Tag: kucing

Kiat-Kiat Menyisir Bulu Kucing dengan Benar

Menyisir bulu kucing jadi kegiatan harian yang dilakukan oleh para pemilik anabul. Tidak hanya kucing, anjing juga perlu untuk disisir bulunya secara rutin. Meskipun terlihat santai nyatanya menyisir bulu-bulu kucing memerlukan cara yang baik dan benar.

Kenyamanan kucing bisa jadi faktor penentu keberhasilan menyisir bulu. Jika tidak nyaman, alih-alih kerapihan yang diperoleh justru bulu kucing akan mengalami kerontokan bahkan kusut. Jika sudah seperti ini, maka perlu dikoreksi bagaimana cara menyisir bulu yang dilakukan. Apakah sudah sesuai atau belum.

Memang kerontokan pada bulu kucing adalah hal yang normal terjadi, karena pertumbuhan bulu anabul memiliki siklus untuk bertumbuh, bertahan, dan berguguran untuk kemudian digantikan dengan bulu-bulu baru. Namun yang perlu dikhawatirkan ketika kerontokan sudah berlebihan hingga mengakibatkan gumpalan kusut pada bulu dan sulit untuk dilepaskan. Berikut ini adalah kiat-kiat menyisir bulu kucing dengan benar yang dapat diaplikasikan oleh para pemilik hewan.

Kiat-Kiat Menyisir Bulu Kucing

Menyisir bulu kucing perlu dilakukan secara rutin dan teratur agar kebersihan serta kesehatan kucing selalu terjaga. Menyisir bulu kucing secara teratur juga mampu meminimalisir tertelannya gumpalan bulu atau yang dikenal sebagai hairball. Selain itu, dengan menyisir bulu kucing para pemilik hewan mampu mengidentifikasi adanya kutu, cacing, atau parasit lainnya.

Pilih Sisir Sesuai dengan Jenis Bulu Kucing

Beda jenis bulu, berbeda pula sisir yang dipergunakan. Dokter hewan menyarankan untuk menggunakan sisir yang telah disesuaikan. Kucing dengan ras berbulu pendek lebih cocok menggunakan sisir dengan batang berukuran kecil dan jarak yang dekat. Sedangkan, kucing dengan ras berbulu panjang lebih cocok menggunakan sisir dengan batang berukuran besar dan berjarak lebih longgar.

Utamakan Kenyamanan Kucing

Kucing yang akan disisir bulunya perlu merasanya nyaman. Waktu yang tepat untuk menyisir yaitu ketika kucing sedang bersantai atau ketika kucing sedang mengantuk. Diwaktu-waktu tersebut biasanya kucing akan merasa lebih rileks dan tenang. Kemudian, mulai dengan membelai bulu secara perlahan dan gerakan yang lembut. Awali kegiatan menyisir bulu kucing dengan sapuan panjang, lambat, dan lembut.

Sisir Bulu Mati Kucing

Bulu-bulu mati yang telah gugur secara alami tidak selalu rontok ke lantai, ada pula bulu mati yang tetap bertahan disela-sela bulu sehat. Untuk membersihkan bulu mati, pemilik hewan dapat melakukannya dengan cara menyisir bulu kucing ke arah berlawanan dengan arah tumbuh bulu. Kemudian, dilanjutkan dengan menyisir bulu kucing ke arah yang sesuai dengan pertumbuhan bulu. Lakukan secara berulang untuk memastikan bulu mati terangkat seluruhnya.

Pisahkan Penggunaan Sisir untuk Tiap Kucing

Memisahkan sisir kucing yang satu dengan kucing yang lain penting untuk dilakukan. Hal ini dikarenakan penularan penyakit kulit pada kucing dapat terjadi melalui perantara sisir. Serta selalu jaga kebersihan sisir dan tidak lupa untuk membersihkannya secara rutin.

Mengatasi Bulu Kusut

Jika sudah terlanjur kusut, akibat kesalahan teknik menyisir bulu kucing maka Anda dapat menggunakan bagian ujung sisir untuk memisahkan kusut secara perlahan. Jangan langsung menarik gumpalan kusut secara paksa karena khawatir akan rontok di satu area dan terlihat botak. Apabila kucing meronta ketika dilakukan sesi ini, segera hentikan dan biarkan kucing hingga merasa tenang. Anda dapat melanjutkan kembali ketika kucing sudah benar-benar merasa tenang atau gunakan tips sebelumnya yaitu ketika kucing sedang mengantuk atau ketika terlelap.

Sisir Bulu Secara Rutin

Ingat, menyisir bulu kucing menjadi kegiatan harian yang sangat penting untuk dilakukan dan jangan sampai terlewatkan. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa kegiatan ini juga merupakan upaya menjaga kebersihan tubuh kucing. Dokter hewan menyarankan untuk menjadwalkan kegiatan menyisir sesuai dengan jenis bulu kucing. Bulu kucing pendek perlu disisir satu sampai dua kali sehari. Sedangkan bulu kucing panjang perlu disisir dua sampai tiga kali sehari.

Hati-Hati FLUTD Pada Kucing, Sulit Buang Air Kecil Jadi Gejalanya!

FLUTD atau Feline Lower Urinary Tract Disease merupakan gangguan kesehatan kucing yang berkaitan dengan kondisi pada kandung kemih dan uretra. Infeksi pada saluran kemih kucing dapat disebabkan oleh bakteri, jamur, parasit, dan juga virus.

Kucing yang mengalami kondisi ini umumnya akan menunjukkan tanda-tanda seperti sulit buang air kecil dan timbul rasa sakit ketika buang air kecil. Tidak hanya itu, frekuensi buang air kecil juga mengalami peningkatan. Kadangkala kemunculan darah pada urin dapat saja terjadi.

American Veterinary Medical Association menambahkan beberapa kebiasaan yang dilakukan oleh kucing dengan FLUTD. Seperti berlebihan ketika menjilati tubuhnya (overgrooming) dan buang air di luar kotak kotorannya. Kondisi seperti ini dapat terjadi pada kucing di berbagai usia. Sehingga para pemilik hewan perlu lebih waspada dan memperhatikan gaya hidup kucing. Jangan sampai mereka mengalami kelebihan berat badan, stres, atau berada pada lingkungan yang kotor.

Gejala Sulit Buang Air Kecil Pada Kucing
  • Mengejan ketika buang air kecil
  • Volume urin ketika buang air kecil sedikit
  • Terlalu sering buang air kecil
  • Menangis atau terlihat menahan rasa sakit ketika buang air kecil
  • Menjilati area genital secara berlebihan
  • Buang air kecil di luar kotak pasir
  • Terdapat darah dalam urin
Diagnosis FLUTD

Penyakit ini memiliki banyak penyebab, sehingga sulit untuk mendiagnosisnya. Melalui catatan gejala-gejala yang timbul pada kucing, dokter hewan akan melakukan pemeriksaan fisik. Mulai dari pemeriksaan urinalisis untuk menilai kadar pH urin, konsentrasi urin, dan mendeteksi ada atau tidaknya kristal, pendarahan, pendarahan, hingga infeksi dalam urin.

Jika penyebab belum juga ditemukan setelah dilakukannya rangkaian pemeriksaan tersebut, maka dokter hewan akan melakukan tes lain seperti kultur urin, rontgen, pemeriksaan darah, dan tes urin tambahan. Upaya pemeriksaan dan diagnosis ini dapat dilakukan melalui layanan dokter hewan terdekat dari Pet Care, dengan menghubungi Call Center atau melalui Social Media Pet Care.

Pengobatan kucing dengan FLUTD menurut Pet MD disesuaikan dengan diagnosis dokter sebelumnya. Kemudian disandingkan dengan beberapa perawatan umum, seperti meningkatkan konsumsi air, mengubah jenis makanan dari dry food atau makanan kering ke wet food atau makanan basah, dan menjalankan program penurunan berat badan apabila diperlukan. Jika kucing masih melakukan kebiasaan buang air di luar kotak pasirnya, maka berikan beberapa pilihan kotak pasir dan selalu arahkan kucing untuk buang air di tempat yang seharusnya.

Jelang Akhir Tahun, Ini Dia Tips Berlibur Bersama Hewan Peliharaan Dengan Perjalanan Darat

Menjelang liburan akhir tahun, berlibur bersama hewan peliharaan mungkin saja menjadi salah satu rencana yang terbesit oleh Pet Lovers. Banyak pilihan transportasi untuk berlibur, baik itu jalur darat, laut, maupun udara.

Meskipun lebih ekonomis, perjalanan darat dapat berlangsung dalam jangka waktu yang lama. Serta memberikan rasa bosan pada hewan peliharaan karena perjalanan jauh bukan kegiatan yang biasa mereka lakukan sehari-hari. Berikut ini tips-tips berlibur bersama hewan peliharaan dengan perjalanan darat yang telah Pet-Care rangkumkan untuk para pemilik hewan.

Terapkan Kebiasaan Baru

Seminggu jelang keberangkatan, biasakan hewan peliharaan untuk buang air pada wadah yang akan dipergunakan selama perjalanan. Pembiasaan ini sangat perlu dilakukan agar hewan peliharaan tidak kaget dengan kebiasaan baru yaitu buang air di kendaraan. Selain wadah buang air, tempat makan dan minum juga perlu disesuaikan dengan tempat makan dan minum portable agar tidak terjadi kemungkinan buruk kelaparan atau dehidrasi.

Tempatkan Hewan Peliharaan di Kursi Belakang

Kursi belakang jadi tempat paling aman untuk hewan peliharaan. Kursi bagian depan berbahaya bagi hewan peliharaan jika tiba-tiba airbag (kantong udara) mengembang. Untuk perlindungan ekstra, tempatkan hewan peliharaan pada tempat khusus seperti tas atau box khusus.

Jangan Biarkan Hewan Peliharaan Mengeluarkan Kepala Lewat Jendela

Ketika mobil melaju, jangan sekali-kali biarkan hewan peliharaan Anda mengeluarkan kepalanya lewat jendela. Jika dibiarkan kemungkinan buruk bisa saja terjadi pada hewan peliharaan seperti luka karena tertabrak benda asing di luar mobil. Udara dingin yang masuk secara paksa pada paru-paru hewan juga membahayakan.

Jangan Tinggalkan Hewan Peliharaan Sendiri di Dalam Kendaraan

Membiarkan hewan peliharaan sendiri di dalam mobil dapat meningkatkan kemungkinan rusaknya organ tubuh. Buruknya kerusakan organ dapat mengakibatkan kematian. Hal ini terjadi karena suhu udara di dalam mobil dapat memanas dan bertahan dalam ruangan tertutup. Jika memang terpaksa harus meninggalkan hewan peliharaan di dalam mobil, pastika jendela dalam kondisi terbuka lebar dan tidak meninggalkannya lebih dari 30 menit.

Bawalah Mainan Hewan

Perjalanan panjang dengan durasi lama sudah pasti membosankan. Mempersiapkan beberapa mainan hewan peliharaan dan mengajak mereka bermain bersama dapat mendistraksi rasa bosan yang melanda. Namun, tetap berhati-hati agar mereka tidak terbentur.

Konsultasi Dengan Dokter Hewan

Konsultasikan dengan dokter hewan jika akan terjadi perubahan selama berlibur. Baik itu makanan, minuman, maupun suhu udara. Layanan dokter hewan terdekat dari Pet Care dapat membantu para pemilik hewan untuk melakukan konsultasi, cukup dengan menghubungi Call Center atau melalui media sosial Pet Care.

Mengapa Kucing Menjulurkan Lidah Terus-Menerus?

Pada dasarnya, menjulurkan lidah adalah kegiatan normal yang dilakukan oleh kucing. Ketika menjulurkan lidah kucing dapat merasakan makanan dan minumannya. Selain itu, ketika tidur atau membersihkan tubuhnya kucing juga kerap menjulurkan lidah. 

Namun, menjulurkan lidah ini dikatakan normal apabila hanya dilakukan sesekali. Bukan dalam jangka waktu lama dan terus-menerus. Jika kucing terus-menerus mengeluarkan lidahnya seperti anjing kemungkinan terdapat masalah dengan kesehatan mereka.

Melansir laman Hills Pet, masalah kesehatan yang berkaitan dengan kebiasaan menjulurkan lidah tidak normal adalah adanya infeksi pada saluran pernapasan. Sehingga, ketika bernapas kucing akan merasa terengah-engah lalu menjulurkan lidahnya. 

Dokter Hewan Justine A. Lee dari Pet Health Network mengungkapkan beberapa gangguan kesehatan lain yang  mungkin saja terjadi pada kucing dengan kebiasaan mengeluarkan lidahnya dalam waktu yang lama. Diantaranya yaitu penyakit gigi, gagal ginjal, keracunan, luka, atau goresan. 

Gejala Dari Suatu Penyakit

Kucing dengan kebiasaan menjulurkan lidah disertai terengah-engah karena kesulitan bernapas (disapnea) dapat disebabkan oleh suhu tubuh tinggi, ketakutan, dan stres. Terdapat beberapa penyebab lain yang mungkin saja terjadi selain hal-hal tersebut, seperti anemia, penyakit jantung, ketidakseimbangan hormon, gangguan endokrin, dan lainnya. 

Begitu banyak kemungkinan masalah kesehatan yang terjadi ketika kucing sering menjulurkan lidahnya. Sehingga, untuk memastikan penyebabnya para pemilik hewan perlu mengunjungi dokter hewan untuk memperoleh penanganan yang tepat. Layanan dokter hewan terdekat dari Pet-Care dapat membantu para pemilik hewan untuk memeriksakan kondisi kesehatan kucing dengan gejala menjulurkan lidah. 

Pemeriksaan, konsultasi, dan pengobatan dengan layanan dokter hewan terdekat Pet-Care dapat Anda peroleh dengan menghubungi Call Center atau melalui media sosial Pet-Care. Anda tidak perlu khawatir karena tenaga kesehatan dari Pet-Care telah bersertifikasi dan berpengalaman.

Hospital Veterinari menyarankan beberapa pertolongan pertama yang dapat dilakukan oleh para pemilik hewan ketika menemukan kucing mereka terus-menerus menjulurkan lidahnya. Pertama, pastikan agar kucing memperoleh asupan cairan yang cukup agar terus terhidrasi dengan baik. Kedua, awasi kucing agar tidak menelan zat-zat beracun dan selalu perhatikan makanannya. Ketiga, kontrol selalu berat badan kucing. Terakhir, pastikan untuk melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin ke dokter hewan terdekat. 

Bulu Kucing Mudah Rontok? Simak Cara Ampuh Mengatasinya!

Apakah kucing kesayangan Anda mengalami kerontokan bulu secara terus-menerus, terlalu banyak, bahkan terlihat tidak normal? Sebenarnya banyak sekali faktor-faktor yang mempengaruhi kekuatan bulu kucing.

Umumnya, kerontokan ini disebabkan oleh alergi, parasit seperti kutu atau tungau, infeksi jamur, stres hingga kecemasan berlebih. Namun kerontokan pada bulu-bulu kucing juga dapat sebabkan oleh faktor langka yang berkaitan dengan genetika, sistem kekebalan tubuh, dan masalah kesehatan.

Untuk mengetahui penyebab pasti mengapa bulu kucing peliharaan Anda mengalami kerontokan parah sebaiknya mintalah bantuan dokter hewan. Pet-Care menyediakan layanan dokter hewan terdekat yang dapat membantu Anda dalam melakukan pemeriksaan terkait rontoknya bulu kucing.

Anda dapat dengan mudah memperoleh layanan dokter hewan terdekat tanpa perlu keluar rumah. Cukup hubungi Call Center Pet-Care dan Anda sudah dapat terhubung dengan dokter hewan bersertifikasi juga berpengalaman.

Gejala Bulu Kucing Rontok Yang Perlu Diwaspadai
  • Kucing berlebihan ketika menjilat dan menggaruk tubuhnya
  • Bulu terlihat menipis
  • Perubahan warna kulit
  • Muncul kemerahan pada kulit
  • Kulit kucing tampak menebal
Cara Mengatasi Bulu Kucing Rontok

Penanganan secara mandiri dapat dilakukan dengan cara mengurangi grooming atau perawatan bulu kucing yang berlebihan. Namun bukan berarti tidak memandikan kucing sama sekali, kucing dengan bulu rontok tetap harus mandi secara rutin untuk menjaga kebersihan tubuhnya.

Jika kerontokan disebabkan oleh kutu, Anda dapat menggunakan obat kutu untuk mengatasinya. Selain itu, Anda juga dapat mengganti produk makanan kucing yang membantu mengatasi kerontokan bulu.

Jika penanganan mandiri tidak membuahkan hasil, segera kunjungi dokter hewan terdekat untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut.

Sebelumnya dokter hewan akan melakukan pemeriksaan secara lengkap terlebih dahulu. Mulai dari pemeriksaan darah, pemeriksaan fungsi tiroid, hingga pemeriksaan urin.

Kemudian dokter hewan akan menyarankan pengobatan yang paling cocok untuk kucing kesayangan Anda. Berikut adalah beberapa jenis pengobatan kucing dengan bulu rontok menurut Pet MD.

  • Perawatan parasitisida untuk menghilangkan parasit bulu (kutu atau tungau) yang telah diresepkan untuk kucing selama 8 minggu ke depan
  • Pengobatan topikal dengan sampo khusus atau salep
  • Pemberian antibiotik sistemik atau anti jamur
  • Resep makanan untuk 8 hingga 12 minggu ke depan, apabila rontok disebabkan oleh alergi makanan.
  • Serta pemberian obat untuk mengurangi rasa gatal dan mengubah perilaku serta gaya hidup untuk lebih memerhatikan kebersihan tempat makan minu, kotak pasir, juga mainan kucing.

Kucing Makan Terus tapi Tetap Kurus? Dokter Hewan: 6 Hal Ini Bisa Jadi Penyebabnya 

Sebagai pemilik hewan peliharaan, mengkhawatirkan bila melihat kucing kesayangan kita terlihat kurus. Padahal, pemberian pakan telah dilakukan secara rutin setiap harinya. Serta kucing nampak selalu nafsu makan dan sering mengeong untuk meminta makan.

Kucing kurus ditandai dengan kondisi fisik tulang rusuk dan tulang punggung yang timbul dan teraba dengan jelas. Juga terdapat cekungan yang dalam pada tubuh bagian pinggang.

Sering makan namun tubuh tetap kurus pada kucing bisa jadi tanda adanya penyakit. Berikut adalah 6 penyakit yang mungkin terjadi jika kucing sering makan tetapi tubuhnya tetap terlihat kurus menurut Dokter Hewan Maulana Ar Raniri Putra (ArRan).

1. Cacingan

Investasi parasit atau yang kerap disebut sebagai cacingan menyebabkan proses penyerapan nutrisi pada tubuh kucing jadi terganggu. Akibatnya kucing akan terus merasa lapar dan banyak makan, tapi tubuhnya tetap terlihat kecil tidak berisi. Maka pastikan untuk selalu memberikan kucing kesayangan Anda obat cacing secara rutin. Pemberian obat cacing pada kucing dapat dilakukan melalui layanan dokter hewan terdekat dari Pet-Care dengan menghubungi Call Center Pet-Care.

2. Diabetes Melitus

Saat ini penyakit diabetes melitus menjadi salah satu penyakit endokrin yang sedang marak terjadi. Penyebabnya tidak lain adalah karena obsesi para pemilik hewan peliharaan, khususnya kucing yang ingin hewan peliharaanya terlihat gemuk karena dianggap lebih menggemaskan.

3. Tiroid

Hyperthyroidism merupakan penyakit pada kucing yang terjadi akibat adanya gangguan pada kelenjar tiroid. Penyakit ini menyebabkan produksi hormon tiroid menjadi berlebihan. Hormon tiroid sendiri berfungsi untuk mengatur metabolisme tubuh, sehingga kucing yang mengidap tiroid metabolisme tubuhnya akan jauh lebih cepat. Inilah yang mengakibatkan kucing terus merasa kelaparan namun tubuhnya tetap kurus. Selain tubuh yang terlihat kurus, tiroid juga ditandai dengan kucing yang hiperaktif dan jantung berdebar lebih kencang.

4. Kanker

Kanker pada kucing seringkali sulit untuk didiagnosa, khususnya pada kanker stadium awal. Hal ini terjadi akibat perilaku kucing yang sangat ahli dalam menyembunyikan rasa sakit. Gejala utama yang seringkali terlihat pada kucing dengan kanker adalah tubuhnya yang semakin lama semakin kurus.

5. Kesalahan Pemberian Makanan

Pemberian makanan yang kurang tepat dapat menjadi penyebab kucing menjadi kurus dan terus merasa lapar. Hal ini terjadi karena ketidakseimbangan nutrisi dalam tubuh. Sehingga nutrisi yang diserap oleh tubuh kucing dari makanannya hanya sedikit. Maka pemilik hewan perlu memperhatikan bagaimana komponen nutrisi utama dan komposisi yang seimbang pada makanan kucing.

6. Kucing Tua

Tubuh kurus menjadi hal yang umum terjadi pada kucing tua karena tubuhnya mengalami penyusutan massa otot. Namun, hal ini dapat diatasi dengan pemberian makanan yang sesuai dengan usia kucing.

Penyebab Lain dari Kucing Kurus

Berikut adalah penyakit lain yang menjadi penyebab kucing kurus dilansir dari laman Pets Web MD.

  • Kecemasan, stres, atau depresi yang diakibatkan oleh kebisingan lingkungan sekitar atau tempat tinggal kucing yang kotor.
  • Penyakit kencing manis yang disebabkan oleh kegagalan produksi hormon insulin.
  • Peritonis menular atau FIP.
  • Masalah pencernaan yang ditandai dengan gejala diare, nafsu makan berkurang, atau muntah-muntah.
  • Gagal ginjal.
  • Tumor jinak.
  • Sakit gigi dan mulut, atau radang gusi yang ditandai dengan keluarnya air liur secara terus-menerus dari mulut kucing.
Penanganan Kucing Kurus

Apabila kondisi berat badan kucing semakin mengkhawatirkan sebaiknya periksakan kucing kesayangan Anda pada dokter hewan terdekat. Biasanya setelah pemeriksaan awal akan dilakukan pemeriksaan lanjutan seperti tes sampel darah, urin, feses, hingga rontgen bila diperlukan.

Pemeriksaan tersebut dapat dilakukan melalui layanan dokter hewan terdekat dari Pet-Care. Anda dapat menghubungi Call Center Pet-Care untuk kemudian terhubung langsung dengan dokter hewan terdekat tanpa perlu keluar rumah. Tidak perlu khawatir, dokter hewan Pet-Care telah bersertifikat serta berpengalaman.

Bola Mata Kucing Membesar? Segera Tangani Agar Terhindar dari Kebutaan

Glaukoma merupakan suatu kondisi dimana terjadi peningkatan cairan di dalam bola mata kucing. Sehingga bola mata kucing terlihat membesar di satu sisi. Keluhan bola mata membesar di satu sisi yang disertai dengan kornea mata terlihat keruh, menandakan terjadinya peningkatan tekanan bola mata. 

Glaukoma juga dapat menimbulkan rasa sakit dan tidak nyaman pada kucing. Kucing dengan diagnosa Glaukoma biasanya akan terlihat lebih banyak diam dan tidak nyaman ketika area bola matanya disentuh. Konsultasi pengobatan Glaukoma dapat dilakukan melalui layanan dokter hewan terdekat dari Pet-Care dengan menghubungi Call Center atau mengunjungi laman media sosial Instagram Pet-Care.

Sebagai upaya antisipasi dan pencegahan, berikut adalah penyebab, gejala-gejala, dan pengobatan Glaukoma pada kucing yang telah Pet-Care rangkumkan untuk para pemilik hewan peliharaan.

Penyebab Glaukoma pada Kucing

Hills Pet memaparkan bahwa penyebab Glaukoma pada kucing terbagi menjadi dua, yaitu Glaukoma Primer dan Glaukoma Sekunder. Glaukoma Primer disebabkan oleh ketidakmampuan mata kucing dalam mengalirkan cairan, sedangkan Glaukoma Sekunder disebabkan oleh adanya suatu penyakit yang menghalangi aliran normal cairan pada mata. 

Selain itu, terdapat juga beberapa penyakit yang menyebabkan Glaukoma pada kucing. Diantaranya yaitu neoplasia (pertumbuhan jaringan tidak normal), uveitis anterior (peradangan bagian depan mata), dan pendarahan pada mata bagian dalam yang disebabkan oleh tekanan darah tinggi atau trauma tertentu. 

Konsultasi pengobatan Glaukoma dapat dilakukan melalui layanan dokter hewan terdekat dari Pet-Care dengan menghubungi Call Center atau mengunjungi laman media sosial Instagram Pet-Care.

Gejala Glaukoma pada Kucing

Dilansir melalui laman Pets Web MD, berikut adalah gejala-gejala Glaukoma pada kucing yang dapat dikenali oleh para pemilik hewan.

  • Nyeri di sekitar mata
  • Pupil melebar, tidak bergerak, atau bergerak lambat
  • Kemerahan di bagian putih mata
  • Pembengkakan dan perubahan warna pada kornea
  • Bola mata membesar 

Apabila menemukan gejala-gejala tersebut pada kucing kesayangan Anda, segera hubungi dokter hewan terdekat untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut. Pet-Care menghadirkan layanan dokter hewan terdekat yang datang langsung ke rumah atau ke lokasi Anda. Cukup dengan menghubungi Call Center Pet-Care, Anda sudah dapat terhubung dengan dokter hewan terdekat tanpa perlu repot keluar rumah. 

Kadangkala sulit untuk mendeteksi kucing terkena Glaukoma atau tidak. Hal ini dikarenakan perkembangan kondisi Glaukoma terjadi dalam jangka waktu yang lama, hitungan bulan bahkan lebih. Sulitnya mendeteksi penyakit ini juga dipengaruhi oleh perilaku kucing yang tetap berperilaku normal meskipun matanya tidak nyaman. 

Namun, pada kasus Glaukoma yang berkaitan dengan uveitis atau radang mata akan lebih mudah terdeteksi. Hal ini dikarenakan kucing mungkin akan menunjukkan tanda-tanda kesakitan, berbeda dengan Glaukoma pada umumnya. 

Pengobatan Glaukoma pada Kucing

Menurut Dokter Hewan Tammy Hunter dan Dokter Hewan Cherly Yuill, penanganan Glaukoma pada kucing perlu dilakukan dengan cara mengurangi cairan pada bola mata sesegera mungkin. Hal ini bertujuan agar risiko kerusakan permanen atau kebutaan dapat dihindari. Namun pada kondisi Glaukoma lebih parah kemungkinan dokter hewan akan melakukan pembedahan dan pengangkatan mata. 

Biasanya, dokter hewan akan meresepkan Analgesik untuk mengurangi rasa sakit dan tidak nyaman pasca perawatan medis. Juga obat-obatan lain yang berguna untuk mengurangi produksi cairan pada mata. Konsultasi pengobatan Glaukoma dapat dilakukan melalui layanan dokter hewan terdekat dari Pet-Care dengan menghubungi Call Center atau mengunjungi laman media sosial Instagram Pet-Care.

Reverse Sneezing atau Bersin Terbalik pada Anjing dan Kucing, Apakah Normal?

Reverse sneezing atau bersin terbalik adalah suatu kondisi yang tidak biasa pada anjing dan kucing ketika bersin. Kondisi bersin terbalik lebih sering dialami oleh anjing daripada kucing. Pada kondisi normal, anjing atau kucing yang bersin akan mengeluarkan bersin tersebut tetapi pada kondisi reverse sneezing bersin tidak dikeluarkan melainkan dihirup.

Dokter Hewan Krista Williams dari VCA Animal Hospitals mengatakan bahwa reverse sneezing merupakan kondisi yang berkaitan dengan respirasi paroksismal. Umumnya dikenal sebagai kondisi bersin terbalik. “Pada kondisi ini, anjing menghirup udara melalui hidung dengan cepat. Berbeda dengan bersin biasa yang mendorong udara keluar melalui hidung dengan cepat,” Kata Dokter Krista.

Melalui laman media sosial Tiktok, Dokter ArRan mengedukasi audiensnya tentang reverse sneezing pada anjing maupun kucing. Menurutnya, kondisi ini terjadi karena adanya iritan atau gangguan pada hidung, sinus, atau pangkal tenggorokan yang merangsang terjadinya bersin terbalik. Kondisi ini juga biasanya dipicu oleh adanya mites atau tungau, debu, rumput, maupun bulu anjing atau kucing itu sendiri pada bagian-bagian tersebut. 

Pet MD mengungkap kemungkinan lain yang menyebabkan iritasi yang memicu terjadinya bersin terbalik pada anjing maupun kucing. Diantaranya yaitu alergi, produk rumah tangga (pengharum, pembersih, atau penyegar udara), terdapat benda asing di tenggorokan, juga makanan atau minuman yang dikonsumsi.

Konsultasi mengenai kondisi bersin terbalik pada anjing atau kucing kesayangan dapat dilakukan melalui layanan dokter hewan terdekat dari Pet-Care dengan menghubungi Call Center Pet-Care.

Normalkah Anjing atau Kucing Mengalami Reverse Sneezing?

Sebenarnya, reverse sneezing atau bersin terbalik adalah hal normal dan tidak berbahaya bagi anjing atau kucing. Tetapi jika terjadi secara terus-menerus, kondisi ini dapat mengiritasi saluran hidung, sinus, atau pangkal tenggorokan. 

Jika anjing atau kucing kesayangan Anda mengalami bersin terbalik dalam jangka waktu yang lama dan terjadi secara terus-menerus. Sebaiknya hubungi dokter hewan terdekat untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut. Dokter hewan akan memberikan anti inflamasi, anti radang, atau anti histamin untuk mengurangi gejala-gejala dari bersin terbalik pada anjing atau kucing.

Konsultasi pemberian obat-obatan ini dapat dilakukan melalui layanan dokter hewan terdekat dari Pet-Care tanpa perlu keluar rumah. Cukup menghubungi Call Center Pet-Care, layanan dokter hewan langsung ke rumah atau lokasi Anda.

Penanganan Mandiri Reverse Sneezing oleh Pemilik Hewan

Sebelum membawa anjing atau kucing ke dokter hewan, pemilik hewan peliharaan juga dapat mengaplikasikan penanganan mandiri berikut ini untuk mengurangi kebiasaan bersin terbalik pada anjing maupun kucing. 

  1. Menengadahkan kepala anjing atau kucing ke arah atas
  2. Tenangkan anjing atau kucing dengan mengusap-usap bagian leher anjing atau kucing saat kepalanya sedang ditengadahkan
  3. Menutup salah satu lobang hidung anjing atau kucing yang sedang mengalami reverse sneezing, namun hal ini opsional jadi dapat dilakukan dan juga tidak.

Selain cara-cara tersebut, pemilik hewan juga perlu memastikan kebersihan lingkungan tempat tinggal anjing dan kucing. Serta menjauhkan hewan peliharaan dari benda-benda atau hal yang memicu terjadinya bersin terbalik pada anjing maupun kucing.

Namun, jika penanganan mandiri tidak kunjung membawa kesembuhan bagi kucing maupun anjing. Segera hubungi dokter hewan terdekat untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut seperti rontgen dada atau rinoskopi dari tenaga ahli. Anda dapat menggunakan layanan dokter hewan terdekat dari Pet-Care untuk berkonsultasi terkait hal ini. Konsultasi dapat dilakukan dengan menghubungi Call Center Pet-Care, tanpa perlu keluar rumah. 

Kucing Juga Bisa Menstruasi, Kenali Tanda-Tanda dan Penanganannya!

Berbeda dengan manusia yang mengalami menstruasi karena terjadinya prose peluruhan dinding rahim, kemudian berakhir pada proses pendarahan. Menstruasi pada kucing tidak selalu mengalami pendarahan karena pendarahan hanya salah satu dari efek samping siklus reproduksi pada kucing betina yang jarang terjadi.

Seperti mamalia betina pada umumnya, kucing juga memiliki siklus reproduksi. Pada kucing, siklus reproduksi ini disebut sebagai esterus atau umumnya dikenal sebagai masa birahi. Namun, masa reproduksi hanya akan dialami oleh kucing-kucing betina yang belum disteril.

Renee Rucinsky, seorang dokter hewan sekaligus ketua dari Dewan Praktisi Kedokteran Hewan Amerika mengatakan bahwa seekor kucing betina tidak mengalami menstruasi seperti manusia karena kucing merupakan hewan yang tergolong dalam ovulator yang diinduksi. Maka, kucing betina tidak akan berovulasi jika tidak mendapat rangsangan dari kucing jantan.

Sebagai pemilik hewan, penting untuk mengetahui serba-serbi menstruasi pada kucing. Berikut adalah waktu terjadinya menstruasi pada kucing betina, tanda-tanda yang muncul ketika kucing betina mengalami menstruasi, dan saran penanganan yang tepat pada kucing betina menstruasi.

Kapan Menstruasi Terjadi pada Kucing?

Melansir laman Purina, mentruasi atau siklus reproduksi kucing betina terjadi pertama kali pada usia 5 sampai 6 bulan. Namun waktu ini tidak selalu pasti, dapat terjadi lebih cepat atau lebih lambat bergantung pada kondisi tubuh kucing itu sendiri.

Siklus reproduksi kucing terjadi beberapa kali dalam setahun. Umumnya, 2 hingga 3 minggu dalam satu siklus yaitu di masa-masa subur kucing betina. Siklus ini akan terus berulang hingga akhirnya kucing betina hamil atau berakhir karena proses sterilisasi.

Tidak hanya masa subur, siklus reproduksi kucing juga dipengaruhi oleh faktor geografis dan lingkungan seperti suhu udara dan panjang waktu di siang hari. Kucing yang tinggal di daerah hangat dapat mengalami siklus reproduksi sepanjang tahun, sedangkan kucing yang tinggal di daerah dingin hanya mengalami siklus reproduksi pada awal musim dingin hingga akhir musim gugur.

Tanda-Tanda Kucing Menstruasi

Kucing menstruasi ditandai dengan beberapa perubahan perilaku, diantaranya yaitu:

  • Lebih sering melolong atau mengeong sebagai bentuk perilaku mencari pasangan kawin atau kucing jantan.
  • Sering menggosokkan badan pada benda-benda atau pada tubuh pemiliknya karena kucing betina pada siklus ini membutuhkan perhatian lebih.
  • Kucing menjadi lebih sering buang air kecil, karena urine kucing betina mengandung feromon dan hormon-hormon lain yang dapat memberikan sinyal siap bereproduksi atau siap kawin pada kucing jantan.
  • Terdapat sedikit darah seperti menstruasi pada manusia, namun tanda ini jarang terjadi.

Jika terjadi pendarahan secara terus-menerus dalam jumlah berlebih segera hubungi dokter hewan terdekat. Konsultasi ini dapat dilakukan dengan layanan dokter hewan terdekat dari Pet-Care dengan menghubungi Call Center Pet-Care.

Penanganan Kucing Menstruasi

Hills Pet mengungkap bahwa siklus reproduksi atau masa-masa birahi kucing dapat menimbulkan beberapa risiko penyakit, seperti kanker serviks, payudara, atau ovarium. Penyakit tersebut timbuh akibat adanya pertumbuhan hormon pada tubuh kucing betina.

Sehingga, steril menjadi langkah bijak untuk mengurangi risiko penyakit-penyakit tersebut juga berkontribusi dalam mengurangi populasi kucing yang berlebih. Steril dapat dilakukan sebelum kucing betina mengalami siklus reproduksi pertamanya.

Namun, untuk memastikan waktu steril yang tepat pada kucing kesayangan Anda sebaiknya konsultasikan terlebih dahulu pada dokter hewan terdekat. Konsultasi ini dapat dilakukan dengan layanan dokter hewan terdekat dari Pet-Care dengan menghubungi Call Center Pet-Care.

HIV AIDS pada Kucing, Vaksinnya Belum Tersedia di Indonesia! Cegah dengan Steril

Feline immunodeficiency virus atau FIV merupakan infeksi virus pada kucing yang kerap disebut sebagai HIV atau AIDS pada kucing. Hal ini karena virus FIV dan HIV sama-sama menyerang sistem imun, FIV menyerang sistem imun kucing dan HIV menyerang sistem imun manusia.

Melansir laman Pets Web MD, virus ini pertama kali ditemukan pada kucing Amerika Serikat. Hal yang mengejutkan adalah kucing yang positif terinfeksi virus FIV sulit dideteksi karena dapat hidup selama bertahun-tahun tanpa menunjukkan gejala.

Virus FIV bekerja dengan cara merusak sel-sel dalam sistem kekebalan tubuh kucing, terutama sel darah putih. Kerusakan yang dilakukan oleh virus FIV secara terus-menerus dapat berakibat pada melemahnya sistem kekebalan tubuh kucing. Sehingga, tubuh kucing lebih rentan terhadap infeksi penyakit sekunder.

Bagi Anda yang memerlukan bantuan tenaga medis terutama dokter hewan dapat hubungi kami, melalui Call Center Pet-Care. Tidak perlu repot keluar rumah, kami menyediakan layanan dokter hewan terdekat dan menghadirkan pelayanan dokter hewan langsung ke lokasi Anda.

Virus FIV Masih Satu Keluarga dengan Virus HIV

Maulana Ar Raniri Putra, seorang dokter hewan yang kerap disapa Dokter ArRan memberikan edukasi seputar virus FIV pada kucing melalui laman media sosial Tiktok miliknya. FIV (Feline Immunodeficiency Virus) adalah virus pada kucing yang memiliki kekeluargaan dekat dengan virus HIV (Human Immunodeficiency Virus) pada manusia.

Virus FIV masih tergolong dalam genus dengan HIV-1 dan HIV-2. Kedekatan kedua virus ini mengakibatkan adanya persamaan gejala yaitu penurunan sistem imun, sama halnya dengan manusia yang terinfeksi HIV. 

Namun penularan FIV dan HIV tidak sama. Seperti yang kita ketahui, penularan HIV pada manusia salah satunya disebabkan oleh hubungan seksual. Sedangkan FIV pada kucing, penularan utamanya melalui gigitan yang dalam. Oleh sebab itu, virus FIV ini seringkali ditemukan pada stray cat yang sering berkelahi.

Gejala Virus FIV pada Kucing

Dokter ArRan juga memaparkan gejala dari virus FIV pada kucing yang terbagi menjadi 3 fase. 

Fase pertama yang disebut sebagai fase akut. Pada fase ini, kucing baru saja terinfeksi oleg virus FIV. Umumnya kucing akan memunculkan beberapa gejala klinis seperti demam, lesu, anoreksia (kehilangan nafsu makan), dan pembengkakan kelenjar pertahanan. Segera hubungi dokter hewan terdekat bila Anda mendapati gejala-gejala tersebut.

Fase kedua, disebut sebagai fase asymtopmatis. Pada fase ini, kucing yang terifeksi virus tidak menunjukkan gejala klinis dan terlihat sehat layaknya kucing normal. Namun fase ini akan berlangsung dalam kurun waktu yang lama. 

Fase ketiga yaitu fase Feline AIDS atau AIDS pada kucing. Pada fase ini, tubuh kucing menjadi sangat rentan terhadap infeksi sekunder. Pada fase ini juga, kucing akan menunjukkan beberapa gejala seperti flu yang tidak kunjung membaik dan infeksi pada gusi, lidah, atau langit-langit mulutnya. Selain itu, beberapa kucing juga menjadi sangat sensitif terhadap infeksi parasit darah (toksoplasma).

Pencegahan Virus FIV

Sebelumnya telah disebutkan bahwa penularan virus FIV terjadi melalui luka gigitan. Maka, pencegahan dapat dilakukan dengan mengawasi kucing agar tidak berkelahi dengan kucing lainnya.

Namun perlu diketahui bahwa salah satu faktor kucing berkelahi, terutama kucing jantan adalah memperebutkan kucing betina. Oleh karena itu, tindakan sterilisasi atau mengebiri kucing dapat dilakukan untuk mencegah penularan virus FIV.

Hingga saat ini, steril menjadi salah satu pencegahan virus FIV pada kucing paling efektif. Hal ini karena vaksinasi untuk virus FIV belum beredar di Indonesia.