Tag: kucing

10 Jenis-Jenis Kucing Yang Cocok Jadi Hewan Peliharaan

Kucing adalah salah satu hewan peliharaan yang paling populer dan banyak diminati di antara para pecinta hewan. Kucing dianggap sangat menggemaskan dan memiliki tingkah laku yang menghibur pemiliknya. Hewan berbulu yang satu ini juga mempunyai sifat manja bisa membuat pemiliknya terhindar dari stres.

Jika Anda termasuk seseorang yang menyayangi binatang dan berkeinginan untuk memelihara kucing, alangkah baiknya Anda mengenali dulu beberapa jenis kucing peliharaan yang cocok untuk pemula.

Berikut ulasan singkat mengenai jenis jenis kucing paling populer yang cocok jadi hewan peliharaan. Anda bisa menyesuaikan dengan karakter serta sifat hewan menggemaskan ini agar bisa hidup bersama.

10 Jenis-Jenis Kucing Peliharaan

Di Indonesia sendiri ada beragam macam ras kucing. Bukan hanya dari ras murni tapi juga bisa hasil dari persilangan. Itulah alasan mengapa Anda perlu mengetahui jenis-jenis kucing saat akan menjadikan nya kucing peliharaan. 

Kucing Domestik

Kucing kampung merupakan sebutan akrab untuk kucing domestik dan termasuk salah satu jenis kucing paling banyak ditemui di Indonesia. Jenis ini merupakan salah satu hewan yang mudah dipelihara. Tak seperti kucing lainnya, biasanya kucing kampung tidak perlu perawatan khusus seperti kucing ras lainnya. Hal ini bisa menjadi alternatif bagi kalian yang mau memelihara kucing tanpa mempersiapkan banyak keperluan.

Kucing Sphynx

Pasti kalian pernah lihat foto kucing tanpa bulu kan? Nah, itu adalah jenis kucing sphynx. Meski memiliki wajah yang terlihat garang namun aslinya kucing ini sama seperti kucing lainnya.

Sphynx bisa bersifat sedikit lebih agresif ketika menginginkan perhatian pemiliknya. Jenis kucing sphynx adalah alternatif yang paling tepat untuk kalian yang tetap mau memelihara kucing namun memiliki alergi bulu kucing.

Kucing Persia

Ras kucing paling populer di Indonesia. Kucing ini sangat cantik, menggemaskan dan tentunya memiliki kepribadian yang manis. Persia bisa kita temukan dengan mudah di rumah para pecinta kucing.

Persia mempunyai karakter yang mudah bergaul dan cukup aktif di keadaan tertentu sehingga cocok untuk dijadikan teman bermain yang bisa menghibur Anda disaat lelah maupun jenuh dengan kegiatan sehari hari.

Kucing Anggora

Bagi para pemula mungkin tidak mudah untuk membedakan antara jenis persia dan anggora, padahal dua jenis kucing ini berbeda. Ciri khas kucing anggora adalah bentuk kepalanya yang mirip segitiga, berbulu lebat seperti singa serta hidungnya yang lebih mancung dibandingkan jenis lainnya.

Kucing Scottish Fold

Populer karena memiliki karakteristik tubuh yang unik yaitu bentuk telinga yang terlipat serta bola mata yang besar. Sifatnya yang sopan dan terlihat penuh kasih sayang membuat kucing ini menjadi salah satu hewan peliharaan favorite.

Kucing Siam

Kucing Siam dibagi menjadi tiga jenis yaitu siam klasik, siam tradisional dan siam modern. Karakteristik tubuh yang dimiliki kucing ini adalah bentuk tubuh yang ramping, memiliki mata biru, punya bulu dengan titik gelap seperti bagian hidung, telinga, ekor serta kakinya.

Dari penampilannya, kucing siam bisa terlihat sangat mewah sekaligus cantik. Kucing yang satu ini memang tidak memiliki sifat manja berlebihan seperti kucing lainnya. Jadi, jangan heran jika ketika dipelihara kucing ini akan jarang duduk di pangkuan Anda.

Kucing British Shorthair

Penampilan kucing ini sangat lucu dan menggemaskan. Memiliki bulu yang berwarna keabu-abuan, tebal dan tubuh pendek. British shorthair sangat cocok dipelihara karena ia termasuk hewan rumahan. Hal ini juga menjadi keuntungan untuk pemiliknya, sebab dengan tidak keluar rumah kucing bisa terhindar dari beberapa penyakit menular dari hewan lain, tinggal bagaimana kita merawat dan menjaga kebersihannya selama berada di rumah.

Kucing American Shorthair

American shorthair adalah jenis kucing yang memiliki banyak keunikan. Kondisi american shorthair cukup kuat dan sehat, sehingga cocok untuk Anda yang mau hidup bersama untuk waktu yang lama. Anda hanya perlu sesekali melakukan pemeriksaan rutin ke dokter hewan serta vaksinasi sesuai jadwalnya. Kucing ini memiliki sifat ceria, senang bermain dan ramah sehingga bisa selalu menghibur Anda dengan tingkahnya yang menggemaskan.

Kucing Russian Blue

Berasal dari daerah pelabuhan Arkhangelsk, Rusia. Russian blue adalah hewan dengan bulu lembut, anggun dan mata hijau yang berbinar. Penampilannya sering dibilang mirip dengan Chartreux. Padahal keduanya berbeda. Kucing russian blue bisa jadi alternatif ketika Anda ingin memiliki kucing dengan bulu yang tidak mudah rontok. 

Kucing Maine Coons

Pernah lihat kucing dengan berat mencapai 15 kg? Itu adalah jenis Maine Coons. Kucing ini mempunyai penampilan yang gagah, kuat bahkan bisa bertahan di cuaca yang ekstrim. Asal usul ras maine coons adalah Amerika Utara, tepatnya di Maine. 

Maine coons cukup banyak digemari oleh berbagai kalangan karena dirasa cocok menjadi hewan peliharaan sebab sifatnya yang setia, lembut juga penyayang. Namun, jika Anda berkeinginan memelihara kucing yang satu ini diharapkan sudah memiliki pengetahuan yang cukup. 

Memilih jenis kucing yang mau dipelihara mungkin cukup mudah, tapi merawat dan menjaga kesehatannya tidaklah mudah. Butuh pengetahuan, sikap konsisten dan ketelatenan dalam memelihara hewan. Jika Anda memiliki tekad bulat untuk memelihara salah satu jenis kucing diatas, maka lengkapilah pengetahuan anda mengenai cara merawat kucing dengan membaca informasi seputar kesehatan kucing melalui social media dan website Pet Care.

Kucing Mengalami Hairball? Ini Gejala dan Cara Mengatasinya

Hairball pada kucing adalah kondisi yang cukup sering dialami oleh kucing. Seperti yang kita ketahui, kucing sering membersihkan tubuhnya dengan menjilati bulu-bulu nya. Saat kucing melakukan hal tersebut, bulu yang rontok akan ikut masuk kedalam mulut kucing. Itulah yang disebut sebagai hairball.

Pada hewan dengan bulu panjang seperti Maine Coon dan Persia akan lebih rentan mengalami hairball. Saat kondisi tertentu, hairball bisa saja membahayakan kesehatan hewan kesayangan Anda. Hal ini bisa terjadi apabila kucing tidak memuntahkan bulu yang tertelan dan menyangkut di kerongkongan karena jumlah nya sudah banyak. 

Hairball memiliki bentuk bulat namun saat melewati esofagus akan terjadi perubahan bentuk menjadi lebih pipih. Lalu, apa saja tanda ataupun gejala yang terlihat saat kucing mengalami hairball? berikut pembahasannya.

Gejala Hairball pada Kucing

Jika hairball tersangkut, sebagai pemilik hewan kesayangan tentunya Anda harus cepat tanggap mengenali gejalanya agar bisa segera diberikan penanganan yang tepat. Berikut beberapa gejala yang akan muncul ketika hewan berbulu ini mengalami hairball.

  • Sering tersedak dan muntah
  • Kucing sering batuk namun tidak ada bulu yang keluar
  • Lemas
  • Kurang nya nafsu makan

Jika Anda merasa kucing kesayangan memiliki salah satu gejala di atas, alangkah baiknya langsung konsultasikan ke dokter hewan. Gejala tersebut bisa saja menandakan hairball sudah proses masuk ke area usus yang dapat menyebabkan gangguan kesehatan terhadap kucing kesayangan kita.

Cara Mencegah dan Mengatasi Hairball

Kondisi hairball sebenarnya bisa dicegah dengan rutin menyisir rambut kucing karena hal ini membantu kucing untuk menghilangkan kotoran dan rambut mati. 

Selain rutin menyisir kucing, Anda juga bisa membawa kucing kesayangan untuk melakukan grooming dan jangan lupa untuk penuhi kebutuhan cairan dan serat pada kucing dengan memberikan makanan yang baik serta dapat menutrisi kesehatan bulu kucing.

Segitu dulu pembahasan yang bisa Anda ketahui mengenai hairball kucing. Untuk informasi lainnya seputar kesehatan hewan dan layanan dokter hewan ke rumah serta vaksinasi hewan bisa kalian temukan di social media maupun website Pet Care.

Mau Pelihara Kucing? Ini Cara Merawat Kucing untuk Pemula

Merawat kucing merupakan salah satu hal yang perlu dipelajari oleh adaptor pemula. Kucing adalah hewan peliharaan yang paling populer dan banyak diminati.

Kehadiran kucing di rumah tentu membawa kebahagiaan untuk pemiliknya. Oleh karena itu, Anda sebagai pemilik juga harus paham cara merawat kucing agar hewan berbulu ini tetap sehat.

Mengadopsi kucing bukan hanya seputar memberi makan tepat waktu dan mengajaknya bermain tapi merawat kucing juga harus memastikan hewan menggemaskan ini tidak terserang penyakit.

Sebelum mengadopsi kucing, Anda harus berkomitmen dan telaten sebab merawat kucing tidak semudah yang dibayangkan.

Lalu, gimana sih cara nya merawat hewan peliharaan yang satu ini? Berikut tips dan trik merawat kucing untuk pemula.

Cara Merawat Kucing untuk Pemula

Cek Kesehatan Pertama

Sebelum mengajak nya ke rumah, sebaiknya Anda melakukan medical check up pertama agar dapat mengetahui kondisi kesehatan kucing secara menyeluruh dan terhindar dari penyakit menular.

Komitmen dalam Memberikan Perhatian

Seperti yang sudah dibahas di awal, untuk mengadopsi kucing bukanlah hal yang mudah dan memerlukan komitmen baik dalam bentuk perhatian maupun kebutuhan kucing.

Sediakan Kotak Pasir untuk Kotorannya

Sediakan satu kotak pasir untuk satu kucing dan pilihlah pasir yang mudah menggumpal agar mudah dibersihkan. Jangan meletakan kotak pasir di tempat yang gelap dan sering dipindahkan, biasanya kucing tidak suka menggunakan kotak pasir yang berada ditempat gelap.

Berikan Makanan yang Bergizi Seimbang

Memilih makanan kucing bukan hal yang mudah, ada perlu mencobanya beberapa minggu sampai benar benar menemukan makanan yang cocok untuk hewan berbulu ini. Pastikan Anda selalu memilih makanan dengan nutrisi dan gizi yang seimbang.

Rutin Menyisir Bulu Kucing

Merawat kucing dengan rutin menyikat bulunya memiliki tujuan untuk menghilangkan kotoran, mengurangi rontok dan menghilangkan serpihan kulit mati. Lakukan secara rutin, paling tidak satu atau dua kali setiap minggunya.

Cek Kesehatan Rutin dan Vaksinasi

Perawatan kucing terakhir yang tidak boleh Anda lewatkan adalah mengecek kesehatan anabul secara rutin ke dokter hewan serta vaksinasi.

Vaksinasi akan membantu kucing membentuk antibodi yang akan menjaga kesehatan tubuh nya agar tidak mudah terserang penyakit atau virus yang ditularkan dari hewan lainnya.

Jika Anda ingin melakukan vaksinasi untuk hewan kesayangan Anda, hubungi call center Pet Care yang memiliki layanan vaksin kucing.

3 Jenis Penyakit Kucing yang Rentan Menyerang Kucing dan Gejalanya

Terdapat beberapa jenis penyakit kucing yang rentan menyerang kucing Anda mulai dari penyakit ringan sampai yang mematikan. Sebagai Cat Lovers tentu kita tidak menginginkan hal buruk tersebut terjadi.

Ketika kucing kesayangan sakit, jenis penyakit yang menyerangnya harus segera diketahui agar bisa memberikan pengobatan yang optimal. Berikut 3 jenis penyakit kucing serta gejalanya.

Kucing kesayangan Anda juga bisa sakit walaupun selalu berada di rumah dan dalam pengawasan Anda. Kesehatan kucing menurun berdasarkan beberapa faktor seperti bertambahnya usia, perubahan makanan, kondisi cuaca serta psikologis kucing.

Jenis Penyakit Kucing dan Gejalanya

Diabetes

Diabetes tidak hanya dialami manusia, kucing juga bisa menderita diabetes. Biasanya dikarenakan kekurangan hormon insulin atau adanya gangguan produksi insulin.

Selain itu, faktor lain seperti pola makan yang buruk serta kelebihan berat badan pada kucing juga menyebabkan kucing menderita diabetes.

Beberapa gejala kucing peliharaan Anda memiliki penyakit diabetes yaitu perubahan nafsu makan, peningkatan intensitas buang air kecil, kucing jadi lebih sering minum dan muncul infeksi kandung kemih.

Rabies

Rabies tidak hanya menyerang anjing saja, kucing peliharaan pun bisa terinfeksi rabies. Biasanya rabies disebabkan oleh gigitan hewan yang sudah terinfeksi. Rabies merupakan penyakit kucing yang menyerang sistem saraf pusat, otak dan sumsum tulang belakang.

Ada tiga fase saat kucing sudah terjangkit rabies. Fase pertama, ditandai dengan perubahan perilaku atau temperamen kucing. Fase kedua sebagai tahap yang berbahaya karena kucing akan menjadi lebih ganas, tidak nafsu makan sampai mengalami kejang-kejang. Tidak lama setelah melewati fase kedua, kucing rabies akan mengalami kesulitan bernapas sampai kematian.

Feline Leukemia Virus

Virus leukemia kucing menyerang sistem kekebalan tubuh. Feline leukemia virus paling rentan terhadap anak kucing yang berusia di bawah satu tahun.  Tidak hanya itu, kucing bisa terinfeksi karena kontaminasi air liur dan berbagi alat makan.

Feline Leukemia virus tidak langsung menunjukkan gejala pada awal terinfeksi. Namun, seiring dengan memburuknya kondisi kucing maka timbul beberapa tanda seperti demam, diare, muntah, penurunan berat badan, tidak nafsu makan sampai mengalami kejang-kejang.

Cara Mengobati Kucing Sakit

Pengobatan kucing sakit tidak bisa dilakukan secara sembarangan karena dapat memperburuk kondisinya. Segera hubungi dokter hewan untuk melakukan konsultasi terhadap beberapa gejala dan perubahan sikap kucing saat sakit. Anda bisa menggunakan layanan dokter hewan terdekat dari Pet Care.

Dapatkah Kucing Mengalami Gegar Otak?

Terlepas dari kemampuan kucing untuk keluar dari bahaya tanpa cedera, mereka masih rentan terhadap cedera. Ketika kucing terluka, mereka tetap membutuhkan bantuan.

Gegar otak termasuk ke dalam golongan cedera kepala. Dapatkah kucing mengalami gegar otak? Jawabannya, bisa. Dokter sekaligus asisten profesor perawatan darurat dan kritis di Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Negeri Louisiana, Ryan Smith mengatakan, “Kucing bisa mengalami cedera gegar otak”.

Victor Oppenheimer yang juga dokter dan direktur rumah sakit hewan di Ponce, Puerto Rico, menyetujui pernyataan tersebut dan mengatakan, “Kucing bisa mengalami gegar otak kapan saja,”. Bahkan cedera otak biasa terjadi pada kucing dengan kebiasaan memanjat pohon dan berjalan di tepi jalan.

Para ahli memberikan panduan untuk pemilik hewan, khususnya kucing agar lebih mengetahui tentang penyebab, gejala, dan pengobatan gegar otak pada kucing.

Penyebab Gegar Otak pada Kucing

Cedera kepala pada kucing disebabkan oleh banyak hal, tetapi menurut para ahli, faktor utamanya adalah trauma akibat benda tumpul. Penyebab trauma ini seperti jatuh dari ketinggian, tertabrak mobil, atau menabrak sesuatu dengan kecepatan tinggi. Penyebab lain yang jarang terjadi yaitu gegar otak akibat goncangan kuat seperti pada serangan anjing atau penganiayaan manusia. 

Gejala Gegar Otak pada Kucing

Gejala trauma kepala mungkin tidak sejelas gejala pada cedera lainnya. Tetapi dokter hewan sering menemukan bukti cedera kepala saat memeriksa kucing yang mengalami cedera otak. Data membuktikan bahwa 42% kucing yang mengalami trauma kepala memiliki beberapa bekas cedera di kepala dan tidak hanya satu bekas cedera. Hal ini terjadi akibat benturan-benturan yang dialami kucing dan tidak disadari oleh pemiliknya, maka sangat baik bila pemilik hewan rutin memeriksakan kesehatan kucing pada tenaga medis.

Kucing terkenal dengan kemampuan menyembunyikan penyakit dan cedera, Dokter Smith menjelaskan bahwa gejala cedera otak traumatis mungkin tidak terlihat kecuali kondisinya lebih parah. Tetapi beberapa tanda yang dapat dikenali diantaranya yaitu:

  • Kehilangan kesadaran
  • Tidak responsif
  • Kejang
  • Kesulitan berjalan
  • Muntah
Pengobatan Gegar Otak pada Kucing

Banyaknya cedera kepala yang terjadi di luar ruangan menjadi alasan lebih baik membiarkan kucing berada di dalam ruangan. Human Society AS, merekomendasikan untuk memelihara kucing di dalam ruangan, agar mereka lebih aman dan dapat hidup lebih sehat, serta terhindar dari risiko cedera otak juga bahaya lainnya.

Penanganan trauma kepala kucing seperti ini memerlukan tenaga ahli. Ketika kucing berada di tangan dokter hewan, pemeriksaan akan dilakukan untuk melihat tingkat keparahan cedera.

Cedera kepala ringan biasanya membutuhkan pengobatan suportif dan manajemen nyeri. Pemantauan kesembuhan juga biasanya disertakan selama masa pengobatan. Namun, jika cedera kepala yang terjadi lebih parah, kucing perlu menjalani pemindaian MRI atau CT.

Pengobatan dan perawatan selanjutnya akan disesuaikan dengan jenis trauma yang dialami kucing. Rekomendasi dokter hewan akan menyarankan cara terbaik untuk menangani kucing dengan trauma kepala.

Kerusakan Paru-Paru Kucing Akibat Menghirup Asap

Kucing tidak sepandai manusia untuk mengenali udara yang dihirupnya tergolong sehat atau tidak. Ketika kucing terpapar asap, mereka akan menghirupnya. Hal ini berbahaya bagi kesehatan saluran pernapasan kucing bahkan dapat mengakibatkan kerusakan pada paru-paru.

Tingkat kerusakan paru-paru akibat menghirup asap menurut Pet MD bergantung pada tingkat dan durasi paparan asap. Bahan apa yang terbakar juga mempengaruhi tingkat kerusakan paru-paru.

Tidak hanya paru-paru, jaringan tubuh lain di dalam tubuh khususnya saluran pernapasan mungkin saja mengalami cedera. Setelah menghirup karbon monoksida yang terkandung di dalam asap, distribusi oksigen ke berbagai jaringan tubuh mengalami penurunan fungsinya.

Serupa dengan menghirup racun, asap yang masuk ke saluran pernapasan dapat mengiritasi. Partikel-partikel udara beracun menempel pada saluran udara dan kantung udara kecil di paru-paru.

Sehingga ketika kucing menghirup asap, cedera paru-paru serius terjadi dengan reaksi awal penyempitan pada paru-paru, pembengkakan saluran napas, dan produksi lendir akibat peradangan pada area trakea dan bronkial. Lendir tersebut akan terakumulasi membentuk cairan di dalam paru-paru. Setelah 2 sampai 3 hari pasca terpapar asap kucing akan menunjukkan tanda disfungsi paru-paru.

Gejala Kerusakan Paru-Paru Akibat Menghirup Asap

Kerusakan paru-paru sulit dideteksi, namun dengan mengetahui gejala-gejala berikut ini diharapkan dapat mempermudah para pemilik hewan untuk mengenali kondisi mengkhawatirkan pada kucing. Ketika kerusakan paru-paru terjadi kucing akan menunjukkan beberapa reaksi, meliputi:

  • Timbul bau berasap pada tubuh kucing
  • Terdapat jelaga atau debu-debu hitam di saluran pernapasan kucing seperti hidung atau tenggorokan
  • Menunjukkan tanda tidak normal ketika bernapas, menjadi lebih cepat dan lebih dalam menghirup udara.
  • Obstruksi jalur pernapasan bagian atas akibat pembengkakan
  • Tubuh kucing berusaha beradaptasi dengan kesulitan yang dihadapi ketika bernapas
  • Muncul selaput lendir berwana merah pucat atau sianotik biru
  • Mata memerah
  • Batuk serak
  • Kebingungan
  • Pingsan
  • Muntah
Diagnosa

Sebelum diagnosa dilakukan pertolongan pertama pada kucing yang terpapar asap adalah pemberian oksigen. Diharapkan dengan memberikan oksigen, karbon monoksida di dalam tubuh dapat segera tergantikan.

Diagnosa harus dilakukan oleh tenaga ahli. Dokter hewan akan mengawali diagnosa dengan memeriksa seluruh riwayat kesehatan kucing. Sertakan juga runtutan kejadian bagaimana kucing bisa menghirup asap.

Selanjutnya, diagnostik visual akan dilakukan dengan menggunakan sinar-X atau ultrasonografi untuk melihat kemungkinan terdapat penumpukan cairan pada paru-paru kucing. Jika ada, sampel cairan ini akan diambil melalui mulut atau saluran udara kucing.

Jika pemeriksaan telah selesai dilakukan dan ditemukan kerusakan pada jaringan saluran udara, dokter hewan akan meresepkan antibiotik profilaksis untuk mencegah infeksi.

Pengobatan

Pengobatan selanjutnya akan diawali dengan stabilisasi fungsi pernapasan dan pembentukan jalan napas. Namun, jika terdapat pembengkakan atau obstruksi saluran napas yang parah, intubasi atau operasi pembukaan trakea akan dilakukan.

Transfusi darah atau plasma mungkin diperlukan untuk menambahkan sel darah merah dan putih segar ke aliran darah. Dukungan nutrisi juga diperlukan untuk menjaga kondisi tubuh dan meningkatkan sistem kekebalan tubuh.

Perawatan

Setelah diagnosa dan pengobatan dilakukan, langkah selanjutnya adalah perawatan. Selama 24 hingga 72 jam ke depan, dokter hewan akan memantau perkembangan saluran pernapasan kucing, warna selaput lendir, detak jantung dan kualitas denyut nadi, suara paru-paru.

Pemeriksaan sinar-X akan diulangi setelah 48 jam perawatan untuk memastikan kondisi kucing sembuh. Serta memastikan efek samping kerusakan jaringan paru-paru tidak terjadi.

Bukan Hanya Manusia, Kucing Juga Bisa Terserang Stroke

Stroke tidak hanya menyerang manusia, kucing juga bisa terserang stroke. Penting bagi para pemilik hewan untuk mengetahui bagaimana stroke pada kucing terjadi dan tanda-tanda yang menyertainya.

Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat, 1 orang di AS mengalami stroke setiap 40 detik dan 1 dari 20 penderita stroke mengalami kematian. Sedangkan stroke pada kucing tidak terjadi sesering stroke pada manusia.

Stroke didefinisikan oleh The Dictionary of Veterinary Terms: Vet-speak Deciphered for the Non-Veterinarian sebagai gangguan pada aliran darah yang terjadi melalui pembuluh darah di otak dan menyebabkan kerusakan pada jaringan otak. Terdapat 2 kondisi yang paling sering menjadi penyebab kucing mengalami stroke, yaitu gumpalan pembuluh darah di otak dan pecah pembuluh darah di otak.

Gumpalan pembuluh darah di otak, terjadi di dalam pembuluh darah yang terkena gumpalan atau disebut dengan trombosis. Gumpalan pembuluh darah ini juga terjadi di bagian tubuh lain dan berpindah kemudian bersarang pada pembuluh (emboli). Kasus stroke seperti ini disebut sebagai stroke iskemik.

Pecahnya pembuluh darah di otak, disebut sebagai stroke hemoragik. Pendarahan yang disebabkan oleh pembuluh darah yang pecah menyebabkan darah tadi menekan dan merusak jaringan otak disekitarnya.

Tanda-Tanda Stroke pada Kucing

Apapun jenis stroke yang dialami oleh kucing, gejala atau tanda-tanda yang muncul ditentukan oleh seberapa banyak jaringan otak yang terserang, seberapa parah terpengaruh, dan pada bagian otak mana. Tanda-tanda kemungkinan kucing mengalami stroke meliputi:

  • Perubahan mental
  • Perasaan berputar
  • Terlihat lebih lemah
  • Menekan kepala akibat kemungkinan adanya rasa sakit di bagian kepala
  • Tidak menggunakan kaki dengan normal seperti hanya menggunakan kaki pada satu sisi tubuh saja
  • Tidak stabil ketika berjalan
  • Memiringkan kepala
  • Gerak mata tidak normal
  • Ukuran pupil kedua mata tidak sama
  • Kejang otot, termasuk kejang parah yang menyebabkan kepala, leher, dan bagian tubuh lain melengkung ke belakang.
  • Kejang-kejang
  • Koma atau tidak sadarkan diri
Penyebab Stroke pada Kucing

Sebuah penelitian kecil yang diterbitkan pada tahun 2011 menunjukkan bahwa rata-rat kucing mengalami stroke ketika berusia 9 tahun. Kucing yang terserang stroke biasanya mengalami beberapa masalah kesehatan, diantaranya yaitu kanker yang telah menyebar ke otak, penyakit jantung, tekanan darah tinggi, hipertiroidisme, penyakit ginjal, gumpalan darah, penyakit hati, diabetes, migrasi parasit, penyakit paru-paru, infeksi dan trauma.

Tetapi banyak diantara kasus stroke kucing yang tidak dapat diidentifikasi penyebabnya. Sehingga ketika tanda-tanda stroke terlihat segera bawa kucing kesayangan Anda ke dokter hewan terdekat untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut dan diketahui penyebabnya secara pasti.

Rabies Identik dengan Anjing, lalu Bagaimana Rabies pada Kucing?

Sebelum mengetahui bagaimana rabies pada kucing, perlu diketahui bahwa rabies merupakan penyakit yang timbul akibat penularan virus. Penularan virus rabies pada hewan, termasuk kucing sebagian besar dapat berakibat fatal.

Fatalnya penyakit rabies selalu menghantui para pemilik hewan. Namun, kini penularan virus rabies dapat dicegah dengan memberikan rangkaian vaksinasi rabies untuk kucing dan hewan peliharaan lainnya.

Cara kerja virus rabies yakni dengan menyerang sistem saraf pusat, kemudian menyebar melalui sistem saraf hingga mencapai otak. Hewan yang terinfeksi virus ini akan mengalami kelumpuhan, juga mengganggu sistem pernapasan dan berakhir dengan kematian.

Tidak hanya manusia dan kucing, rabies dapat menyerang mamalia manapun. Hewan yang menjadi inang dan menyebarkan virus rabies disebut sebagai reservoir. Beberapa hewan yang termasuk resevoir inang virus rabies meliputi sigung, musang, dan kelelawar. Sebenarnya, kucing relatif tahan dengan varian rabies anjing, tetapi kucing tidak tergolong sebagai spesies reservoir untuk virus ini.

Gejala Rabies pada Kucing

Gejala awal rabies akan muncul secara bertahan dan sulit untuk dikenali. Pada dua sampai empat hari di awal masa infeksi, kucing akan mengalami demam, energi berkurang, dan penurunan nafsu makan. Setelahnya gejala-gejala lain akan cenderung berkembang lebih cepat dan melumpuhkan kaki, kejang-kejang, mengalami kesulitan bernapas, hipersalivasi (terlalu banyak air liur karena kesulitan menelan), dan menunjukkan perilaku abnormal.

Rabies umumnya memiliki dua bentuk gejala, kelumpuhan dan menjadi ganas. Kucing yang terserang virus rabies kemungkinan akan menunjukkan salah satu, atau kedua gejala tersebut.

Jika fase ganas mulai berkembang, kucing menjadi agresif. Terkadang beberapa kucing akan menjadi lebih agresif disertai dengan delusi. Kucing rabies ini berhalusinasi dan menyerang sekelilingnya tanpa sebab pasti.

Selain fase ganas, fase paralitik juga dapat terjadi, dimana kucing mulai mengalami kelumpuhan di berbagai sistem otot tubuhnya. Seringkali, kelumpuhan mempengaruhi kemampuan menelan yang perlahan menghilang. Kondisi seperti ini disebabkan oleh hipersalivasi dan mulut berbusa.

Jika dibiarkan, kondisi tersebut dapat menyebabkan kelumpuhan dan kejang berkepanjangan, koma, hingga kematian. Sesegera mungkin membawa kucing rabies ke dokter hewan untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut ketika Anda mengenali gejalanya.

Penyebab Rabies pada Kucing

Gigitan hewan yang terinfeksi rabies menjadi penyebab paling umum mengapa kucing terinfeksi rabies, karena virus ini ditularkan melalui air liur. Sedikit kasus air liur atau jaringan tubuh lain dari hewan yang terinfeksi dapat menularkan virus melalui luka terbuka, selaput mata, hidung, atau mulut. Sehingga gigitan jadi penyebab utama penularan rabies pada kucing.

Pengobatan Rabies pada Kucing

Kabar buruknya, tidak ada pengobatan untuk rabies pada kucing, karena hampir 100% rabies berakibat fatal. Satu-satunya cara untuk melawan rabies kucing adalah memastikan kucing telah menerima vaksin rabies dan selalu memperbarui vaksin tersebut sesuai jadwal yang telah ditentukan oleh dokter hewan terkait. Vaksinasi virus rabies untuk kucing dapat Anda lakukan melalui layanan vaksin hewan ke rumah dengan menghubungi call center Pet Care.

USG Hewan Peliharaan, Perlukah?

Ultrasonografi atau USG identik dengan mengecek kehamilan, entah itu pada manusia maupun hewan. Namun tahukah kalian bahwa USG berguna untuk pengecekan berbagai kondisi kesehatan hewan peliharaan.

Selain pengecekan kehamilan, USG digunakan untuk mendiagnosa atau mengevaluasi masalah yang berkaitan dengan organ internal hewan peliharaan. Spesialis perawatan hewan di Huntersville, North Carolina menggunakannya untuk mengidentifikasi penyumbatan, tumor, juga masalah lain pada struktur organ hewan peliharaan.

Teknologi diagnostik pada USG bekerja dengan cara mentransmisikan gelombang suara ke tubuh anjing atau kucing untuk menghasilkan gambar secara real-time dari area tubuh yang dituju.

USG Darurat dan Ekokardiogram

Umumnya para dokter hewan menggunakan teknologi diagnostik USG untuk USG darurat dan ekokardiogram. Teknologi ini sangat membantu para dokter untuk mendiagnosis masalah dengan cepat dan merencanakan pengobatan yang efektif.

Jika hewan peliharaan berada dalam kondisi darurat, ultrasound akan fokus ditujukan pada perut dan dada. Tindakan seperti ini dilakukan untuk mengidentifikasi apakah terjadi pendarahan internal serius atau pneumotoraks yakni kondisi dimana udara berkumpul disekitar paru-paru anjing atau kucing.

Ekokardiogram juga disebut sebagai ultrasonografi jantung, digunakan untuk menilai jantung dan struktur di sekitarnya, termasuk kantung perikardial dengan cermat. Hasilnya akan diketahui apakah jantung berfungsi dengan baik atau terjadi kerusakan pada jantung.

USG Sangat Diperlukan Jika Hewan Peliharaan Mengalami Kondisi-Kondisi Berikut
  • Timbulnya masalah jantung.
  • Hasil tes darah atau tes urine tidak normal.
  • Perlu identifikasi cedera dan penyakit pada jaringan lunak seperti mata, tendon, ligamen, viabilitas, atau kelenjar tiroid.
  • Kecelakaan, tertabrak mobil atau terserang oleh hewan lain.
  • Pembengkakan di area perut.
  • Nyeri ketika perut hewan peliharaan menerima sentuhan.
  • Terdapat benjolan di perut dekat organ ginjal dan hati.

Diagnosis dengan teknologi diagnostik ultrasound ini perlu dilakukan segera ketika kondisi-kondisi tersebut ditemukan pada hewan peliharaan untuk kemudian merencanakan pengobatan selanjutnya. Konsultasi dan pemeriksaan ultrasound pada hewan peliharaan dapat Anda lakukan dengan menghubungi layanan dokter hewan terdekat dari Pet Care melalui call center atau social media Pet Care.

Kucing Dewasa Tetap Bertubuh Kecil? Stunting Bisa Jadi Penyebabnya

Banyak alasan mengapa kucing dewasa tetap berubuh kecil, salah satu penyebabnya adalah stunting. Pada manusia stunting sering dikaitkan pada kondisi tubuh anak-anak yang tidak mengalami pertumbuhan dengan baik. Sedangkan pada kucing, kondisi tubuh yang tetap kecil hingga dewasa akibat stunting umumnya dipengaruhi oleh pola makan.

Kacaunya pola makan kucing mempengaruhi asupan nutrisi pada tubuh mereka. Kondisi ini disebut sebagai Malnutrisi atau kurang gizi, yang mana sangat dipengaruhi oleh peran para pemilik hewan. Namun, terdapat beberapa kondisi lain yang mengakibatkan stunting diluar kendali pemilik hewan seperti kelainan, ras kucing, dan jenis kelamin.

Stunting pada kucing dapat dikenali melalui pengetahuan kapan masa pertubuhan kucing terhenti. Anak kucing akan mengalami pertumbuhan secara pesat hingga mencapai usia dewasa, yakni usia 10-12 bulan. Dokter hewan dari VCA Hospitals mengatakan bahwa pertubuhan kucing akan melambat ketika mendekati 80% ukuran dewasa, tepatnya sekitar usia 30 minggu. Kucing dikatakan telah dewasa ketika menginjak usia sekitar 40 minggu.

Kucing Stunting Akibat Kurang Gizi

Better with Cats tubuh kucing yang kecil dan kurus bisa jadi tanda terjadinya kesalahan penerapan pola makan. Pemilik hewan perlu membuat jadwal makan harian untuk kucing mereka, diserta dengan kecukupan porsi makan. Setelah menerapkan pedoman ini diharapkan kebutuhan nutrisi kucing dapat terpenuhi. Kecukupan nutrisi sangat krusial di masa awal kehidupan kucing, karena dapat mempengaruhi pertumbuhan kucing ketika dewasa.

Kurang gizi juga dapat disebabkan oleh lingkungan menurut Senior Cat Wellness, seperti dominasi kucing lain di dalam satu rumah dan penempatan litter box atau kotak buang air yang berdekatan dengan tempat makan sehingga nafsu makan kucing menurun.

Hal-hal seperti ini memerlukan perhatian lebih dari para pemilik hewan. Pasalnya keterlambatan identifikasi kucing terinfeksi penyakit dan parasit masih menjadi salah satu penyebab daripada stunting pada kucing.

Tidak semua kucing bertubuh kecil mengalami Stunting

Terdapat beberapa kondisi kucing yang mengakibatkan mereka bertubuh kecil tetapi bukan karena kurang gizi seperti ras, jenis kelamin, cacat bawaan atau kelainan.

Ras kucing mempengaruhi bagaimana bentuk tubuh mereka. Kucing dengan ras Muchkin dan Devon Rex akan memiliki tampilan kecil hingga mereka dewasa. Sifat dimorfik seksual pada kucing seringkali membuat tampilan kucing jantan terlihat lebih besar daripada kucing betina. Pada kasus cacat bawaan yang mengakibatkan kelainan pada tubuh kucing juga mempengaruhi struktur, fungsi, dan metabolisme tubuh kucing.

Ketiga faktor diatas, ras, jenis kelamin, dan kelainan dapat menyebabkan tubuh kucing terlihat kecil, namun tidak bisa dikatakan sebagai stunting. Dikarenakan kondisi seperti ini diluar kendali pemilik terhadap asupan gizi kucing peliharaan mereka.

Stunting akibat kurang gizi, dapat dicegah dengan melakukan pemeriksaan kesehatan rutin ke dokter hewan. Pastikan agar berat badan kucing selalu berada pada kondisi ideal, tidak terlalu kurus dan tidak terlalu gemuk hingga obesitas. Pemeriksaan kesehatan dapat dilakukan melalui layanan dokter hewan terdekat dari Pet Care melalui call center atau social media Pet Care.