penyempitan saluran telinga. 

Melalui perawatan dokter hewan yang tepat, kucing yang mengalami infeksi pada telinga akan diresepkan obat topikal. Namun, infeksi telinga kucing pada kondisi yang lebih parah akan diresepkan obat oral. 

Apabila Anda membutuhkan obat untuk mengatasi infeksi pada telinga pada kucing segera hubungi dokter hewan terdekat. Agar lebih mudah, Anda dapat menggunakan layanan Pet-Care panggil dokter hewan ke rumah dengan menghubungi Call Center Pet-Care atau melalui aplikasi Pet-Care.

Perawatan yang tepat akan memberikan kesembuhan pada kucing dalam hitungan hari. Maksimal waktu penyembuhan infeksi telinga pada kucing berjalan selama 2 minggu.

Pencegahan Infeksi Telinga pada Kucing

Sebagai upaya pencegahan, Pet MD memberikan langkah-langkah membersihkan telinga kucing. Pertama, basahi bola kapas dengan pembersih telinga. Kedua, oleskan bola kapas ke pangkal telinga dan lipat penutup telinga ke atas menggunakan bola kapas. Ketiga, pijat bagian bawah telinga kucing lalu biarkan kucing menggelengkan kepalanya. Lakukan kegiatan ini secara rutin agar telinga kucing selalu terjaga kebersihannya.

Dokter Hewan: Diabetes Bisa Terjadi pada Anjing dan Kucing

Diabetes tidak hanya terjadi pada manusia. Hewan peliharaan seperti anjing dan kucing juga dapat menderita penyakit diabetes. 

Diabetes pada anjing dan kucing memerlukan penanganan yang tepat. Tanpa penanganan yang tepat, diabetes pada anjing dan kucing dapat menyebabkan kematian. 

Melalui laman media sosial Tiktok, Dokter Hewan Maulana Ar Raniri Putra (ArRan) memberikan edukasi seputar diabetes melitus yang dapat menyerang anjing dan kucing.  

Diabetes pada anjing dan kucing mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Hal ini disebabkan karena semakin banyak kucing yang mengalami obesitas. 

Dokter Maulana mengingatkan, walaupun anjing dan kucing dengan penampilan gembul terlihat lucu dan menggemaskan tetapi kondisi ini membahayakan hewan peliharaan. Bahaya obesitas pada hewan peliharaan serupa dengan bahaya obesitas pada manusia.

Selain menyebabkan gangguan pada jantung dan persendian. Obesitas juga merupakan penyebab utama diabetes melitus pada anjing dan kucing.

Gejala Diabetes Anjing dan Kucing

Melansir laman Pet MD, gejala dari diabetes melitus yang paling umum terjadi pada anjing maupun kucing diantaranya yaitu:

  • Peningkatan rasa haus
  • Peningkatan frekuensi dan volume buang air kecil
  • Buang air kecil di luar kotak kotoran
  • Nafsu makan meningkat
  • Penurunan berat badan disaat nafsu makan meningkat
  • Muntah
  • Otot mengecil
  • Lesu dan lemah
  • Kualitas bulu memburuk, seperti bulu berminyak atau berketombe

Upaya Pencegahan

Dokter Maulana menyarankan upaya pencegahan agar anjing dan kucing terhindar dari diabetes. Hal pertama yang dapat dilakukan adalah mengatur pola makan anjing maupun kucing kesayangan Anda.

Perhatikan juga pemberian jenis makanan pada anjing dan kucing. Usahakan tidak memberikan terlalu banyak snack atau makanan manis. 

Selain itu, pemberian nasi pada anjing dan kucing sebaiknya dihindari. Hal ini karena konsumsi nasi pada hewan peliharaan dapat memicu diabetes melitus.

Serta jangan lupa untuk selalu ajak hewan peliharaan Anda untuk rajin bergerak. 

Bila Anda menemukan tanda-tanda diabetes pada hewan peliharaan, layanan Pet-Care panggil dokter hewan ke rumah dapat membantu. Tidak perlu keluar rumah, cukup dengan menghubungi Call Center Pet-Care atau melalui Aplikasi Pet-Care pelayanan dokter hewan dapat dilakukan di rumah atau di lokasi Anda. 

Kenapa Kucing Suka Makan Rumput?

Sebagai pemilik kucing mungkin Anda seringkali mendapati hewan peliharaan sedang makan rumput di halaman rumah. Kegiatan ini membingungkan karena yang kita tahu kucing merupakan hewan karnivora atau pemakan daging. 

Para peneliti melakukan survei terhadap 1000 pemilik kucing dengan kriteria minimal menghabiskan waktu 3 jam sehari untuk bermain bersama hewan peliharaan. Hasilnya ditemukan bahwa sebagian besar pemilik kucing menganggap perilaku memakan rumput pada kucing sebagai hal umum yang biasa mereka temui sehari-hari. 

71 persen dari pemilik kucing telah melihat hewan peliharaan mereka makan rumput selama 6 kali dan 11 persen pemilik kucing lainnya tidak pernah melihat hewan peliharaan mereka makan rumput. 

Jadi apa alasan kucing makan rumput? Apakah aman bila kucing mengonsumsi rumput?

Bila Anda ingin memesan layanan dokter hewan ke rumah, cukup hubungi Call-Center Pet-Care atau melalui aplikasi Pet-Care.

3 Alasan Kenapa Kucing Suka Makan Rumput

Para peneliti belum mengetahui alasan pasti mengapa kucing suka makan rumput. Namun terdapat beberapa teori yang dipercaya sebagai alasan mengapa kucing suka makan rumput.

1. Membantu Kucing Mengatasi Sakit Perut

Ketika kucing merasakan sakit perut, ia berusaha mengatasinya dengan makan rumput. Kucing akan muntah ketika makan rumput karena kucing kekurangan enzim yang dibutuhkan untuk memecah nabati pada rumput. 

Hal tersebut yang membantu kucing membersihkan saluran pencernaan dan mengeluarkan rambut, bulu, atau tulang hewan-hewan yang telah mereka mangsa. Kegiatan serupa juga dilakukan oleh anjing.

2. Kucing Membutuhkan Asam Folat pada Rumput

Rumput mengandung asam folat yang serupa dengan kandungan susu ibu kucing. Rumput juga mengandung vitamin esensial yang membantu mengatasi masalah pencernaan, mendorong pertumbuhan sel dan membantu produksi hemoglobin pada tubuh kucing. 

Ketika kucing merasa kekurangan vitamin tersebut, maka ia akan mengonsumsi rumput. 

3. Rumput sebagai Obat Pencahar Alami bagi Kucing

Terkadang kucing mengonsumsi makanan yang sulit dicerna. Oleh karena itu, kucing makan rumput untuk membantu memudahkan makanan yang sulit dicerna agar dapat melalui saluran pencernaan dengan mudah. 

Misalnya saja pada kucing yang sering memuntahkan bola bulu atau Hairball. Jika bola bulu sulit untuk dimuntahkan, maka kucing akan mengonsumsi rumput agar bola bulu keluar melalui sistem pencernaan bersama dengan kotoran mereka.

Sehingga rumput dapat dikatakan sebagai obat pencahar alami yang mengatasi gangguan pencernaan dan meredakan sembelit pada kucing. 

Kesimpulannya, kebiasaan kucing makan rumput bukan hal buruk dan aman untuk dilakukan. Namun, seorang dokter hewan Emily Payne menyarankan untuk memberikan kucing tanaman hijau yang aman dikonsumsi seperti rumput kucing atau catnip.

Hal ini dilakukan sebagai antisipasi bahaya kucing mengalami keracunan akibat mengonsumsi rumput di luar rumah yang mungkin saja mengandung bahan kimia, seperti pestisida, herbisida, atau pupuk. 

Bila Anda ingin memeriksa kucing setelah mengonsumsi rumput liar di halaman rumah, Anda dapat memesan layanan dokter hewan ke rumah dengan menghubungi Call-Center Pet-Care atau melalui aplikasi Pet-Care.

Kucing Muntah Bulu, Apakah Normal?

Kucing merupakan salah satu hewan yang pandai menjaga kebersihan diri. Secara alami kucing akan akan menjilati tubuhnya untuk membersihkan diri.

Namun selama proses membersihkan diri, bulu kucing yang rontok bersamaan ketika ia menjilati tubuhnya akan ikut tertelan. Sebab lidah kucing memiliki duri kecil yang mampu merobek atau mencabut bulu-bulu di tubuh mereka dan tidak sengaja tertelan.

Bulu-bulu yang tertelan oleh kucing akhirnya bercampur dengan cairan pencernaan. Sebagian besar kucing dapat mencerna bulu-bulu tersebut melalui saluran pencernaannya tanpa membentuk gumpalan.

Tetapi jika saluran pencernaan kucing tidak dapat mencernanya, maka bulu-bulu yang tertelan akan tetap berada di dalam perut kucing hingga membentuk gumpalan. Gumpalan inilah yang nantinya akan dimuntahkan kucing.

Gejala yang akan muncul ketika kucing berusaha memuntahkan gumpalan bulu dari dalam tubuhnya adalah batuk seperti tersedak dan muntah-muntah. Gumpalan bulu akan keluar dalam bentuk tabung bukan bulat, karena melalui kerongkongan kucing yang sempit. 

Bila gejala lain muncul ketika kucing memuntahkan gumpalan bulu segera periksakan kucing kesayangan Petlovers dengan menghubungi layanan Pet-Care panggil dokter hewan ke rumah melalui Call-Center Pet-Care atau aplikasi Pet-Care.

Apakah kucing muntah bulu normal?

Muntah bulu pada kucing adalah hal yang normal bila terjadi hanya sesekali. Umumnya, kucing memuntahkan satu gumpalan bulu perminggu. Namun, kucing dengan jenis bulu lebat dan panjang seperti Persia atau Maine Coon secara alami akan membentuk gumpalan bulu lebih banyak.

Tidak perlu khawatir, kucing harus memuntahkannya untuk menjaga kondisi bulu di tubuh mereka agar selalu dalam kondisi baik dan mencegah gumpalan bulu menyumbat saluran pencernaan.

Pertolongan pertama yang dapat dilakukan ketika mendapati kucing Anda berusaha memuntahkan gumpalan bulunya adalah dengan memberikan banyak ruang, memastikan kucing Anda mengeluarkan seluruh gumpalan bulu, dan memastikan kucing Anda berhenti tersedak atau batuk-batuk.

Anda juga dapat membantunya dengan memberikan kucing diet makanan basah. Makanan basah yang dicerna oleh kucing dapat membantu bulu-bulu lebih mudah melewati saluran pencernaan dan tidak membentuk gumpalan. 

Muntah bulu pada kucing berbahaya jika muncul gejala-gejala berikut ini :
  • Kucing tersedak berkepanjangan, muntah-muntah tetapi tidak mengeluarkan gumpalan bulu
  • Nafsu makan kucing menurun
  • Kucing terlihat lesu
  • Kucing mengalami sembelit atau diare
  • Perut kucing bengkak atau sensitif jika disentuh

Jika muntah bulu pada kucing terjadi lebih sering atau muncul gejala-gejala tersebut maka Anda perlu memeriksakannya ke dokter hewan terdekat atau segera hubungi Call-Center Pet-Care atau aplikasi Pet-Care untuk mendapatkan layanan Pet-Care panggil dokter hewan ke rumah.

Vaksin Kucing, Kenali Apa Saja Jenisnya!

Vaksin kucing perlu dilakukan untuk mendukung kesehatan tubuhnya. Berikut serba-serbi mengenai vaksin kucing, simak yuk!

Vaksinasi penting untuk menunjang kesehatan anabul kesayangan Anda karena sistem kekebalan tubuhnya akan meningkat dan terlindungi dari berbagai virus yang membahayakan.

Tubuh anabul akan menghasilkan antibodi dan mengaktifkan sel-sel yang berfungsi mengeliminasi virus-virus.

Untuk itu, mendaftarkan anabul Anda untuk program vaksinasi pada dokter hewan Anda merupakan hal yang penting.

Anda dapat menggunakan layanan panggil dokter hewan Pet-Care ke rumah untuk membantu proses vaksinasi anabul kesayangan Anda.

Hubungi Call-Center atau unduh aplikasi Pet-Care untuk mendapatkan informasi selengkapnya.

Vaksin Kucing

Kucing biasanya memerlukan dua set vaksinasi, yakni saat kucing berusia sembilan minggu dan tiga bulan.

Setelah itu, kucing Anda juga membutuhkan vaksinasi booster secara rutin.

Anda perlu mengetahui ada apa saja jenis-jenis vaksin kucing untuk menentukan vaksin mana yang dibutuhkan untuk anabul kesayangan Anda.

Berikut jenis-jenis vaksin kucing yang wajib diberikan pada kucing Anda:

  • Vaksin Rabies

Rabies adalah penyakit infeksius yang menyerang berbagai hewan, salah satunya kucing, dan dapat menularkan manusia.

Terdapat kemungkinan bagi kucing Anda untuk terpapar rabies yang berbahaya dan berakibat fatal.

Oleh karena itu, vaksin rabies penting bagi kucing Anda setidaknya sebelum berusia 16 minggu.

  • Vaksin Feline Calicivirus (FCV)

Penyakit ini menyerang saluran dan sistem pernapasan kucing Anda.

Kucing akan mengalami beberapa gejala seperti kesulitan dalam bernapas, pembengkakan pada sistem pernapasan, hingga kematian.

Untuk menghindari risiko terkena virus ini, vaksin kucing FCV ini wajib diberikan pada anabul kesayangan Anda.

  • Vaksin Feline Rhinotracheitis (FHV-1)

Sama seperti Feline Calicivirus, penyakit ini juga menyerang saluran dan sistem pernapasan kucing.

Pada kasus tertentu, kucing dapat terjangkit pneumonia atau radang paru-paru.

Penyakit ini juga bisa kambuh sewaktu-waktu, walaupun sebelumnya sudah dinyatakan sembuh.

  • Vaksin Feline Panleucopenia (FPV)

Infeksi virus ini merupakan penyakit yang mudah sekali untuk menular.

Anak kucing berisiko tinggi terpapar virus yang membahayakan sel-sel tubuh ini, seperti sumsum tulang belakang.

Kucing yang terpapar virus ini biasanya akan mengalami penurunan nafsu makan yang tinggi.

Terdapat beberapa gejala ringan pada kucing Anda setelah divaksin, seperti rasa nyeri di tempat suntikan, reaksi alergi, hingga demam.

Apabila terdapat kelainan kondisi genetik, Anda dapat berkonsultasi dengan dokter hewan Pet-Care untuk informasi spesifik sebelum kucing Anda divaksin.

Selain itu, Pet-Care juga menyediakan layanan panggil dokter hewan ke rumah untuk membantu perawatan anabul kesayangan Anda.

Cukup dengan menghubungi Call-Center atau melalui aplikasi, dokter hewan Pet-Care siap membantu Anda!